LM - 33

1.2K 20 0
                                    

Happy reading.

Terbangun dalam keadaan pusing benar-benar membuat mood Ryuu buruk, laki-laki dengan kaos oblong itu duduk diatas kasur sambil memijat kepalanya yang terus berdenyut nyeri.

Tak lama pintu kamarnya terbuka, sosok gadis masuk dengan nampan berisi jus dan sarapan yang sudah ia buat. Keisha.

Keisha mendekat kemudian meletakkan nampan tersebut diatas meja kecil disamping tempat tidur Ryuu.

"Kamu dari kapan ada disini?" Tanya Ryuu.

"Sekitar satu jam yang lalu."

Ryuu meringis kemudian melirik nampan tersebut. "Terimakasih sudah membuatkan sarapan."

Diambilnya dua butir vitamin dan segelas jeruk, meminum obat tersebut kemudian dilanjut mengambil mangkuk bubur. Ryuu yang sadar Keisha hanya berdiri diam lantas mendongak. Mereka sama-sama saling menatap.

"Ada apa?" tanya Ryuu.

Mata Keisha menyorot lurus pada mata Ryuu menunggu laki-laki itu melanjutkan ucapannya, tetapi setelah satu menit mereka hanya saling tatap.

"Kak Ryuu gak inget apapun?"

Ryuu mengerutkan dahi, "Inget apa? Aku gak inget apa-apa Kei."

Keisha menghela nafas, memilih duduk dipinggir kasur menatap Ryuu yang mulai memakan buburnya.

"Kak Ryuu beneran gak inget apapun?" tanya Keisha sekali lagi.

Ryuu menelan bubur tersebut lantas menggeleng, "Apa yang aku lakukan emangnya?"

Keisha ingin berteriak marah didepan wajah laki-laki ini tetapi ia bisa apa mengingat Ryuu semalam benar-benar mabuk total.

"Kak, kak Ryuu serius sama ucapan kakak semalam soal, seorang teman kakak yang jatuh cinta sama aku?" ada keraguan dari ucapan Keisha.

Ryuu terdiam sesaat, ia memang tidak ingat apapun tentang kejadian selama, begitu Keisha mengucapkan hal itu berarti ada hal besar yang ia lakukan semalam.

"Kei, tolong kasih tau aku semuanya." nada suara Ryuu tiba-tiba berubah datar.

Keisha menelan saliva kemudian mengangguk kaku, menceritakan kejadian semalam dari awal mula hingga berakhir dengan Ryuu yang jatuh pingsan.

Nafas Ryuu tercekat, laki-laki itu meletakkan mangkuk dengan kasar kemudian menjambak rambutnya.

"Shit." Menyingkap selimut dengan kasar dan turun dari kasur.

"Kak, mau kemana?" panggil Keisha.

Ryuu berlari keluar dari kamar menuju pintu, jantungnya berdegup kencang, ada rasa bersalah dihatinya mengenai Jimin, ini belum pernah terjadi sebelumnya selama mereka bersama bertahun-tahun.

Setelah menempelkan idcard di pintu apartemen Jimin, Ryuu membuka pintu tersebut dengan kasar, sosok Jimin berada didepan jendela dengan segelas alkohol.

"Jimin."

Laki-laki itu tidak merespon, tetap menatap keluar jendela tanpa menoleh sedikitpun.

Ryuu mendekat beberapa langkah, "Jimin, aku, benar-benar minta maaf tentang kejadian semalam."

Jimin masih tidak memberikan respon apapun.

Ryuu menghela nafas putus asa, "Jimin, aku tahu kau menyukai Keisha, jika kau sungguh-sungguh dengannya silahkan ambil saja, aku tidak apa-apa tapi tolong jangan diamkan aku."

Jimin menggoyangkan gelas tersebut hingga isinya seperti berputar-putar, "Hyung, bukankah ini pertama kalinya kau jatuh cinta? Orang mabuk tidak akan pernah bohong tentang isi hatinya, apa karna itu selama beberapa bulan ini kau menjauhiku?"

Ryuu menunduk, "Aku, aku hanya sedang—."

"Hyung, jika memang kau menyukai Keisha silahkan, aku tidak apa."

Ryuu menggeleng kemudian mendekat, "Tolong jangan seperti ini, hatiku benar-benar sakit. Kita berdua sama-sama tau bagaimana kita selama ini."

"Keluarlah, aku sedang ingin sendiri." tolak Jimin kemudian meletakkan gelasnya diatas meja dan meninggalkan Ryuu masuk kedalam kamar.

Ryuu terdiam, dadanya seperti ditusuk dengan ribuan jarum. Mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Kak."

Ryuu menoleh mendapati Keisha dan yang lainnya ada disana. Ia menghela nafas kemudian melangkah keluar tanpa mau berbicara dengan siapapun.

Keisha menatap punggung Ryuu yang luruh tak seperti biasanya, padahal kedatangannya hari ini untuk meluruskan semuanya, ia tidak pernah menyangka ada dua orang yang menyukainya disaat yang sama.

Keisha menatap yang lainnya dengan senyum kecil, "Kalian temani oppa Ryuu dulu, aku ingin berbicara dengan oppa Jimin."

"Baiklah, semangat." Ujar Jin.

Setelahnya Keisha masuk kedalam apartemen Jimin, melangkah mendekati kamar laki-laki itu dan mengentuknya. "Oppa."

"Oppa, ini aku Keisha, bisa bicara sebentar?"

Cklek!

⚜️⚜️⚜️

Ini kunjungan pertama ke lapas Rudy dengan Mia dan dua anaknya, keadaannya cukup canggung mengingat keduanya tidak begitu dekat. Awalnya Gea malas untuk datang lagi, tapi wanita ini terus merecokinya.

Didalam ruangan mereka menunggu Rudy yang tengah dipanggil, sunyi sekali bahkan dua anak Mia tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Pintu terbuka, Rudy dan satu penjaga tahanan masuk. Anak Mia langsung berlari memeluk Rudy sambil berteriak memanggil laki-laki itu dengan sebutan papa.

Gea mendengus muak, ia menolehkan wajahnya kearah lain enggan untuk melihat mereka.

"Gea." Rudy memanggil Gea yang tampak tak ingin menemuinya.

Gea hanya diam tidak bergerak.

"Kamu gak kangen sama papa?"

"Gak." Gea menjawab singkat.

Rudy menghela nafas sambil melirik Mia, wanita itu tersenyum menyemangati sang suami.

"Gea, papa rindu loh, gak mau peluk papa?"

Mata Gea memerah, ia bukan menangis karna papa nya mengatakan rindu tetapi ingatannya langsung berkelanan kala papanya mengatakan rindu sewaktu ia masih kecil, saat sang mama —Kia masih ada.

"Masih lama? Gue gak betah disini."

"Gea." tegur Mia dengan halus.

"Gak usah panggil nama gue, gak sudi." Gadis itu berdiri hendak meninggalkan ruangan.

"Gea, kamu kenapa sih?"

Gea berbalik, "Masih belum paham juga? Gue muak ada disini." Ia menekan tiap kalimatnya.

Rudy menghela nafas, "Gea papa minta maaf atas semua kesalahan papa, tapi tolong jangan begini, kamu masih anak papa."

Gea tersenyum sinis, "Masih anak papa? Apa sebentar lagi gue bukan anak lo?" Ia melirik dua anak kecil itu, "Kalaupun emang iya, kayaknya itu keputusan yang bagus, gue juga gak berharap lagi huat jadi anak lo."

⚜️⚜️⚜️


Segini dulu ya
See you.

Love Maze✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang