10

1.6K 236 6
                                    

***

CB Entertainment belum semapan YG Entertainment dan agensi lainnya. Agensi itu baru saja resmi berdiri satu tahun lalu, di awal 2005. Hanya ada para trainee di agensi itu, yang belum bisa debut karena keterbatasan biaya. Untuk saat ini, ada dua grup yang bernaung disana. Grup yang pertama terdiri dari enam pria, seorang dari mereka adalah penulis lagu dan mereka sudah siap untuk debut. Agensi tengah fokus pada grup tersebut, dan karena keterbatasan tenaga kerja serta biaya, Lisa dan lima temannya harus bersabar.

Lisa mengerti, agensinya tengah berusaha untuk tumbuh. Karenanya, gadis itu tidak keberatan untuk bersabar. Ia dan Hyerin bahkan tidak keberatan untuk bekerja dan membiayai sendiri makanan di grup mereka.  Memang tidak banyak, tapi setidaknya agensi mereka bisa memakai uang makan itu untuk biaya debut B2ST grup pertama mereka.

"Halmeoni tahu kau melakukan ini?" tanya Jiyong setelah Lisa menarik pria itu untuk keluar dari minimarket.

"Oppa... Jangan memberitahu Halmeoni," pinta Lisa membuat Jiyong lantas menggumamkan sebuah umpatan.

"Ya! Pindah agensi saja!" omel Jiyong kemudian. "Sebuah agensi seharusnya melatih untuk mendebutkanmu! Bukan membuatmu bekerja di tempat seperti ini! Apa yang mereka katakan sampai kau mau bekerja di minimarket begini? Mereka bilang ini bagian dari latihanmu? Jangan bodoh! Mana ada latihan yang seperti ini?!"

"Aku tidak mau!" balas Lisa, sama kerasnya dengan Jiyong. "Agensi tidak tahu kalau aku bekerja disini! Jangan menyalahkan agensiku!"

"Seharusnya kau trainee di YG saja," gumam pelan Jiyong, yang tetap terdengar kesal. "Batalkan kontrakmu di sana. Pindah saja ke YG, aku akan membantumu untuk debut dan mewujudkan mimpimu,"

"Debut bukan mimpiku, pergilah. Oppa hanya membuatku tidak nyaman disini!" marah Lisa yang kemudian berbalik dan buru-buru masuk ke dalam minimarketnya. Gadis itu kembali bekerja seakan tidak terjadi apapun, sementara Jiyong masih berdiri di depan minimarket, masih terlihat kesal.

Hyerin melihat Jiyong dari belakang meja kasir. Memperhatikan pria itu kemudian berjalan keluar untuk menghampiri Jiyong di saat Lisa masuk ke ruang penyimpanan di bagian belakang minimarket.

"Sunbaenim," ucap Hyerin, menegur Jiyong yang masih berusaha menahan marahnya. "Kau mengingatku? Aku Hyerin, aku masih di kelas 10 ketika kau lulus tahun lalu. Aku sering melihatmu duduk di kantin bersama LE eonni dan teman kalian lainnya,"

Jiyong kemudian memperhatikan gadis di hadapannya, menatap kepala sampai kaki gadis itu kemudian mengangguk, mengatakan kalau ia mengingat Hyerin.

"Sampai tahun lalu grup yang akan di debutkan masih belum pasti. Jadi kami bisa berlatih dengan keras di ruang latihan agensi. Tapi awal tahun ini, agensi sudah memutuskan grup yang akan debut, dan itu bukan kami. Karena Rain samchon baru saja memulai agensi ini, mereka tidak punya banyak modal dan sponsor. Sebagian biaya untuk grup kami di potong demi memenuhi kebutuhan grup yang akan debut. Sebagian latihan rutin kami ditiadakan, jadi kami punya waktu luang dan mengisi waktu luang itu dengan bekerja disini,"

"Kalian bisa mengisi waktu luang dengan berlatih," sinis Jiyong, ia masih mencari cara untuk membawa Lisa ke YG. Kepalanya masih memikirkan cara untuk membujuk Yang Hyunsuk agar mau menerima Lisa.

"LE dan Hani eonni sudah sibuk dengan ujiannya tapi masih bekerja di toko alat musik. Solji eonni kuliah sembari mengajar anak sekolah dasar. Bagaimana aku bisa berlatih sementara mereka bekerja? Lisa juga sama... Dia melakukan ini karena dia menikmatinya, dia bilang, dia senang bekerja disini karena ada banyak camilan disini,"

Mendengar penjelasan Hyerin, Jiyong sama sekali tidak luluh. Bagi Jiyong, Lisa tetap tidak seharusnya bekerja di sana. Bagi Jiyong, Lisa seharusnya menjadi trainee di YG, bukan di agensi kecil yang tidak bisa membiayai latihannya. Dengan angkuh dan marah, pria itu meninggalkan Hyerin begitu saja. Membuat si gadis yang di tinggalkan tanpa sadar mengukir ekspresi kesal di wajahnya. Siapa yang suka di abaikan? Hyerin mengakui kalau Jiyong memang keren saat muncul di TV, namun kini ia merasa kalau Jiyong bukanlah seorang pria yang ramah. Ia pasti akan menjadi penyanyi yang sombong, pikir Hyerin sembari berjalan masuk ke dalam minimarket.

Hyerin sudah kembali ke meja kasir ketika pintu ruang penyimpanan terbuka dan Lisa keluar setelah mencuci wajahnya. Gadis itu pasti menangis, pikir Hyerin yang tetap bersikap seakan ia tidak menyadarinya.

"Lisa-ya," panggil Hyerin yang hanya Lisa jawab dengan sebuah tatapan. "Kau ingat apa kata Hani eonni?"

"Yang mana? Kalau dia benci kecoa?"

"Tidak apa-apa selama kita menikmatinya," jawab Hyerin, berpura-pura tidak mendengar lelucon hambar Lisa itu.

"Ah... Ne... Tidak apa-apa selama ini menyenangkan. Ah eonni, bagaimana kalau nanti malam kita makan ramyun pedas?"

"Hm... Kita bisa membeli ramyun pedasnya di perjalanan pulang nanti," gumam Hyerin yang kemudian kembali bersikap seakan Jiyong tidak pernah datang dan memarahi Lisa.

Lisa tidak suka membagi masalahnya dengan orang lain, gadis itu tidak suka membebani orang lain. Hyerin pun sama, keempat teman segrup mereka pun begitu. Sehingga mereka cenderung memilih untuk tetap tenang setiap kali masalah datang. Tanpa banyak bertanya, mereka berusaha untuk membantu dan mendorong dari belakang setiap kali sebuah masalah datang.

Keesokan harinya, Lisa datang kesekolah seperti biasanya. Namun seharian ini, ia mengabaikan Seungri dengan alasan kesal. Kesal karena Seungri memberitahu Jiyong kalau ia berkerja di minimarket.

"Astaga maafkan aku Lisa-ya," ucap Seungri memenuhi telinga Lisa seharian ini. Namun Lisa terus mengabaikannya.

"Dasar pengadu," gerutu Lisa setiap kali Seungri mendekatinya.

Terus begitu sampai di jam pelajaran terakhir, guru Nam masuk dan memanggil Lisa untuk menemuinya di ruang guru. Sore itu, guru Nam sudah benar-benar muak dengan semua alasan Lisa.

"Cepat tulis nomor telpon walimu," ucap guru Nam tidak sabaran. "Kau ingin menulis nomor telponnya atau aku yang datang ke rumahmu?"

"Halmeoni sakit jadi dia tidak ada dirumah, guru Nam," jawab Lisa berusaha terlihat memelas demi membuat guru Nam iba. "Tidak bisakah kau menghukumku saja dan tidak menghubungi waliku?"

"Kau tahu apa hukuman untuk siswa yang ketahuan berada di kelab malam?" ucap kesal guru Nam, beruntung karena tidak ada seorang pun yang tertarik pada obrolan mereka. Beberapa guru yang ada di ruang guru tersebut, lebih suka tenggelam dalam lembar-lembar tugas yang harus di koreksi di banding mendengar alasan si anak nakal berada di ruang guru.

"Skorsing? Aku tidak keberatan di skors,"

"Masalahnya tidak akan selesai hanya dengan memberimu skorsing,"

"Aku tidak akan pergi kesana lagi, aku janji-"

"Aku butuh walimu untuk memastikan kau menepati janjimu jadi cepat tulis nomor telpon walimu," potong guru Nam tidak sabaran. Sudah berhari-hari ini ia kesal hanya karena seorang anak nakal di kelasnya. Guru Nam terus menekan Lisa, terus mengancam akan datang ke rumah gadis itu sampai akhirnya Lisa menyerah dan menuruti keinginan guru Nam.

***

DEBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang