***
Ada sebuah pintu rahasia di apartement 502 dan 501. Sebuah pintu yang menghubungkan Lalisa Park, pada ibunya. Ya... Ibu gadis itu ada di Korea, bersamanya. Dan ya... Hubungan ibu dan anak itu di rahasiakan. Kenapa? Karena sang ibu– atau wanita yang tinggal sendirian di apartement 501– adalah seorang wanita terkenal, seorang penyanyi bersuara husky, dengan nama panggung Gummy Park.
Gummy Park tidak pernah di kabarkan menikah, namun beberapa saat sebelum debutnya, ia harus melahirkan seorang anak. Dan sampai saat ini, kenyataan mengenai anak itu masih di rahasiakan. Hanya sang ibu, sang nenek, manager Gummy dan petinggi agensi yang tahu mengenai keberadaan Lalisa Park.
"Kenapa kau sangat lama?" tegur Gummy begitu Lisa masuk kedalam rumahnya– apartement 502. Gummy memang tinggal di apartement sebelah, namun ia lebih sering menghabiskan waktu luangnya di tempat tinggal putri serta bibinya. Wanita yang Lisa anggap sebagai neneknya itu adalah adik dari ibu Gummy, bibi dari seorang Gummy Park.
"Bagaimana tidak lama? Aku harus memisahkan botol dan tutup soju-mu, berhentilah minum-minum... Kau menyusahkan," sinis Lisa, seorang anak yang hubungan dengan ibunya tidak begitu baik. Gummy belum siap menjadi ibu, dan selama ini ia melarikan diri dari tanggung jawab itu. Selama ini halmeoni-lah yang mengurus Lisa.
"Augh... Menyebalkan," gerutu Gummy sementara Lisa berjalan ke sofa dan berbaring disana, menonton TV sembari bermanja-manja pada sang nenek. Meminta sang nenek untuk untuk mengusap-usap rambutnya dan berbaring berbantalkan paha sang nenek. "Imo, bisakah kau memarahi anak nakal itu? Dia baru saja mengatakan kalau aku menyusahkan,"
"Kau memang menyusahkan, selalu mabuk, muntah dan membuat keributan," balas Lisa, dengan sikap cueknya. "Aku ingin menjadi trainee di CB entertainment, mereka terus datang ke sekolahku dan memintaku untuk menjadi trainee disana, halmeoni... bisakah kau menandatangi surat izinnya?"
"Aku tidak setuju! Kau tidak boleh menjadi-"
"Kenapa kau tidak setuju? Agensimu sekarang juga bukan agensi besar... Aku tidak mau menjadi trainee di agensimu itu,"
"Kenapa? YG dan CB sama-sama agensi kecil, kau takut aku mengawasimu di YG? Memang apa yang akan kau lakukan di agensi? Aku tidak akan mengawasi latihanmu,"
"Halmeoni! Kenapa dia sangat bodoh?!" seru Lisa yang kemudian bangkit dan masuk kedalam kamarnya, gadis itu marah dan ia menunjukan emosinya dengan membanting pintu kamarnya.
"Ya! Jangan membanting pintu di rumahku!" bentak Gummy namun Lisa tidak mengindahkannya. Gadis itu hanya melebur menjadi satu dengan kamarnya.
"Bersabarlah, kau seorang ibu, jangan berteriak begitu," ucap sang nenek, menegur Gummy namun justru membuat wanita itu masuk kedalam rumahnya sendiri– apartement 501. Ibu dan anak selalu punya kebiasaan yang sama, begitu juga Gummy Park dan Lalisa Park, mereka punya tempramen yang sama buruknya.
Keesokan harinya, Lisa keluar dari kamarnya dengan seragam sekolahnya. Gadis itu sudah bangun dan siap dengan semua atribut perangnya, sebelum Gummy bangun dari tidurnya. Sang nenek sedang menaruh beberapa lauk di atas meja makan ketika Lisa datang dan duduk disana.
"Halmeoni... Aku-"
"Pergilah, eommamu sudah menandatangi surat izin traineenya," potong sang nenek sembari melirik selembar kertas di atas rak camilan.
"Wanita itu menandatanginya? Sungguh?" ucap Lisa sembari buru-buru bergerak mengambil surat izin itu. Gummy mungkin memang bukan ibu yang sempurna, ia tidak sanggup mengurus putrinya sendiri, namun wanita itu tetaplah seorang ibu yang masih punya rasa tanggung jawab untuk mendaftarkan Lisa sebagai putrinya. Secara hukum– yang memang tidak diketahui banyak orang, karena kartu keluarga tidak bisa diakses oleh sembarang orang– Gummy adalah wali sah dari seorang anak bernama Lalisa Park. "Kenapa tiba-tiba? Apa dia kerasukan?"
"Jangan berkata seperti itu pada eommamu," tegur sang nenek. "Dia sudah memberimu izin, jadi berlatihlah dengan benar, sekarang makanlah sarapan mu dan pergi ke sekolah,"
Lisa berangkat ke sekolah tanpa berpamitan pada ibunya. Gummy masih tidur saat Lisa berangkat. Gadis itu keluar dari rumahnya, dan berpapasan lagi dengan Jiyong di depan lift. Jiyong juga masih harus berangkat kesekolah.
"Annyeong," sapa Lisa begitu mereka berdiri bersebelahan di depan lift.
"Annyeong," balas Jiyong, sembari membaca beberapa lembar catatannya. Sama seperti Lisa, Jiyong juga sudah ada di tahun terakhir sekolahnya.
"Hari ini ada ujian?"
"Try out," jawab Jiyong masih sembari membaca. Pria itu tidak memakai rompinya, ia hanya memakai kemeja dan jas sekolahnya, dengan dasi yang masih di disimpan di saku celananya.
"Ohh... Try outku minggu depan," ucap Lisa, memberi informasi yang tidak Jiyong tanyakan. Pintu lift terbuka, Jiyong mengangkat kepalanya dan melihat Seunghyun berada di dalam sana. Seunghyun berdiri di dalam lift, dengan sebuah kemeja, jaket, celana panjang, sepatu olahraga dan sebuah tas ransel.
"Annyeong oppa," sapa Lisa pada si mahasiswa baru itu.
"Annyeong Lisa... Tidak kesiangan pagi ini? Tumben sekali," ucap Seunghyun sembari tersenyum ramah pada Lisa.
"Akan berangkat kekampus hyung?" tanya Jiyong dan Seunghyun menganggukan kepalanya dengan wajah memelas.
"Kuliah pagi benar-benar menyiksa," ucap Seunghyun dan Lisa hanya terkekeh mendengarnya.
"Aku selalu sekolah pagi, dan itu juga sangat menyiksa," jawab Lisa menanggapi keluhan Seunghyun.
Ketiga remaja itu berjalan keluar dari gedung apartement, Seunghyun di jemput seorang temannya di depan gedung apartement, sementara Lisa dan Jiyong berjalan ke halte terdekat.
"Minhyuk!" teriak Lisa begitu ia sampai di halte dan melihat seorang temannya berdiri di halte sebrang. Gadis itu melambaikan tangannya, dan sedikit melompat-lompat agar yang ia panggil melihatnya. Sementara Jiyong? Pria itu hanya melirik dan tetap bersikap tenang– ingin menunjukan kalau ia jauh lebih dewasa di banding bocah di sebelahnya. Walaupun kalau di lihat dari seragamnya, semua orang akan tahu kalau ia jauh lebih tua dibanding gadis kelas 9 di sebelahnya.
"Hei! Kau berangkat pagi? Tumben sekali," tanya Minhyuk setelah pria itu menyebrangi jalan yang memisahkan mereka tadi. "Oh! Annyeonghaseyo hyung," sapa Minhyuk pada pria di sebelah Lisa.
"Hm..." balas Jiyong, masih berpura-pura sibuk pada materi ujiannya.
"Aku dapat izin trainee di agensimu," pamer Lisa yang langsung mengejutkan dua pria itu.
"Sungguh?!" tanya Jiyong dan Minhyuk bersamaan– tentu dengan intonasi yang berbeda. Minhyuk terdengar terkejut karena senang, sementara Jiyong terdengar terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. Rasanya baru semalam Lisa mengeluh karena tidak di izinkan ikut trainee oleh neneknya. Dan rasanya baru semalam Lisa bilang ia membuang rencana trainee itu.
"Halmeoni ingin aku trainee di YG, katanya karena ia sudah mengenal CEO-nya. Halmeoni jadi mengenal CEO YG karena dia sering mengunjungimu dan mengunjungi ajhumma di apartement 501. CEO YG juga menawariku untuk jadi trainee di YG. Tapi aku tidak ingin menjadi trainee di YG. Rasanya aku ingin membuang mimpi itu saja, kenapa harus YG?" begitu ucapan Lisa pada Jiyong semalam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBUT
FanfictionJalan itu membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah. Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Pintu gerbangnya terbuka, namu...