***
"Terimakasih untuk tumpangannya," ucap Lisa sebelum kemudian ia pergi meninggalkan Jiyong yang masih mengecek handphonenya di mobil. Karena Lisa, hari ini Jiyong memarkir mobil mewahnya di depan lobby utama agensi. Berjarak tiga mobil dari mobil Lisa. Setelah meninggalkan mobil Jiyong, Lisa pergi ke mobilnya untuk berganti pakaian.
Jiyong pikir Lisa mengganti pakaiannya karena gadis itu merasa kotor setelah banyak berkeringat, namun sepertinya Lisa berganti pakaian untuk tujuan lain.
"Dia tidak perlu berganti pakaian hanya untuk menemui Seungri," gumam Jiyong ketika tanpa sengaja ia melihat Lisa memeluk Seungri di lobby utama agensi. Jiyong baru saja akan masuk kedalam agensi ketika melihat Seungri dan Lisa di dekat meja reseptionis. "Kenapa Seungri sangat rapi hari ini? Mereka baru bertemu kemarin dan langsung saling menggoda sekarang? Tsk... Sialan,"
Seungri memakai celana panjang abu-abu, dengan kaos putih dan blazer yang juga abu-abu. Rambutnya tertata rapih dan sebuah jam tangan super mahal melingkar di pergelangan tangannya. Sementara Lisa, gadis itu mengganti celana jeans dan kemejanya dengan sebuah gaun sebatas lutut berwarna hitam. Bagian bahu gaun itu transparan, menampilkan bahu indahnya. Lehernya di hiasi sebuah kalung kecil yang cantik dan sebuah tas jinjing kecil bertali panjang yang juga hitam bertengger di bahunya.
"Aku benar-benar gugup," ucap Lisa sembari merapihkan bagian bawah gaunnya. "Apa aku sudah cantik?"
"Ya, cantik, bagaimana denganku?" balas Seungri dan Lisa mengacungkan kedua ibu jarinya sembari tersenyum. "Oh! Hyung! Kau datang ke agensi?" sapa Seungri, ketika matanya menangkap kehadiran Jiyong yang baru saja masuk dan berjalan ke arah mereka. Seungri tidak tahu kalau sebelumnya Lisa pergi bersama Jiyong.
"Hm... Aku punya janji dengan Chaerin. Kau akan pergi ke suatu tempat?" ucap Jiyong, membalas sapaan Seungri.
"Ya... Kami akan menemui Ahn Gilho," ucap Seungri kemudian sementara Lisa masih berusaha menenangkan dirinya dari rasa gugup luar biasa.
"Siapa itu?"
"Sutradara drama," jawab Lisa yang kemudian meraih tangan Seungri dan menarik pria itu untuk menatapnya. "Menurutmu aku akan berhasil? Aku benar-benar gugup, rasanya jantungku akan melompat keluar,"
"Kau ingin bermain di drama buatannya?" tanya Jiyong pada Lisa. "Kau juga?" tanyanya pada Seungri namun untuk Seungri, Jiyong menambahkan sebuah tatapan tajam yang berarti 'jangan berulah'.
"Tidak," jawab Seungri buru-buru. "Aku hanya akan mengantar Lisa,"
Tidak berapa lama, Lisa pergi bersama Seungri sementara Jiyong pergi ke studio rekaman. Ia tidak punya janji apapun saat itu, yang bisa di lakukannya hanya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan melalui handphonenya. Membaca dan membalas email pekerjaan atau menulis musiknya. Namun mengingat kedekatan Lisa dengan Seungri membuatnya kehilangan fokus.
Dengan suasana hati yang buruk selama sisa hari itu, di pukul 9 malam Jiyong mengajak Yongbae untuk pergi ke salah satu kelab malam di daerah Hongdae.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak bisa terlalu lama disini, Hyorin bisa membunuhku kalau aku pulang terlambat," ucap Yongbae, yang baru saja datang setelah mendapatkan panggilan dari Jiyong beberapa menit lalu.
"Kepalaku sakit," jawab Jiyong sembari menunggu minumannya datang. Pria itu duduk di kursi tinggi di depan meja bar, sementara Yongbae duduk di sebelahnya, dan memesan minuman yang sama dengannya.
"Kau sudah mabuk? Bahkan sebelum minum?" komentar Yongbae yang kemudian menggeleng, malas menanggapi Jiyong yang sangat sulit di mengerti. "Apa kau baru saja dicampakan?"
"Siapa yang berani mencampakanku?" jawab Jiyong membuat si penanya jadi ingin memukulnya. "Seungri menghubungimu?"
"Sejak kapan kau peduli Seungri menghubungi siapa?" tanya Yongbae, tanpa maksud apapun. Biasanya Jiyong selalu menelpon Seungri kalau ingin tahu dimana bocah itu berada. "Tadi dia sempat menelpon istriku, ada apa? Ku dengar Seungri akan mengantar Lisa untuk menemui seorang sutradara. Sekarang Lisa merancang pakaian dan dia ingin meminta sutradara itu memakai baju-baju rancangannya untuk drama barunya,"
"Apa menurutmu mereka berkencan?"
"Siapa?"
"Seungri dan Lisa,"
"Seungri memang menyukai Lisa, sudah lama. Kau tidak tahu? Ku pikir kau tahu. Bukankah karena itu, dulu kau menolak Lisa? Tapi kurasa mereka belum berkencan. Masih terjebak dalam hubungan rumit? Kurasa begitu,"
Jiyong menghela nafasnya, melirik ke arah dua pria yang datang ke deretan meja bar itu. Sama seperti dirinya dan Yongbae, kedua pria itu terlihat seperti sepasang sahabat yang akan saling menghibur. Pria pertama Simon Dominic dan di sebelahnya ada seorang pria bernama Gray.
"Annyeonghaseyo," sapa Gray begitu matanya bertemu tatap dengan Jiyong.
"Oh! Hai," balas Jiyong yang kemudian bangun dari duduknya, di ikuti oleh Yongbae.
"Annyeonghaseyo hyung," lanjut Yongbae sembari melihat Simon yang sedang terlihat kesal.
"Oh ya, annyeong," balas Simon berusaha terlihat sopan. Tidak ada banyak basa-basi, Jiyong tidak sangat dekat dengan Simon hanya karena mereka sama-sama rapper. Hanya sapaan ringan sebelum akhirnya mereka berempat berpisah dan duduk di depan meja bar. Jiyong dan Yongbae di sayap kiri meja bar itu, sementara Gray dan Simon duduk di kursi paling tengah. Ada sela tiga kursi diantara Jiyong dan Simon malam itu.
"Saat dia di Philipina, apa Seungri juga menemuinya?" tanya Jiyong, berputar di atas kursinya untuk memunggungi Simon. Kini Jiyong ingat, siapa pemilik suara di ringtone Lisa siang tadi.
"Seungri beberapa kali mencarinya, tapi hanya bertemu ibunya. Katanya Lisa sangat sibuk sampai tidak bisa menemui siapapun. Seungri bilang Lisa sibuk menghabiskan waktunya untuk menggambar disain pakaian dan menjahit,"
"Selama 10 tahun?"
"Tentu saja tidak, Seungri hanya bisa pergi ke Philipina saat kita punya pekerjaan disana," ucap Yongbae yang kemudian menurunkan volume suaranya. "Seungri juga bilang kalau dulu ia hanya bisa menemui kekasih Lisa. Kau tahu bagaimana menyedihkannya dia?"
"Lisa berkencan di Philipina?"
"Bagaimana mungkin tidak? Sejak dulu adikmu yang cantik itu selalu di dekati banyak pria. Kekasihnya juga ada di Korea sekarang," jawab Yongbae sembari menyesap minumannya. "Kenapa kau tidak pernah mendengarkan cerita Seungri tapi memintaku menceritakan ulang cerita itu? Dengarkan saja keluhan Seungri, selama ini dia hanya mengeluhkan Lisa yang sulit di dapatkan itu,"
"Ya! Ahjussi dimana kau sekarang?" suara Lisa masuk ke telinga Jiyong. Merambat tanpa hambatan suara lain di udara. Kelab malam itu hanya mengalunkan musik klasik lembut malam ini. Masih terlalu sore untuk menari di depan meja DJ. Mendengar suara Lisa, lantas Jiyong menoleh ke dua pria di sebelahnya.
"Di meja bar, masuk saja," jawab Simon, tanpa menyentuh handphonenya. Pria itu menyalakan mode speaker di handphonenya dan menaruh benda itu di atas meja. Terlalu malas untuk memegangi handphonenya hanya untuk menjawab panggilan Lisa.
"Aku tidak bisa masuk sendirian, jemput aku,"
"Kalau begitu pulang saja sana," balas Simon, obrolan mereka membuat seorang G Dragon tidak dapat berhenti mendengarkan. Tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari obrolan itu.
"Aku benar-benar tidak bisa masuk!"
"Yasudah pulang saja!" balas Simon terdengar cukup marah dan panggilan itu pun berakhir.
"Tidak kah sebaiknya kita keluar dan melihatnya dulu, hyung?" ucap Gray kemudian, tanpa menoleh pada Simon. Tanpa memperhatikan Jiyong dan Yongbae yang sedang membayar minuman mereka hendak keluar.
"Biarkan saja, dia memang tidak ingin masuk," jawab Simon yang terus menjejali mulutnya dengan alkohol.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBUT
FanfictionJalan itu membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah. Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Pintu gerbangnya terbuka, namu...