***
"Hyung, jadi kapan Lisa akan mulai trainee?" tanya Jiyong, pada managernya yang baru saja kembali ke dorm setelah meeting penting di agensi. "Apa tadi kalian membahasnya?"
"Tidak," jawab Taehee, manager Big Bang yang sebelumnya adalah manager Gummy. "Jiyong-ah, apa yang sebenarnya kau katakan pada Yang Sajjangnim dan Gummy?"
"Kenapa? Kenapa kalian tidak membahas Lisa? Bukankah tadi Lisa datang ke agensi?"
"Lisa tidak ingin trainee-"
"Dia bukannya tidak ingin hyung," potong Jiyong, kembali bersikeras seperti yang beberapa jam lalu ia lakukan di ruang latihan. "Mimpinya adalah debut, sebagai seorang penyanyi yang hebat seperti ibunya. Ia hanya belum tahu bagaimana cara mewujudkan mimpinya. Dia tidak ingin keluar dari agensi lamanya hanya karena ia sudah terlanjur dekat dengan teman-temannya disana. Aku akan bicara padanya," lanjutnya, yang kemudian mengabaikan teriakan Taehee dan pergi begitu saja dari dorm Big Bang.
Sore tadi Jiyong sudah berhasil meyakinkan keempat temannya kalau 'menjadi bagian dari YG' adalah pilihan terbaik untuk Lisa, dan sekarang ia merasa cukup percaya diri untuk meyakinkan Lisa agar benar-benar mau menjadi bagian dari YG. Dengan rasa percaya diri dan keyakinan yang luar biasa, Jiyong pulang ke apartementnya. Lelaki itu melangkah masuk kedalam lift kemudian berjalan ke rumah Lisa. Mengetuk pintu apartement Lisa dan menunggu seseorang membukakannya.
Tidak lama kemudian, pintu itu benar-benar terbuka. Dan Lisa yang membukakannya. Tanpa menunggu Lisa membuka mulutnya, Jiyong sudah lebih dulu mengajak gadis itu untuk pergi ke atap.
Dan sampailah mereka di atap sekarang. Dengan Lisa yang masih terus diam sejak melihat Jiyong di depan pintunya tadi.
"Kau bertemu eommamu saat datang ke agensi tadi?" tanya Jiyong, sembari berjalan ke tepian atap untuk melihat apa yang ada di bawah sana.
"Tidak, eomma pergi ke Philipina," jawab Lisa, sama sekali tidak mendekat pada Jiyong. Gadis itu hanya berdiri malas di tengah-tengah atap. Tidak tertarik untuk melakukan apapun termasuk mendekati Jiyong.
"Sampai kapan kau akan marah dan mendiamkanku begitu?" tanya Jiyong sembari melangkah mendekati Lisa kembali. Ia mengulurkan tangannya untuk merapatkan jaket Lisa dan Lisa hanya mengabaikannya. "Aku tahu kau pasti kesal karena semuanya terjadi tanpa sepengetahuanmu. Aku yang memberitahu eommamu kalau kau bekerja di minimarket. Aku juga yang meminta eommamu dan Hyunsuk hyung untuk membantumu keluar dari agensi itu. Aku berencana memberitahumu akhir minggu ini, tapi aku tidak tahu kalau prosesnya bisa secepat ini,"
"Kapan kau bertemu dengan eommaku? Dan apa yang kau katakan pada eommaku, oppa?" tanya Lisa kemudian, gadis itu tidak banyak merespon. Ia hanya membiarkan Jiyong memegang bahunya, dan menatap pria itu dengan tatapan kesalnya.
"Aku bertemu dengannya saat kalian bertengkar di lift," ucap Jiyong sama sekali tidak merasa kalau Lisa benar-benar sedang marah. Tidak semua orang mau bicara saat marah. "Waktu itu aku memberi tahunya kalau kau bekerja di minimarket. Sebuah agensi tidak seharusnya membuat traineenya bekerja di minimarket begitu, jadi aku memintanya untuk menarikmu keluar dari agensi itu. Aku juga mengatakan hal yang sama pada Hyunsuk hyung setelahnya. Aku tidak menyangka kalau mereka akan bergerak secepat ini, mungkin ini karena kau putri dari Gummy Park yang sangat terkenal, kau beruntung," tutur lembut Jiyong, sembari mengacak pelan rambut Lisa. Mencoba untuk menunjukan pada gadis itu kalau ia benar-benar peduli.
"Memangnya oppa siapa?" tanya Lisa kemudian. Nada bicaranya terdengar sangat dingin sampai membuat Jiyong menghentikan gerakan tangannya dan membeku karena terkejut. Biasanya Lisa akan berteriak saat marah, bukannya bicara dengan sangat dingin seperti ini. "Kenapa oppa yang menentukan mana yang baik untukku dan mana yang tidak? Kau menyukaiku?" tanya Lisa sekali lagi, namun kali ini gadis itu bicara dengan air mata yang mengalir jatuh membasahi pipinya.
"Lisa-"
"Hanya karena aku ikut trainee sepertimu, bukan berarti mimpiku sama dengan mimpimu, apa yang oppa tahu tentangku? Oppa tidak pernah melihatku," ucap Lisa yang kali ini mulai kesulitan menahan isakannya. "Aku ikut trainee hanya agar bisa tinggal di dorm. Hanya untuk membuat eomma merindukanku. Dia akan merindukanku kalau aku pergi dari rumah. Aku bekerja di minimarket karena aku menyukainya. Apa yang kau tahu tentang mimpiku? Apa mimpiku? Kenapa oppa yang memutuskan apa mimpiku dan merusak segalanya? Setelah aku berhasil bertahan di dorm dan membuat eomma merindukanku, kenapa kau justru menghancurkan segalanya? Aku hanya ingin tinggal dengan eommaku seperti keluarga lainnya dan setelah aku hampir berhasil mendapatkannya, kau justru membuatku harus kembali masuk ke dorm YG yang sama sekali tidak ku inginkan! Kau benar-benar jahat! Aku sangat membencimu!" marah Lisa sembari mendorong Jiyong kemudian berlari pergi.
Sepertinya melarikan diri saat marah sudah menjadi kebiasaan bagi Lisa. Setiap kali marah, Lisa selalu berlari pergi setelah ia selesai mengungkapkan perasaannya. Kini Jiyong berdiri sendirian di atap, berusaha mencerna apa yang Lisa katakan padanya. Sedikit demi sedikit rasa bersalah merayap dalam dadanya. Namun begitu ia yakin kalau apa yang di lakukannya benar-benar salah, Lisa sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.
"Hyung, yang ku lakukan benar-benar salah, ya?" tanya Jiyong pada sang manager– setelah Lisa benar-benar meninggalkannya.
"Jangan bilang kalau aku belum memberitahumu," jawab Taehee. "Aku sudah berulang kali memberitahumu kalau yang Lisa inginkan hanyalah perhatian eommanya,"
"Ku pikir yang Lisa inginkan adalah debut, sukses, kaya raya, terkenal,"
"Tidak semua orang menginginkannya Ji," jawab sang manager sembari menepuk pelan bahu Jiyong. "Mungkin bagimu musik adalah segalanya, tapi bagi Lisa, Gummy adalah segalanya. Dia ikut trainee, berusaha untuk debut, sampai bekerja di minimarket, semua ia lakukan untuk mendapatkan perhatian Gummy dan kau hampir menghancurkan mimpinya itu. Tidak perlu terlalu merasa bersalah. Pada akhirnya Lisa tetap bisa pergi dan tinggal bersama Gummy di Philipina,"
"Tapi Lisa bilang dia membenciku," balas Jiyong sebelum ia menarik nafasnya dalam-dalam. "Dan ucapannya meninggalkan sebuah batu yang sangat besar di dadaku. Ucapannya membuat dadaku terasa sangat sesak,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBUT
FanfictionJalan itu membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah. Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Pintu gerbangnya terbuka, namu...