***
Hari ini, hari kelima hukuman Lisa. Gadis itu sudah di skors lima hari dan yang di lakukannya hanya bekerja di minimarket saat sore, kemudian berlatih seperti biasanya. Namun malam ini, di Jumat malam yang cerah, Lisa dan dua wanita hebat dalam hidupnya tengah duduk bersama di meja makan rumah mereka. Lisa, neneknya juga ibunya akhirnya punya waktu senggang untuk sekedar makan malam bersama. Makan malam itu berlangsung dengan sangat menyenangkan di awalnya. Lisa asik menceritakan bagaimana Hani dan Jeonghwa menangis ketakutan karena serangga, menceritakan bagaimana lucunya ayah Hyerin bahkan membocorkan rahasia LE kepada eomma dan halmeoninya.
"Jadi, LE eonni ternyata menyukai Hyunseung oppa. Dia bahkan menulis sebuah lagu dan berharap akan dapat kesempatan untuk menyanyikan lagu itu bersama Hyunseung oppa," oceh Lisa sembari menghabiskan nasinya. "Ah! Lalu Hyunseung oppa dan teman-temannya akan debut akhir bulan depan. Setelah karir mereka cukup stabil, agensi juga akan mendebutkanku, jadi kalian tidak perlu khawatir, oke? Kalau aku debut dengan banyak kesan baik, kau tidak perlu menganggapku bom waktu lagi, iya kan?"
"Kau sangat ingin debut?" tanya Gummy dan Lisa menganggukan kepalanya.
"Dengan begitu, kau akan bangga padaku, iya kan?" jawab Lisa dengan mulut yang juga tengah mengunyah tumis sosisnya. "Kalau aku debut, aku bisa menghasilkan banyak uang dan kau tidak perlu lagi bekerja, aku bisa membuatmu bermalas-malasan di rumah, seperti hobimu,"
"Lihat kan? Aku membesarkan putrimu dengan sangat baik, bolos sekali bukan masalah besar, kau tidak perlu lagi memarahinya seperti kemarin," pamer sang nenek, yang lantas membuat Gummy dan Lisa hanya bisa tersenyum canggung. Kalau saja sang nenek tahu alasan sebenarnya Lisa di hukum tempo hari.
Malam itu, Lalisa tinggal di rumahnya. Sudah lama sejak terakhir kali ia tidur di kamarnya sendiri. Di malam hari, seperti yang dulu selalu Gummy lakukan, wanita itu masuk ke dalam kamar Lisa, menatap putri kecilnya tidur nyenyak dalam selimut hangat.
"Maafkan aku," gumam Gummy dengan sangat pelan, khawatir membangunkan Lisa. "Kau sangat cantik, terlalu cantik untuk bisa di sembunyikan,"
Gummy merasa bersalah setiap kali melihat Lisa. Gummy merasa bersalah karena membuat Lisa harus tumbuh dalam keluarga yang jauh dari kata normal. Merasa bersalah karena belum bisa menjadi seorang ibu yang sebenarnya untuk Lisa. Perlahan, Gummy mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut rambut Lisa. Putri kecilnya sudah banyak terluka karenanya, perasaan seperti itu tidak pernah hilang dari dada Gummy.
"Kenapa kau harus lahir dari seorang ibu sepertiku? Kasihan sekali putriku," gumam Gummy tanpa berniat membangunkan Lisa. Namun sepertinya sentuhannya sedikit lebih kuat dari malam-malam sebelumnya, sehingga malam ini Lisa memberi respon pada usapan Gummy di kepalanya.
"Ng... Kenapa kau ada disini?" gumam serak Lisa sembari bergerak untuk melihat Gummy dengan matanya yang masih sangat lengket karena mengantuk.
"Aku membangunkanmu? Maaf," jawab Gummy yang secara tidak sadar langsung menarik tangannya. "Aku hanya- hanya mencari sisir," jawab gugup wanita itu sembari memutar matanya ke sekeliling kamar, berpura-pura mencari sesuatu.
"Kau kesini hanya untuk mencari sisir? Kau tidak punya sisir di rumahmu? Augh! Kau mengganggu! Keluar dari kamarku! Aku mengantuk," keluh Lisa yang kemudian menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya. Sedikit kecewa karena sang ibu hanya mencari sebuah sisir, bukan mencarinya.
Gummy kemudian menghela nafasnya. Bukan karena merasa lega sebab Lisa mempercayai alasannya. Gummy menghela nafas kecewa atas sikapnya sendiri. Lisa adalah putrinya, namun ia tidak pernah benar-benar bisa menunjukan kasih sayangnya pada gadis kecil itu. Gummy benar-benar menyesal karena tidak dapat memberitahu Lisa sebesar apa rasa sayangnya pada Lisa.
"Lisa-ya, kau sudah tidur?" tanya Gummy, namun Lisa hanya menggumam.
"Hm... Aku akan tidur sekarang," jawab Lisa tanpa membuka selimutnya. "Pergilah dari kamarku,"
"Lisa-ya," panggil Gummy yang justru duduk di tepian ranjang putrinya itu. "Aku sudah memikirkannya. Bagaimana kalau aku pensiun dan kemudian kita pindah? Dengan begitu, aku bisa menjadi eomma seperti seorang eomma yang kau inginkan,"
"Apa katamu?!" tanya Lisa yang langsung bangun begitu mendengar ucapan ibunya. "Kau kerasukan?! Halmeoni! Eomma kerasukan- mph!" seru Lisa yang kemudian tertahan tangan Gummy. Gummy menutup mulut Lisa karena khawatir gadis itu membuat keributan di tengan malam.
"Diamlah! Suaramu bisa membangunkan semua orang di gedung ini," omel Gummy dengan suara husky-nya yang khas.
"Kau serius? Kau benar-benar serius dengan ucapanmu?" tanya Lisa setelah Gummy melepaskan tangannya dari mulut Lisa. Setelah Lisa mengangguk dan berjanji tidak akan berteriak lagi. "Kenapa tiba-tiba pensiun? Kau selalu senang menjadi fokus di panggung," ucap Lisa dengan ekspresi menyelidiknya.
"Kau tidak setuju? Baik-"
"Tidak! Bukan begitu," potong Lisa sembari menahan Gummy yang akan bangkit dari duduknya. "Kalau kau pensiun, apa yang akan kau lakukan? Kau bisa melakukan hal lain selain menyanyi?"
"Kau meremehkanku? Masalah uang dan penghasilan aku bisa mengusahakannya,"
"Kalau begitu tidak ada masalah lain kan? Kau bisa pensiun dan kita akan pindah rumah? Kemana kita akan pindah? Incheon? Jeju? Adakah tempat di Korea yang tidak mengenalimu? Haruskah kita tinggal di gunung? Aku tidak keberatan! Ayo pindah," oceh Lisa yang dengan sangat jelas menunjukan rasa senangnya. Tidak ada hal lain yang Lisa inginkan, selain hidup sebagai putri seorang Park Jiyeon yang tidak di sembunyikan.
"Bagaimana dengan Philipina?" tawar Gummy, yang ikut tersenyum karena melihat reaksi Lisa– yang sama sekali tidak pernah ia duga.
"Philipina?! Kita akan keluar negri? Sungguh? Aku tidak pernah keluar negri!"
"Kau lahir di New York," ralat sang ibu membuat Lisa lantas memutar bola matanya.
"Kau berharap aku mengingat itu?" ketus Lisa yang kemudian meraih tangan Gummy. "Kau akan pensiun, kemudian kita akan pindah ke Philipina dan setelah itu aku bisa memberitahu teman-temanku di Philipina nanti kalau kau adalah eommaku?" tanya Lisa, sekedar memastikan. Gummy menganggukan kepalanya, mengiyakan ucapan Lisa tersebut dan senyum Lisa pun kemudian mengembang. "Berjanjilah padaku kau tidak akan berubah pikiran," pinta gadis itu sembari mengacungkan kelingking kanannya. Lisa ingin mengikat obrolan mereka dalam sebuah janji kelingking.
"Tapi kalau kita pindah ke Philipina, kau harus meninggalkan agensimu yang sekarang. Apa kau akan baik-baik saja dengan itu?"
"Ne, aku tidak keberatan," ucap Lisa yang kemudian memaksa untuk mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Gummy. "Aku tidak keberatan keluar dari agensi bahkan tidak debut sekalipun. Aku bisa mencari mimpi lain saat kita di Philipina nanti. Jadi berjanjilah kau tidak akan membohongiku," pinta Lisa dan Gummy mengiyakannya– sembari menautkan kelingking mereka dan mengikat sebuah janji kelingking diantara mereka berdua.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBUT
FanfictionJalan itu membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah. Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Pintu gerbangnya terbuka, namu...