21

1.5K 254 6
                                    

***

Di tengah latihan, si sibuk G Dragon harus keluar dari ruang latihan untuk menjawab beberapa panggilan penting. Pelatih rapp itu kemudian meninggalkan empat rapper junior di sana bersama Lisa.

"Noona, boleh kami memanggilmu begitu?" tanya Keita yang baru saja di marahi Jiyong karena terus menerus melakukan kesalahan di tempat yang sama– masalah tempo.

"Tentu," jawab Lisa masih duduk di tempatnya tadi. Namun setelah latihan berlangsung selama 30 menit, kini Lisa duduk diantara empat bocah itu.

"Bukankah kau model, noona?" tanya Byunggon dan Lisa menganggukan kepalanya. "Aku pernah melihat fotomu di beberapa majalah,"

"Ya... aku model. Dan karena itu aku jadi pelatih modeling di sini," jawab Lisa sembari menganggukan kepalanya.

"Noona, apa kau pernah gagal?" tanya Byunggon kemudian, membuat Lisa lantas menoleh kearahnya.

"Apa aku terlihat seperti itu?" tanya Lisa sembari menyentuh kedua pipinya. Mencoba untuk terlihat manis dan mengundang tawa Byunggon. Byunggon terlihat sangat sedih setelah tadi Jiyong menyebut-nyebut kegagalannya.

"Anniyo, kau tidak terlihat menyedih-"

"Aku tidak pernah berhasil di percobaan pertama dan kedua, sekeras apapun aku berlatih," potong Lisa yang kemudian kembali duduk dengan nyaman di posisinya. Bersandar pada dinding dingin di belakangnya. "Aku pernah ikut trainee tapi di saat teman-temanku debut, aku tidak bisa debut bersama mereka. Kemudian aku ikut berbagai lomba menyanyi di Philipina tapi tidak pernah menang. Aku berkali-kali mengirim CV ku tapi tidak ada yang tertarik. Aku juga berkali-kali ikut casting tapi tidak pernah mendapat peran apapun. Aku ratusan kali ikut audisi tapi tidak pernah terpilih,"

"Apa yang membuatmu tidak menyerah?" kali ini Junhyuk yang buka mulut.

"Kenapa aku harus menyerah? Memang berat. Aku jatuh, terluka dan sakit, tapi semua itu menyenangkan. Tidak apa-apa selama itu menyenangkan. Tidak apa-apa selama semua proses itu membuatku tertawa. Menangis dan tertawa, bukankah itu manusiawi?"

"Kita mulai lagi latihannya," suara Jiyong kembali memenuhi ruangan. Masih sembari menatap layar handphonenya pria itu masuk ke dalam ruang latihan dan duduk di kursinya. "Kalian sudah selesai menulis liriknya?" tanya Jiyong yang lantas membuat empat bocah di sana panik. Tidak ada instruksi menulis lirik rapp sebelumnya.

"Sunbaenim tidak menyuruh kami-"

"Lalu kalau aku tidak menyuruhnya, kau tidak akan menulis lirik rapp apapun?" tanya Jiyong memotong ucapan Jeongseob.

"Tapi ini latihan pertama-"

"Dan kalau ini latihan pertama, kalian tidak menyiapkan apapun?" sela Jiyong lagi, memotong ucapan Keita. "Sebenarnya, kalian ingin berhasil atau tidak?" sinis Jiyong yang kemudian menaruh handphonenya di atas keyboard. Bersiap untuk memarahi empat bocah itu. "Kalian tidak siap untuk latihan hari ini. Rapp kalian menyakiti telingaku dan kalian tidak punya apapun untuk di perlihatkan. Apa saja yang kalian lakukan selama ini? Kalian gagal di Mixnine dan gagal juga di YG Treasure Box. Kalian ingin gagal lagi di SMTM ini? Lalu kapan kalian akan berhasil? Kalau terus begini, bukan pelatih di agensi yang tidak bisa melatih dengan benar. Kalian yang tidak pernah siap untuk berhasil. Keluar. Latihan hari ini selesai disini dan aku tidak akan melatih kalian sampai kalian benar-benar siap di latih,"

Jiyong mematikan keyboardnya, meraih kembali handphonenya dan berjalan keluar dari ruang latihan itu. Ia pergi meninggalkan keempat bocah yang hampir pingsan karena takut juga meninggalkan Lisa yang baru saja merasa benar-benar terkejut. Ia tidak tahu kenapa Jiyong tiba-tiba meledak seperti itu.

"Jangan khawatir, dia tetap akan melatih kalian besok," ucap Lisa yang kemudian bangkit, dan tersenyum pada bocah-bocah itu. "Latihan saja sendiri untuk hari ini. Aku akan bicara padanya dan memastikan dia melatih kalian lagi, jangan khawatir," lanjutnya sebelum kemudian ia berjalan keluar dari ruang latihan dan menghampiri Jiyong. Di luar, Jiyong tengah berdiri di depan lift, sembari membaca sesuatu di handphonenya.

Lisa berdiri di sebelah Jiyong, membuat si pria melirik ke arahnya dan kembali merasa gugup. Sial. Sepertinya Jiyong hanya bisa mengatasi rasa gugupnya di dalam ruang latihan. Berada di depan lift bersama Lisa membuatnya ingin di telan bumi saja. Ditambah Lisa yang juga ikut masuk ke dalam lift bersama Jiyong. Berada di dalam ruang lift yang sempit itu bersama Lisa membuat Jiyong merasa hampir gila. Lisa tidak melakukan apapun, namun rasa bersalah yang sejak dulu terpupuk dalam dada Jiyong membuat pikiran pria itu kacau.

"Kenapa kau terus mengikutiku?!" tanya Jiyong yang tanpa sadar berbalik menatap Lisa serta meninggikan suaranya. Pasalnya Lisa ikut keluar di lantai lima, terus berjalan satu langkah di belakang Jiyong tanpa mengatakan apapun dan membuat Jiyong benar-benar risih.

"Dunia sudah berubah, tapi oppa tetap sama," jawab Lisa balas menatap Jiyong dan membuat pria itu mundur satu langkah. "Oppa masih saja angkuh dan menyebalkan. Aku penasaran kenapa dulu aku menyukaimu," lanjut Lisa dengan nada bicaranya yang tetap normal. Gadis itu sempat terkejut karena nada bicara Jiyong barusan, namun melihat Jiyong melangkah mundur saat mata mereka bertatapan membuat Lisa enggan membalas suara Jiyong.

"Sampai kapan oppa akan terus menghancurkan mimpi orang lain? Oppa tidak merasa bersalah padaku? Ya, anggaplah karena ucapanmu dulu, kau jadi ikut berjasa dalam hidupku. Kalau bukan karenamu dan mulut menyebalkanmu itu aku tidak akan menjadi seperti sekarang. Tapi apa oppa sadar kalau apa yang keluar dari mulut sialanmu itu sangat mengganggu? Rapp mereka melukai telingamu? Jadi kau membalas mereka dengan melukai perasaan mereka? Oh ayolah oppa, apa kau baru saja mendapatkan pubertasmu yang kedua? Atau kau baru sama mulai monopause? Kenapa kau sangat kejam? Ya, kita- oppa, aku dan orang-orang seangkatan kita lainnya- kita bisa sampai di titik ini karena di tekan, karena di marahi, karena hidup kita saat itu sangat sulit. Aku tahu maksudmu baik, kau bisa sampai sehebat ini karena dulu pelatihmu menekanmu. Aku tahu. Aku juga merasakannya. Aku sama sepertimu dan aku bisa mengerti maksudmu. Tapi anak-anak tadi- Byunggon, Keita, Junhyuk dan Jeongseob. Mereka berbeda darimu. Mereka tidak akan berterima kasih padamu karena kau sudah menekan dan melukai perasaan mereka. Menekan mereka tidak akan membuat mereka jadi sama sepertimu. Hanya menekan mereka tidak akan membuat mereka sukses sepertimu,"

Jiyong masih terdiam, menelan semua kata yang Lisa ucapkan. Namun Lisa pun belum berubah. Kebiasaannya melarikan diri setelah selesai mengungkapkan pikirannya masih belum berubah. Belum sempat Jiyong membuka mulutnya, Lisa sudah berbalik dan melangkah pergi.

"Li-" Jiyong hendak memanggil Lisa, di langkah ke sepuluh gadis itu. Namun belum sampai Jiyong selesai menyebut nama si gadis, handphone Lisa sudah lebih dulu berbunyi. Ringtone-nya suara sexy seorang pria yang mengatakan "Hi! Lalice, i'm Simon D. We collab baby. This song was dedicated for you-" sehingga Jiyong langsung menutup rapat mulutnya.

Jiyong dapat mendengar dengan jelas ringtone panggilan di handphone Lisa dan hal itu membuatnya merasa harus tetap menjaga jarak.

Lisa diam saja, gadis itu menjawab panggilannya namun tidak mengatakan apapun. Gadis itu hanya mendengarkan apa yang penelponnya katakan.

"Kapan-kapan saja," gumam Jiyong hendak kembali berjalan ke dalam studio rekaman. Namun baru dua langkah ia bergerak, Lisa sudah berlari kemudian memotong jalannya.

"Oppa kau tahu dimana rumah sakit Seoul?" tanya Lisa dan Jiyong mengangguk, masih belum benar-benar bisa menebak isi kepala Lisa. "Kalau begitu antarkan aku ke sana, secepatnya, eomma dibawa sana sekarang,"

***

DEBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang