***
Sudah pukul tujuh malam ketika Jiyong melangkahkan kakinya masuk ke gedung agensinya. Kemarin ia minum-minum dan mendengarkan cerita Seungri semalam penuh, hingga malam ini ia baru bisa datang ke tempat kerjanya. Kepalanya masih sedikit pening, namun ia punya tanggung jawab untuk menyelesaikan demo lagunya bulan depan.
"Annyeong oppa," sapa Lisa ketika secara tidak sengaja mereka berpapasan di lorong lantai lima gedung YG.
"Oh, annyeong," balas Jiyong yang kemudian menghentikan langkahnya. "Baru saja selesai latihan?"
"Selesai melatih," ralat Lisa dan Jiyong hanya mengangguk sembari terkekeh mendengarnya. "Oppa sudah makan malam?"
"Belum, kau mau memintaku mentraktirmu lagi? Sepertinya malam ini aku tidak ingin makan, pencernaanku sedang bermasalah," tolak Jiyong, ia harus menghindari Lisa, pikirnya.
"Kalau begitu bagaimana dengan minum teh? Aku akan pergi makan malam dengan Lee Seung, bagaimana kalau oppa ikut? Aku merasa sedikit canggung kalau hanya pergi berdua dengan Lee Seung," tawar Lisa, yang kemudian mengigiti ujung jarinya. Terlihat gugup namun berusaha menutupi rasa gugup itu.
"Minum teh dimana?" tanya Jiyong, sembari mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Lisa. Menahan gadis itu agar tidak mengigiti kukunya.
"Lee Seung memintaku untuk datang ke restoran ramennya,"
"Aori ramen? Baiklah," tanya Jiyong yang kemudian terkekeh. Jiyong menertawakan si pria yang semalam bersumpah tidak akan bersikap baik lagi pada Lisa, namun melanggar sumpah itu di jam ke 20.
"Oppa mau ikut?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. "Tapi kau yang menyetir, kepalaku sakit,"
"Kenapa? Oppa sakit? Pencernaan dan kepalamu sakit? Perlu ke rumah sakit?"
"Tidak, dimana mobilmu? Ayo pergi," jawab Jiyong yang kemudian mengikuti arah langkah Lisa. "Kemarin aku menemani temanku minum semalaman penuh, dan sekarang rasanya sangat menyiksa,"
"Ah... Mabuk?" tanya Lisa yang kemudian menekan tombol pintu lift.
"Sedikit. Kau selalu memarkir mobilmu di depan lobby?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. "Kenapa?"
"Aku tidak bisa membawanya naik hehe... Terakhir kali mencoba, aku menggores pintu mobilku karena saat berbelok aku terlalu dekat dengan dinding,"
"Sepertinya aku saja yang nanti menyetir," balas Jiyong bersamaan dengan pintu lift yang terbuka di lobby utama. Lisa melangkah keluar lebih dulu, Jiyong mengekorinya dan Jiyong benar-benar meminta kunci mobil Lisa begitu mereka ada di tempat parkir. Jiyong tidak percaya pada kemampuan Lisa menyetir. "Kenapa wajahmu?"
"Wajahku?" tanya Lisa setelah ia masuk ke dalam mobilnya dan duduk di sebelah Jiyong. "Kenapa wajahku? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanyanya yang sekarang mengeluarkan cermin kecil dari sakunya dan melihat pantulan wajahnya pada cermin itu.
"Dahi dan bibirmu terluka,"
"Ahh... Ini? Sesuatu terjadi kemarin dan... Aku bertengkar,"
"Dengan Seungri? Dia memukulmu?" tanya Jiyong terdengar sedikit kaget.
"Oh! Tidak! Kalau bertengkar dengan Lee Seung, bukan aku yang akan terluka, tapi dia," jawab Lisa sembari tersenyum. "Jadi kemarin aku pergi menemui sutradara dengan Lee Seung, kemudian mereka menolak pakaianku. Aku minum kopi dengan Lee Seung kemudian kembali ke tokoku dan Lee Seung kembali pergi bekerja. Lalu seseorang datang ke tokoku dan mengajakku makan malam. Tapi saat makan malam, dia membuatku kesal, kami bertengkar dan dia menamparku. Aku membalasnya, tentu saja aku harus membalasnya, kan? Kami berkelahi dan pemilik restorannya menelpon polisi," cerita Lisa, membuat Jiyong melirik gadis itu dengan tatapan tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBUT
ФанфикJalan itu membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah. Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Pintu gerbangnya terbuka, namu...