***
"Hhhh... Aku sudah dewasa, hanya oppa yang menganggapku anak-anak. Sudahlah, aku tidak mau membicarakan ini lagi. Mulai sekarang, ayo bicarakan sesuatu yang lebih berguna. Politik, ekonomi, filsafat, lingkungan? Hukum? Ada banyak sekali hal yang lebih penting di bicarakan daripada hanya masalah cinta, iya kan?" oceh Lisa sebelum ia kemudian menghabiskan sebotol beernya dalam sekali minum.
Jiyong terkekeh menanggapi ucapan Lisa, namun tidak lama berselang, handphone Lisa memperdengarkan suara Simon. Sebuah panggilan masuk dari Joonyoung dan Lisa langsung menjawabnya tanpa berfikir sama sekali.
"Kau baik-baik saja?" tanya Joonyoung setelah 30 detik keduanya hanya diam, Joonyoung menunggu Lisa bicara, begitu juga dengan Lisa.
"Tidak," jawab Lisa kemudian. "Aku sedang minum-minum bersama seorang pria," pamer Lisa, lantas ia menaruh botol beernya dan mulai mengigiti ujung jarinya lagi. "Sekarang kami sedang minum bersama... Kau baik-baik saja? Apa kau baik?"
"Kau mabuk?"
"Ya! Aku mabuk! Aku mabuk bersama seorang pria. Kau pikir hanya kau yang bisa menggoda gadis lain? Kau pasti tidak tahu! Kemarin Seungri Big Bang menciumku! Dia bilang, dia menyukaiku. Lalu Simon! Kau tahu Simon? Wakil CEO AOMG itu? Pria kaya sibuk itu... Dia akan langsung datang hanya dengan satu panggilan dariku! Aku- aku yang kau- Gadis yang kau khianati ini... Bisa mendapatkan pria lain yang jauh lebih baik darimu. Kau baik-baik saja?" marah Lisa dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Ah bahkan G- oppa!" seru kesal Lisa, ketika secara tiba-tiba Jiyong merebut handphonenya kemudian memutuskan panggilan itu.
"Menangislah, kau boleh menangis tapi tidak mempermalukan dirimu sendiri seperti ini," ucap Jiyong dengan tangan yang sibuk mematikan handphone Lisa.
"Aku merindukannya..." isak Lisa, yang lantas membuat Jiyong bangkit dari sofa itu untuk kemudian melangkah ke dapur, berniat mengambilkan beberapa beer lagi.
Jiyong menginjakan kakinya di dapur dan saat itulah ia baru saja mengetahui separah apa luka Lisa. Sebelumnya Jiyong tidak tahu sejauh apa hubungan Lisa dengan Joonyoung sebelumnya, namun di dapur ia menemukan sebuah gaun pengantin setengah jadi. Gaun pengantin itu seharusnya berwarna putih dan di hiasi berbagai manik-manik yang cantik dan berkilau. Namun sayangnya, sebagian manik-manik di gaun itu sudah hampir lepas, warna putihnya sudah tidak lagi sama, ada banyak bercak kecoklatan di gaun itu dan gaun itu justru berakhir di bak cuci piring bersama piring-piring kotor dan sisa makanan lainnya.
Jiyong mengabaikan bak cuci piring itu. Ia berpura-pura tidak melihatnya kemudian membuka lemari es di hadapannya. Rasanya lemari es itu tidak asing untuknya, pikir Jiyong sebelum kemudian ia mengingat hadiah yang di terimanya dari Lee Jieun. Jiyong pernah membantu seorang penyanyi wanita dan wanita itu menghadiahinya sebuah lemari es yang penuh dengan beer sebagai ucapan terima kasih. Melihat isi lemari es Lisa yang penuh dengan beer, membuatnya mengingat hadiah itu.
Jiyong kembali ke ruang tengah setelah mengambil sebotol beer. Rasanya ia tidak pergi terlalu lama, namun saat kembali ke ruang tengah, Jiyong melihat Lisa sudah terlelap di atas sofa. Jiyong mencoba membangunkan Lisa, hendak menyuruh gadis itu pindah ke kamarnya. Sayangnya, seperti mati, Lisa sama sekali tidak membuka matanya. Lisa selalu mabuk dan pingsan hanya dengan satu botol beer, toleransinya terhadap alkohol benar-benar rendah.
Merasa kasihan dengan posisi tidur Lisa yang tidak nyaman di sofa, kemudian membuat Jiyong memberanikan diri untuk mengecek kamar Lisa dan mengangkat Lisa kedalam kamarnya. Hanya ada sebuah ranjang dan beberapa kotak biru di dalam kamar itu, tapi setidaknya Lisa bisa tidur lebih nyamam di atas ranjangnya.
"Oppa akan menjagamu, jadi lupakanlah pria berengsek yang melukaimu itu, mengerti?" gumam Jiyong sembari mengusap rambut Lisa setelah ia menyelimuti tubuh gadis itu. Seharusnya Jiyong menemui Seungri. Seharusnya Jiyong kembali ke agensi. Akan tetapi, melihat keadaan di rumah Lisa, membuat pria itu tidak tega meninggalkan Lisa sendirian.
Dengan sangat berhati-hati karena khawatir akan membangunkan Lisa, Jiyong membersihkan rumah gadis itu. Pria itu mengeluarkan barang-barang Lisa dari kotak birunya, menata rumah gadis itu dan menyingkirkan semua benda yang berbau Joonyoung dari sana.
Kwon Jiyong selesai merapihkan rumah Lisa di pukul tiga pagi. Akan tetapi si pemilik rumah sama sekali tidak bangun. "Banyak juga," gumam Jiyong sembari melihat lima kotak biru yang penuh berisi kenangan akan Joonyoung. Mulai dari gaun pengantin yang sudah rusak, potongan-potongan tuxedo yang di gunting, berbagai bingkai foto, hadiah-hadiah yang sepertinya dari Joonyoung sampai sebuah kotak beludru berisi cincin berlian dengan ukiran inisial Lisa dan Joonyoung diatasnya.
Jiyong tidak berhak membuangnya, tentu saja karena semua kotak itu adalah kenangan milik Lisa juga Joonyoung. Sehingga yang bisa ia lakukan hanyalah menumpuk kotak-kotak itu di sudut dapur yang tidak begitu terlihat. "Akhirnya selesai juga..." seru lega seorang Kwon Jiyong yang akhirnya bisa beristirahat.
Jiyong kembali duduk di sofa, ia berniat untuk beristirahat sebentar sebelum pulang, namun baru beberapa menit duduk di sofa itu Jiyong sudah melayang ke alam mimpi. Pekerjaan rumah membuatnya cukup lelah sampai tanpa bisa di cegah Jiyong terlelap di sofa rumah Lisa.
Kali ini Jiyong terbangun karena sakit di punggungnya, tidur di sofa untuk dua orang sama sekali bukan kebiasaan Jiyong. Pria itu mengeluh kemudian menjatuhkan dirinya ke atas karpet di depan sofa. Matanya masih terpejam namun ia merasakan sesuatu melilitnya.
"Lisa-ya, kau sudah bangun?" tanya Jiyong setelah ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan mendapati sebuah selimut membungkus tubuhnya.
"Tentu saja sudah, ini sudah jam 7 pagi," jawab Lisa, baru saja keluar dari kamarnya karena mendengar suara benda jatuh yang membentur mejanya di ruang tengah– Jiyong yang jatuh. "Oppa, kau ingin berjalan ke meja makan atau menungguku mengantarkan sarapanmu kesana?"
"Menunggumu," jawab Jiyong yang masih ingin meringkuk di atas karpet itu, kembali terpejam, mencari posisi yang nyaman untuk kembali terlelap.
"Baiklah... Kalau begitu tunggu aku selesai bersiap-siap," ucap Lisa, kembali menghilang ke dalam kamarnya untuk lanjut menata rambutnya.
20 menit setelahnya, Jiyong kembali membuka matanya, masih dengan sedikit samar ia melihat Lisa menaruh sebuah nampan diatas meja ruang tengah. Nampan itu berisi sepiring roti isi dan secangkir susu hangat. Jiyong tidak tahu ada dua benda itu di rumah Lisa, rasanya semalam ia tidak menemukan apapun selain beer dan jus jeruk di lemari es Lisa.
"Maaf, membuatmu harus tidur di sofa," ucap Lisa yang kemudian duduk di hadapan Jiyong, berjarak sebuah meja kayu kecil di hadapan mereka. "Dan terimakasih karena sudah merapihkan rumahku,"
"Kau tidak bisa minum ya?" tanya Jiyong seraya meraih cangkir susunya kemudian menyesapnya. Sebelumnya Jiyong tidak pernah menikmati susu hangat di pagi hari, susu yang di siapkan manager atau asistennya sudah dingin ketika ia bangun, selalu. Susu hangat rasanya sama sekali tidak buruk, pikir Jiyong dengan punggung yang ia sandarkan pada sofa di belakangnya.
"Hehe... Iya... Biasanya aku berhenti di setengah botol," jawab Lisa dengan kepala tertunduk, sepertinya malu. "Apa aku berat?" susul Lisa dengan wajah yang terlihat berharap– berharap Jiyong tidak akan menghinanya, karena biasanya, Joonyoung akan mengatakan iya.
"Tidak lebih berat dari karung pasir di camp wamil," jawab Jiyong yang sekarang sibuk mencari rokoknya. Mulutnya terasa aneh kalau belum merokok, semua perokok begitu dan itu membuat Lisa mengingat Joonyoung. Dulu saat berkunjung ke rumah Joonyoung di pagi hari, Lisa selalu melihat pria itu merokok. "Kapan kau bangun dan membeli ini?" tanya Jiyong karena setelah kesadarannya datang, ia dapat mengenali roti isi tuna di atas itu sebagai roti isi yang selalu di jual di minimarket.
"Saat oppa tidur," jawab Lisa sembari mengingat-ingat paginya. "Mungkin satu jam yang lalu. Ah, aku harus ke agensi sebelum jam 9 nanti, oppa bisa tetap disini kalau masih lelah. Aku akan memberitahu Taehee samchon untuk menjemputmu?"
"Kau bisa menghubungi Taehee hyung?"
"Hanya perlu menyebrang jalan, biasanya dia sudah ada di sana, ku panggilkan sekarang?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBUT
أدب الهواةJalan itu membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah. Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Pintu gerbangnya terbuka, namu...