***
Sebuah panggilan singkat yang di iringi dengan isakan pelan berhasil membuat Jiyong keluar dari studio rekamannya dan menjemput Lisa di restoran. Joonyoung sudah pergi ketika Jiyong datang, menghampiri Lisa di meja khususnya dan duduk di hadapan gadis yang menangis itu.
"Kenapa teh?! Dia seharusnya memesan beer untukku!" marah Lisa setelah ia menenggak habis teh hangat yang ada di depannya. "Ini tidak cukup, aku harus-"
"Akan ku pesankan teh lagi," potong Jiyong yang kemudian melangkah keluar untuk memanggil seorang pelayan dan memesan teh lagi. Jiyong tahu kenapa harus teh. Joonyoung sudah lama mengenal Lisa jadi tidak mungkin kalau pria itu lupa kalau Lisa tidak bisa meminum alkohol. Tentu saja harus teh karena Joonyoung tahu kalau Lisa bisa langsung mabuk hanya dengan sedikit alkohol. Dan Lisa jadi semakin kesal karena Joonyoung masih memperhatikan itu.
Lisa menangis, di hadapan Jiyong, bertanya-tanya kenapa Joonyoung bersikap sejauh itu hanya untuk mengakhiri hubungan mereka. Bertanya-tanya kenapa Joonyoung tidak membela dirinya dan memohon agar bisa dapat kembali. Bertanya-tanya kenapa Joonyoung masih mengkhawatirkannya. Namun tidak ada satupun jawaban yang dapat menjawab pertanyaan itu.
"Aku tahu dia masih menyukaiku, dia masih mencintaiku tapi kenapa dia berusaha terlihat sangat jahat padaku? Dia bahkan sengaja mengajak gadis jahat itu ke restoran Seungri agar aku melihatnya! Karena dia tahu aku masih ingin berteman dengan Seungri," marah Lisa di tengah air matanya yang tidak bisa berhenti jatuh.
"Kenapa kau bertanya padaku? Kau harusnya bertanya padanya," jawab Jiyong, sembari menikmati sepiring steak yang sebelumnya di pesan Joonyoung. Steak itu datang justru setelah Joonyoung pergi, seakan Joonyoung memang dengan sengaja menyiapkan makanan itu untuk Jiyong.
"Joonyoung tidak pernah tega mencampakanku. Lima tahun berkencan dengannya dan tidak pernah sekalipun dia mengakhiri hubungan kami. Di saat dia bosan melihatku, dia pergi menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Di saat aku melakukan kesalahan, dia akan berpura-pura tidak tahu dan menungguku mengaku. Di saat Seungri terus menerus datang dan menyatakan perasaannya padaku, dia justru mendekati Seungri. Dia bilang Seungri temanku dan dia tidak ingin aku bertengkar dengan temanku. Dia bilang Seungri temanku dan dia juga ingin berteman dengannya. Dia bilang dia ingin mengenalku dia bilang dia-"
"Sekarang dia meninggalkanmu. Berselingkuh hanya untuk membuatmu mencampakannya, membuatmu membencinya dan membuatmu berhenti mengganggunya lagi. Dia sudah muak padamu," potong Jiyong membuat Lisa menatap marah pada pria di hadapannya. Bukankah seharusnya Jiyong di sana untuk menghiburnya? Atau menenangkannya? Bukan hanya makan. "Kau harus menerimanya, dia sudah muak padamu,"
"Kenapa oppa kesini?" sinis Lisa dengan tatapan tajamnya. "Kau seharusnya kesini untuk menenangkan-"
"Makan," potong Jiyong lagi. "Aku kesini untuk makan, karena kau bilang ada makanan disini. Apa kau akan memakan steakmu?"
"Apa? Augh! Makan ini! Makan semuanya!" marah Lisa yang sekarang mendorong piringnya ke hadapan Jiyong. Lisa bahkan belum menyentuh garpunya, namun nafsu makannya sudah lama hilang.
"Kenapa menelponku?" tanya Jiyong kemudian. Di saat ia tengah memakan steak keduanya, dan di saat Lisa sudah menghapus air matanya. "Kenapa tidak menelpon temanmu? Seungri atau Simon?"
"Aku tidak punya teman," jawab Lisa masih sibuk menghapus air matanya. "EXID sibuk dengan pekerjaan mereka. Simon sibuk dengan agensinya, dan Seungri... Aku tidak ingin melihatnya,"
"Kenapa? Kau sangat membenci Seungri?"
"Tidak," jawab Lisa yang kemudian bercermin. Ia merasa harus membuat wajahnya terlihat baik-baik saja. Gadis itu mencoba tersenyum di depan cermin kecilnya dan melatih bibirnya agar dapat tersenyum dengan benar. Tidak ada gunanya memamerkan lukanya pada semua orang. "Hanya tidak ingin melihatnya,"
"Aku melihat kalian di lobby tadi-"
"Aku memberitahumu bukan karena aku mempercayaimu. Di mataku kau masih seorang pria yang mengadukanku pada eommaku. Tapi oppa tidak berubah, kau tetap memperhatikan banyak hal dan mengurus banyak hal. Kau tetap hebat saat mengurus orang lain,"
"Apa?" tanya Jiyong. "Aku akan memukulmu kalau kau hanya akan mengatakan omong kosong setelah mengejekku, kau tahu? Aku meninggalkan banyak hal untuk datang kesini menjemputmu,"
"Aku punya seorang appa,"
"Tentu saja," jawab Jiyong yang kemudian memukul dahi Lisa dengan sendok tehnya.
"Ya!-"
"Ya! Sudah ku bilang untuk tidak mengatakan omong kosong! Siapa yang tidak punya appa disini?! Kau tidak akan lahir tanpa sperma appamu!" marah Jiyong membuat Lisa mendengus kesal. Melihat Lisa menangisi pria berengsek saja sudah cukup membuat Jiyong kesal sejak tadi.
"Lee Jin Wook, adik dari appanya Seungri, appaku,"
"Kau bercanda? Ini sama sekali tidak lucu," komentar Jiyong setelah ia terdiam untuk beberapa saat. Mengingat-ingat wajah paman Seungri di kepalanya.
"Kau pikir aku bisa bercanda sekarang? Hubungan asmaraku berantakan dan pria yang seharusnya menjadi sepupuku tidak berhenti menyatakan perasaannya. Kalau berada di posisiku apa oppa masih bisa menghabiskan dua potong daging itu?" jawab sinis Lisa sementara Jiyong masih sibuk memacu otaknya untuk mencerna ucapan Lisa.
"Ya- aku tidak bisa berfikir, pesankan minuman untukku, wine atau whiskey apapun yang mereka punya," suruh Jiyong sementara Lisa hanya menggeleng. Kemudian menyodorkan tehnya, menyuruh Jiyong meminum teh itu. Membalas Jiyong yang tadi juga memesankannya teh.
"Seungri tidak tahu? Kalau kau putri pamannya? Kapan kau tahu dia appamu?" tanya Jiyong dengan kepala yang berdenyut sekarang. Seharusnya ia tidak mengetahui apapun.
Kini Jiyong harus kembali menyusun ulang perasaannya. Bagaimana ini? Jiyong jadi membenci dirinya karena merasa ia punya kesempatan sekarang. Kalau Seungri dan Lisa bersaudara, ia tidak perlu bersaing dengan Seungri. Jiyong hanya perlu memberitahu Seungri, namun pilih itu mungkin akan menyakiti Lisa.
"Joonyoung mengatahui masalah ini?" tanya Jiyong sebelum Lisa sempat menjawab pertanyaannya yang sebelumnya. "Joonyoung tahu kalau kau harus terus menolak sepupumu?"
"Karena itu mereka berteman," jawab Lisa yang lagi-lagi harus menahan air matanya agar tidak jatuh. "Aku tidak perlu repot-repot mencari alasan menolak Lee Seung karena berkencan dengan Joonyoung. Tapi sekarang hubungan kami berakhir dan Lee Seung- Lee Seung tidak membiarkanku sendiri. Harusnya aku tidak menandatangi kontrak di YG,"
"Kau pikir Seungri akan diam saja kalau kau pergi dari YG? Ya kau bisa pergi tapi dia juga bisa mengejarmu-"
"Menurutmu aku harus memberitahunya? Hai Lee Seung, kau mengenal Lee Jin Wook? Ya benar, dia pamanmu, dan dia juga appaku. Setelah aku mengejutkan orang-orang dengan bilang kalau eommaku seorang Gummy Park, haruskah aku mengejutkan orang-orang lagi? Kali ini tidak semudah waktu itu. Gummy menerimaku, tapi kau tahu apa yang di katakan Lee Jin Wook padaku? Tolong, jangan menghancurkanku,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBUT
FanfictionJalan itu membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah. Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Pintu gerbangnya terbuka, namu...