05

2K 247 19
                                    

Typo anggap gc ada..











   Entah apa yang ada di pikiran Mean saat ini, dia terlihat sangat kacau dan ia melepaskan kekesalan dengan tidur bersama pria imut yang kini sedang tertidur pulas di pelukannya tanpa sehelai benangpun dan hanya selimut yang menutupi tubuhnya. Sedangkan Mean ia masih terjaga matanya tidak bisa terpejam meskipun dia merasa lelah malam ini.

Mean melepaskan pelukan pria itu dan menidurkannya kembali di atas tempat tidur.
Mean beranjak dari tempat tidur itu dan memakai kembali celana dalam serta celana boxernya.
Ia berjalan menuju ke arah lemari pendingin di sudut kamar itu, dan membuka pintu balkon kamar itu.

Mean duduk di kursi yang ada di sana dan meneguk bir kaleng  yang ada di tangannya.
Matanya menatap langit yang gelap itu, tidak ada bintang di sana, karena cuaca malam itu sedang mendung dan angin berhembus sangat kencang.
Namun Mean tetap tak bergeming dari tempatnya.
Rasa sakit di hatinya mengalahkan segala rasa sakit di tubuhnya.
Ia sudah lama mencintai dan memperjuangkan cintanya hanya pada satu orang, dan orang itu mencampakkannya begitu saja tanpa ada alasan yang jelas.

        "Mean.. kenapa kau ada disini? Anginnya sangat kencang, nanti kau bisa sakit.."

Pria mungil itu datang dan membalut tubuh Mean dengan selimut tebal yang ia bawa. Dan kini pria itu sudah mengenakan piyamanya.

        "Wine.. kemarilah.."

Mean menarik tangan Wine dan mendudukkannya di atas pangkuannya, tangan mungil itu kini mengalung di leher Mean.

       "Apa kau masih memikirkannya?"

       "Tidak, aku hanya tidak bisa tidur, dan kenapa kau bangun?"

       "Aku merasa kedinginan, dan saat aku terbangun kau sudah tidak ada.. aku kira kau pulang.."

       "Aku tidak kemana-mana.. sekarang tidurlah.. ini sudah malam.. besok kau harus ke kampus.."

       "Hemb."
Wine mengangguk lalu beranjak dari pangkuan Mean.

       "Aku tidak tau kenapa kau bisa berpisah dengannya, tapi aku berterima kasih pada P'Plan karena kini aku bisa bersamamu."

Ujar Wine kemudian mengecup bibir Mean dan melangkah masuk kembali kedalam kamarnya.
Mean tersenyum getir, Wine begitu baik dan sangat mengerti dirinya. Tapi selama ini Mean tidak pernah melihat ketulusan dari Wine, karena matanya di butakan oleh cintanya pada Plan.

         "Kau begitu baik.. tapi kenapa aku masih tidak bisa mencintaimu..? Mulai sekarang aku akan berusaha untuk membahagiakan mu.."

Mean meneguk habis bir di tangannya dan kembali masuk kedalam kamar dan tidur memeluk Wine dari belakang.





_________
_______

Acara makan malam kedua keluarga itu berjalan dengan lancar, Plan dan Fai memang sudah saling mengenal, karena Fai adalah sahabat dari Lily, sahabat sekaligus pacar pura-pura Plan.
Fai tidak menunjukkan ekspresi apapun, dia akan menjawab jika di tanya dan tersenyum manis pada ayah dan ibu Plan.
Begitu pula sebaliknya, Plan berusaha bersikap lebih sopan di depan orang tua Fai.
Sampai akhirnya mereka berdua di tinggal berdua saja di dalam restoran private room itu.
Saat mereka hanya berdua saja Fai mulai menunjukkan sikap aslinya.

Dengan gaun tanpa lengan dan rambutnya yang di gerai membuat gadis itu terlihat sangat cantik, namun Plan sama sekali tidak tertarik.
Fai menaikkan kaki kanannya di atas kaki kirinya, menatap intens Plan yang sedang duduk dengan malas di depannya.

        "Apa kau seorang UKE?"

Pertanyaan Fai sukses membuat Plan terkejut dan melotot kearahnya. Fai terkekeh geli melihat reaksi Plan.

        "Oke, aku sudah tau semuanya tentangmu, Lily sudah menceritakannya padaku. Dan.. apa kau sudah mengakhiri hubunganmu dengan Mean?"

Lagi-lagi Plan terkejut, Fai dengan santai meminum kembali anggur yang ada di depannya.

        " Jangan terkejut Plan.. aku sudah tau semuanya, jadi.. apa aku benar? Karena kemarin malam aku melihat Mean bersama dengan Wine di apartemen Wine"

Plan sedikit melirik kearah Fai yang masih bermain dengan gelas di tangannya.

        "Aku memutuskannya."

        "Bodoh."

Plan menatap nyalang kepada Fai yang baru saja bilang jika dirinya bodoh.

        "Benar apa yang di katakan Lily.. kau begitu naif. Seharusnya kau tidak melepaskan Mean begitu saja, kau tidak tau siapa Wine.. dia tidak akan melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya, kecuali jika dia bosan dia akan melepaskannya. Tapi.. aku rasa Wine sudah lama menunggu datangnya hari ini. Jadi... Selamat meratapi penyesalanmu."

         "Kenapa kau mengatakan itu semua padaku?"

         "Karena aku tidak pernah menyukai mu. Jika bukan karena bisnis ayah kita berdua, aku tidak akan pernah sudi menikah denganmu. Dan.. lagi pula aku sudah punya kekasih. Tapi aku juga ingin berterima kasih pada ayahmu."

        "Apa maksudmu?"

        "Karena perjodohan ini.. kau tidak perlu lagi berpura-pura menjadi kekasih Lily. Kau tau.. saat aku bicara pada Lily tentang perjodohan ini.. dia sangat marah padaku. Dan hari itu dia bilang tidak ingin bertemu denganmu lagi."

Fai tersenyum, Plan masih tidak mengerti dengan ucapan Fai.

        "Aku bisa memaklumi bahwa calon suamiku ini sangat bodoh."

Plan masih diam tidak menjawab ucapan Fai. Tiba-tiba ponsel Fai berbunyi dan terdengar jelas suara Lily sedang mengomel di sana.

         "Baiklah sayang.. aku akan segera pulang ke apartemen, jangan marah lagi na.. kau tau.. aku hanya mencintaimu saja.. by.. i love you to"

Fai tersenyum dan beranjak dari duduknya kemudian meninggalkan Plan dengan pikirannya sendiri.

       "Sialan. Jadi selama ini Lily pacaran dengan Fai..?  Oh.. aku tidak tau sama sekali. Bodoh kau Plan.."

Gerutu Plan, ia mengacak-acak rambutnya sendiri lalu segera pergi dari restoran itu.


__________
_______


Saint pulang tepat pukul 2 pagi, ia tau kali ini dia keterlaluan, namun Saint masih tidak bisa menerima keputusan ayahnya.

Saint membuka pintu rumahnya, sudah gelap, tentu saja karena pasti orang di rumahnya masih tertidur.
Lampu ruang tamu itu menyala saat Saint hendak beranjak menaiki tangga menuju ke kamarnya. Saint menghentikan langkahnya dan melihat sosok phinya yang menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

         "P'Beam... Kenapa belum tidur?"

         "Seharusnya phi yang bertanya padamu, dari mana saja kau? Sampai harus pulang jam 2 pagi hemb?"

         "Aku.. aku.. dari apartemen Mean.."

         "Kau tidak bisa menipuku, tubuhmu bau alkohol dan bau parfum perempuan. Ck ck.."

Saint menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Beam menghampiri Saint dan menepuk pundaknya.

  
          "Jangan kecewakan ayah Saint... Sudah cukup phi yang membuat ayah sedih selama ini.."

Ujar Beam kemudian ia kembali ke kamarnya, sebelum itu dia mematikan kembali lampu ruang tamu itu.
Saint merasa bersalah kali ini, namun tekadnya tetap tidak akan berubah, Saint harus membatalkan pertunangannya dengan pria itu.
Saint segera naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.




***********

Bagi yang masih bingung Ae dan Perth itu orang yang sama.
Perth Makai nama Ae saat ada di lingkungan kampus dan teman-temannya.







Takdir Ku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang