26

1.4K 208 31
                                    

Sorry for typo..
Selamat membaca.. 🤗🤗































Plan terus saja mengintip di balik pintu rawat inap Saint, ia harus menyampaikan sesuatu pada Saint, mengenai apa yang dokter katakan padanya tentang rahim Saint yang sedikit mengalami masalah.
Tapi Perth tak kunjung pergi dari sana, hingga membuat Plan harus menunggu lama di luar.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Perth membelai kepala Saint.

"Tidak apa.. Hanya kecelakaan kecil sebelum menjemputmu tadi.. Maaf.. Kau jadi pulang sendiri.." Saint tersenyum meraih tangan Perth lalu menciumnya.

Perth menatap aneh Saint, ia merasa ada sesuatu yang Saint sembunyikan darinya, dan Saint terlihat sangat sedih kali ini.

"Syukurlah kau baik-baik saja.. Kau membuat ku khawatir. Apalagi saat P'Plan mengatakan jika kau ada di rumah sakit."

"Perth.. Aku baik.. Jangan khawatir na.. Em.. Apa aku bisa meminta sesuatu padamu?" tanya Saint, ia tau jika Plan dari tadi sudah berada di luar kamarnya.

"Hemb.. Apa itu?"

"Aku lapar.. Sekarang sudah waktunya makan siang kan.. Belikan aku makanan.." pinta Saint sedikit manja pada Perth.

Perth tersenyum lalu mengangguk, ia menepuk kepala Saint lalu keluar dari kamar itu.
Plan akhirnya bisa masuk kedalam kamar Saint saat Perth sudah tak terlihat lagi.

"Saint.. Aku ingin mengatakan sesuatu.. Tapi.. Berjanji lah.. Jangan terlalu di pikirkan, aku tidak ingin kau stres. Kita pikirkan ini bersama."

Saint mengangguk saja dan melihat Plan dengan antusias.

"Dokter tidak tau pastinya, karena di rumah sakit ini tidak ada dokter yang tau mengenai pencangkokan rahim itu, dan mereka menyarankan agar kau kembali ke sana, untuk melihat hasil jelasnya.. Karena.."

"Apa phi..? Jangan membuat ku cemas." Saint tak sabar ingin mendengar ucapan Plan.

"Karena mereka pikir kau tidak bisa memiliki rahim itu lagi.. Aku tidak bisa menjelaskan detail nya.. Tapi kau jangan khawatir.. Semua akan baik-baik saja jika kau kembali ke sana dan semua akan jelas." Plan menepuk pundak Saint.

Plan menggigit bibirnya saat melihat Saint nampak sedih. Ia tau jika ini akan terjadi, tapi walau bagaimana pun dia harus tetap mengatakan hal ini pada Saint.
Dari luar Beam yang baru saja datang tanpa sengaja mendengar apa yang Plan katakan pada Saint, membuatnya terkejut.

"Saint jelaskan pada phi.. Kenapa kau melakukan ini?" Beam masuk dengan wajah kecewa menatap Saint.

"Phi... Sejak kapan phi.."

"Jelaskan? Kau mengambil resiko sebesar ini tanpa memberi tau keluarga mu? Apa Perth tau akan hal ini?"

"Tidak phi.. Ku mohon jangan beri tahu dia.." Saint menggenggam tangan Beam.

Beam memijit pelipisnya, ia seharusnya sadar jika ada sesuatu yang berbeda dengan adiknya akhir-akhir ini.
Plan yang ada di samping nya juga menatap takut ke arah Beam.

"Hahh.. Kau akan mengacaukan segalanya, jika Perth tau.."

"Phi.. Ku mohon.. Jangan sampai Perth tau.."

"Baiklah.. Aku tidak akan mengatakan apapun padanya dan sekarang jelaskan semuanya padaku." tegas Beam.

Plan akhirnya mengatakan semuanya dari awal mereka berdua melakukan oprasi pencangkokan rahim di luar negri, saat itu Saint beralasan dia  hanya ingin mengantarkan Plan karena Mean harus bekerja.
Hingga ke adaan Saint sekarang ini, membuat Beam menatap sedih ke arah Saint.
Beam memeluk Saint dengan erat, dan tanpa sadar Saint menangis sesegukan dalam pelukan Beam.

Takdir Ku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang