03

2.1K 245 14
                                    

Sorry for typo!!

Happy reading kha.. 😘😘












     Plan masuk kedalam ruang kerja ayahnya, karena tiba-tiba saja ayahnya itu memanggilnya.
Padahal hari ini Plan akan merayakan hari aniverseryy dengan Mean, Plan sudah berpakaian rapi dan sudah membawakan kado untuk Mean.
Plan menyadari bahwa dirinya sangatlah egois terhadap Mean, dan Mean begitu sabar menghadapinya, Mean masih bertahan meskipun banyak luka yang Plan berikan padanya.

Plan berdiri di depan Ayahnya, entah kenapa wajah ayah Plan terlihat sangat emosi, tidak ada kata yang keluar dari mulut tuan Rattavit, namun ia melemparkan sebuah amplop coklat kearah Plan.
Plan segera membuka amplop itu dan terkejut melihat apa isinya, kemudian ia melihat kearah ayahnya dengan gugup.

        "Sudah beberapa lama?"

Plan diam tidak berani menjawab ataupun menatap mata ayahnya.

        "Plan..!! Jawab pertanyaan Pho.."

        "1 tahun."

        "Huhh? 1 tahun? Apa kamu berhubungan dengan laki-laki itu selama 1 tahun ini? Lalu bagaimana dengan Lily?"

        "Aku hanya berteman dengannya. Aku tidak pernah mencintainya Pho..."

Tuan Rattavit memijit pelipisnya, saat mendengar jawaban dari mulut Plan.
Plan menggigit bibirnya karena dia tau.. seperti apa ayahnya itu.

       "Plan mohon.. jangan sakiti dia.. Plan akan lakukan apapun asalkan Pho tidak menyentuh kehidupannya.."

Tuan Rattavit melihat kearah putranya yang sedang memohon agar tidak mengganggu kehidupan kekasihnya.

       "Akhiri hubungan kalian, atau kau tidak akan pernah bisa melihatnya lagi. Dia hanya mahasiswa yang bertahan dengan beasiswa di sana. Pho tidak akan segan membuangnya ke jalanan."

Plan meneguk ludahnya gugup, dan yang ia takutkan terjadi.
Plan tidak bisa menyakiti Mean lagi, dan kedua pilihan itu sama-sama akan membuat Mean sakit.
Tapi Plan tidak bisa menghancurkan masa depan Mean hanya karena ke egoisannya.

       "Sebagai gantinya.. Kau harus menerima Fai sebagai calon istri mu. Dan Pho akan memberikan pekerjaan yang bagus untuk pemuda itu di perusahaan Pho. Bagaimana?"

       "Tapi pho.. aku tidak mau menikah secepat ini."

       "Hanya bertunangan saja.. setelah kau lulus kalian akan menikah. Pho tau kau masih harus banyak belajar, jadi.. turuti apa kata Pho.. jika kau masih ingin melihat pemuda itu baik-baik saja."

Plan diam menunduk, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis di depan Ayahnya.
Ini tidak adil baginya, namun demi Mean dia akan melakukannya.

     "Aku harap kamu bisa mengerti dengan keputusan ku.. aku tidak bisa lagi menyakiti mu, Mean.. aku mencintaimu."
Ucap Plan dalam hatinya.

Plan kembali mengigit bibirnya, kemudian mengangguk pasrah kepada sang ayah.
Tuan Rattavit tersenyum dengan keputusan yang diambil oleh Plan. Ia berdiri lalu memeluk Plan.

     
       "Pho tau kau pasti akan memilih Pho.."

       "Pho.. izinkan Plan menemui Mean untuk yang terakhir kalinya.."

       "Baiklah.. pergi dan katakan bahwa kau sudah tidak lagi mencintanya.."

Plan hanya mengangguk lemah dan segera pergi dari hadapan ayahnya.

Plan masuk kedalam kamarnya, ia duduk di balik pintu kamarnya dengan menekuk lututnya dan membenamkan wajahnya, tangisannya pecah seketika, hatinya sakit, dia tidak menyangka jika harus berakhir seperti ini dengan Mean.
Mean orang yang sangat baik baginya, dan keputusannya juga bisa menentukan masa depan Mean. Plan tidak ingin melihat orang yang sangat ia cintai itu tersakiti lagi, cukup dia saja yang menorehkan banyak luka di hati Mean.

Takdir Ku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang