11

2K 262 35
                                    

Sorry for typo..
Happy reading..😊😊



















Saint kini sedang menunggu kedatangan Perth di depan apartemennya, cukup lama, karena dia lupa meminta kunci cadangan pada pemilik apartemen.
Tak lama kemudian Perth datang dengan membawa kantung plastik yang berisi beberapa makanan.
Ia melihat Saint berdiri bersandar di dinding sebelah pintu apartemen sambil memainkan ponselnya.

              "Eerr... Apa kau sudah lama menunggu? Kenapa tidak menghubungi ku saja?"

Saint menoleh, lalu tersenyum.
Entah kenapa itu tiba-tiba membuat Perth sedikit gugup melihat senyuman Saint.

         "Aku juga baru sampai, cepat buka pintunya.. aku ingin mandi.. Bandan ku terasa lengket dan bau."

Ujar Saint, kemudian Perth segera membuka pintu apartemennya.
Saint melenggang masuk ke dalam kamar Perth sebelum itu dia melepaskan semua pakaiannya kecuali celana boxernya saja, dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Perth, dia langsung menyiapkan makan malam untuk mereka.

Saint keluar dari kamar Perth dengan rambut yang basah dan handuk kecil di atas kepalanya.
Ia hanya mengenakan celana pendek dan tidak mengenakan apapun di bagian atasnya.
Perth tertegun melihat Saint yang baru saja keluar dari kamarnya, dan memandanginya tanpa berkedip.
Itu sungguh pemandangan yang tidak bisa ia tolak, ia sempat heran kenapa kulit Saint begitu putih dan juga mulus tanpa bulu sedikit pun.

         "Kenapa kau melihat ku seperti itu?"

Tanya Saint sambil memicingkan matanya pada Perth.

           "Pakai baju mu."

           "Kenapa? Kita sama-sama laki-laki kan.. lagi pula kau juga sudah pernah melihat semuanya."

Jawab Saint santai, kemudian ia mengambil pizza di atas meja yang sudah Perth siapkan. Saint kembali masuk kedalam kamar Perth dan mengambil ponselnya, banyak sekali pesan line dari Beam.
Namun ia enggan untuk membukanya.
Saint meletakkan ponselnya di atas meja dan kini ia makan bersama dengan Perth dalam diam.

Ponsel Saint berbunyi beberapa kali, namun Saint hanya meliriknya saja tanpa mau mengangkat telfon dari ayahnya itu.
Tak lama kemudian ponsel Perth yang berbunyi.

           "Ya phi... Saint ada di sini, kami sedang makan malam. Ah.. baiklah.. nanti akan aku sampaikan padanya."

Setelah menutup telfonnya, Saint menatap datar pria di hadapannya itu.

            "Ayah mu sangat khawatir.. sebaiknya kau pulang ke rumah.."

            "Apa kau mengusirku?"

            "Tidak, aku hanya tidak kau terus-terusan kabur dari rumah, dan.. aku juga sudah memberi tahu P'Forth tentang apa yang kau ceritakan kemarin malam."

Saint melebarkan matanya mendengar ucapan Perth, kemudian ia tersenyum bahagia.

          "Benarkah? Lalu bagaimana selanjutnya?"

Perth mengedikkan bahunya. Karena tadi siang dia langsung pulang tanpa tau apa rencana yang akan Forth lakukan.
Saint terdiam sejenak, kemudian ia berdiri dan menghampiri Perth yang duduk di seberang meja.
Saint memeluk Perth dari belakang.

      
           "Trimakasih.. sudah membantu ku."

Bisik Saint di telinga Perth, dan kecupan yang Saint berikan di pipi Perth membuat jantungnya berdetak kencang.
Perth hanya mengangguk saja dan mencoba menetralkan detak jantungnya.
Saint kembali ke tempat duduknya, ia tersenyum manis pada Perth, namun Perth hanya menunduk tak berani menatap wajah Saint.

Takdir Ku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang