Chapter 23

1.5K 202 23
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.


Seokjin meletakkan tubuh ramping Jiyeon ke tempat tidur miliknya–milik Jiyeon–. Pria itu merapikan selimut pada tubuh Jiyeon, lalu mendudukkab tubuhnya di tepi ranjang Jiyeon.

Seokjin memandang Jiyeon dalam diam, jemarinya ia bawa untuk membelai lembut pipi Jiyeon dan menghapus sisa lelehan air mata gadis itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi hingga membuatmu semakin ini, Ji?" Lirih Seokjin, "Aku sangat mengkhawatirkanmu" lanjutnya.

Seokjin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Jiyeon. Cup. Pria itu mengecup kening Jiyeon dengan lembut, cukup lama sampai ia melepaskannya.

Saat hendak beranjak dari ranjang Jiyeon, tiba-tiba gerakannya terhenti ketika mendapati lengannya di tahan oleh tangan Jiyeon.

"Jangan pergi, kumohon jangan pergi, Oppa" lirih Jiyeon namun dengan mata yang masih terpejam.

Melihat itu membuat Seokjin menghela nafas pelan, pria itu kembali duduk di samping tubuh Jiyeon.

"Tenanglah. Aku disini, semua akan baik-baik saja" bisik Seokjin. Tangan pria itu mengambil tangan kanan Jiyeon untuk digenggamnya.
.
.
.
.

"Ibu... Hikss... Ibu jangan pergi. Hikss...." Isakan itu terdengar dari bibir Jiyeon, gadis itu sepertinya bermimpi buruk, terbukti dari isakan dalam tidurnya.

Seokjin yang tertidur dalam posisi duduk itu membuka matanya perlahan ketika mendengar isakan yang berasal dari gadis yang tengah tertidur itu.

"Hhhhh... Mimpi buruk lagi" gumam Seokjin. Pria itu menyentuh bahu Jiyeon pelan, mencoba membangunkannya.

"Jiyeon, bangunlah. Kau bermimpi Ji. Tenanglah"

Sedetik kemudian kedua mata gadis itu terbuka, menatap sekitarnya dengan bingung. Ketika mendapati sosok Seokjin yang duduk disampingnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran itu, dengan segera Jiyeon bangun dari posisi tidurnya.

"Oppa..." Panggil Jiyeon dengan lirih. Seakan peka dengan keadaan gadis itu, Seokjin dengan lembut menghela Jiyeon untuk masuk kedalam pelukannya.

"Tak apa, kau hanya bermimpi. Tak apa, ada aku disini" kata Seokjin mencoba membuat Jiyeon tenang. Sedangkan gadis itu kembali menangis, menumpahkan air matanya pada dada bidang Seokjin.

"Ibu... Hikss... Aku merindukan ibu, Oppa" lirih Jiyeon.

Seokjin hanya terdiam, tangannya dengan lembut membelai punggung Jiyeon, mencoba membuat tenang gadis itu. Namun, tanpa Jiyeon sadari, Seokjin juga meneteskan air matanya. Melihat gadis yang paling disayanginya menangis seperti ini membuat Seokjin ikut merasakan sakitnya, terlebih Seokjin tau pasti mimpi yang di alami oleh gadis itu.


***


Pagi itu Jiyeon terbangun dengan kondisi pusing yang amat sangat menyakitkan. Gadis itu meringis sambil memegang kepalanya, menolehkan kepalanya ke samping, namun tak menemukan apapun.

"Bukankah semalam aku tidur bersama Seokjin Oppa? Apa aku hanya mimpi?" Gumam Jiyeon saat tidak menyadari keberadaan Seokjin.

Belum sempat gadis itu beranjak dari ranjangnya, suara pintu terbuka membuat Jiyeon mengalihkan pandangannya kearah pintu.

"Kau sudah bangun?" Seokjin berdiri di sana dengan membawa nampan berisikan semangkuk bubur dan juga segelas teh hijau.

"Ah aku kira aku hanya bermimpi" ujar Jiyeon membuat Seokjin mengerutkan dahinya.

"Tadi saat bangun aku tidak menemukan Oppa. Jadi aku kira semalam aku bermimpi tidur disampingmu" jelas Jiyeon.

Seokjin mengangguk pelan lalu mendudukkan dirinya ditepi ranjang Jiyeon. Meletakkan nampan itu di nakas yang ada di samping ranjang Jiyeon.

Trust Me! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang