#29

6.3K 272 12
                                    

***

Sudah terlalu lama aku menangis disini, aku bingung siapa yang harus aku telepon, kemana aku harus memberitahu berita ini...

Aku memutuskan untuk bangkit dari duduk dan pergi keluar rumah sakit mencari udara segar sembari berpikir...

Kaki berjalan dengan lemas dan tertunduk, baru lima langkah aku berjalan, tiba-tiba dari arah kanan ada pemuda berlari menuju ruang IGD tadi....

"Amiirrrrr... Kenapa kau secepat ini meninggalkan aku mir? Hiks... Hiks..." suara isak tangis seorang pemuda di dalam ruangan itu...

"apa itu suara keluarga ustadz Imran yaa?" gumamku dalam hati menuju pemuda itu

Pemuda itu memeluk jenazah ustadz Imran..

"mm.. Maaf... Apa anda keluarganya?" tanyaku dengan suara sedikit keras supaya dia mendengar kataku

"iyaa.. Saya temannya.." jawabnya sambil menoleh ke arahku

Mata bertemu tatap, jarum jam seolah berhenti...

Dua jam yang lalu, lelaki yang aku cintai, yang aku kira dia telah tiada, dia telah meninggalkanku...

Serasa tak percaya, sekarang dia ada nyata dihadapanku...

"Allahu rabbi.. Masyaallah.. Subhanallah.." ucapku yang tiada henti bertasbih menyebut nama-Nya dengan rasa syukur sebab dia masih ada...

"Ameera?" kata ustadz Imran dengan mimik wajah bingung mengapa aku disini dalam keadaan menangis

"ustadz Imran? Kamu??" ucapku dengan memanggilnya serasa tak percaya..

"aku kira..." kataku sambil menunjuk ke arah jenazah yang tadi ku kira jenazah ustadz Imran

Aku lupa kalau kecelakaan tadi ada dua korban, yang meninggal itu ternyata temannya ustadz Imran, dan ustadz Imran di ruangan lain karena lukanya tidak terlalu parah hanya kepalanya sedikit kena benturan dan diperban tangannya tergores  juga di perban...

"ayo kita bicara di luar saja..." ajak ustadz Imran padaku menuju taman Rumah Sakit di depan

Betapa bahagianya aku, sudah sekian lama aku tidak bertemu dan sekarang aku melihatnya lagi, senyum dan haru tiada henti tersemat pada bibirku...

Kami duduk di bangku taman yang tenang tentunya dengan jarak yang memisahkan raga kita supaya tak membuat orang lain salah paham dengan keberadaan kita...

"sebenarnya apa yang terjadi ?" tanyaku dengan mengusap air mata yang keluar

"itu tadi Amir sahabatku, Allah lebih menyayangi dia hingga dia dipanggil dulu" tutur ustadz Imran dengan menahan air matanya

"aku turut berduka cita... Semoga Allah menempatkannya di sisi terbaik-Nya" ucapku

"Aamiin" sahut ustadz Imran

"ku kira itu tadi dirimu, aku mendapatkan ini dari tempatmu kecelakaan" ujarku dengan menangis mengingat dua jam yang lalu sambil memberikan dompet miliknya

"tidak, alhamdulillah aku tak apa, hei kamu menangis untukku? " goda ustadz Imran sambil mengarahkan pandangannya padaku sekejap

"tentu saja tidak" jawabku berbohong padahal aku menangis tahu kalau dia sudah pergi

"yasudah, lalu?" tanya ustadz Imran dengan sedikit tenang

Kau tahu betapa bahagianya aku? Rasanya ingin ku peluk dia dan ku rawat sampai sembuh, tapi, dia bukan apa-apaku, aku pun tak halal baginya...

"sejak kapan kamu disini?" tanyaku padanya
"sejak aku pergi tanpa kabar kepadamu" ucapnya dengan tersenyum seolah terpaksa meninggalkanku

"kamu, sejak kapan disini?" tanya ustadz Imran
"sejak libur semesteran lalu" jawabku

"kenapa kamu pergi?" tanyaku lagi dengan cuek
"jawabannya ada di surat itu, kamu sudah menerimanya dari Anand bukan?" jawabnya
"hmm.." sahutku malas

"kau tau, aku sudah memberitahu keluargaku tentang niatmu, ku kira kau akan datang sekaligus melamarku, tapi mungkin kamu sekarang sudah bahagia dengan perempuan lain mungkin" tuturku dengan nada kecewa

"maafkan aku" katanya dengan singkat
"aku sudah memaafkanmu semoga saja keluargaku juga" ujarku

"perempuan itu?" tanyaku perihal wanita yang ia jadikan alasan meninggalkan ku

Ustadz Imran tidak menjawab sedikitpun, hanya diam....

"baiklah kalau tidak mau menjawab, aku akan pergi.." ucapku sambil berdiri melangkah menjauh namun tak di hentikan olehnya

"kau tidak kenapa-kenapa kah?" tanya seorang wanita bercadar pada ustadz Imran dengan khawatir, ku pikir dialah jawaban dari pertanyaanku

Belum cukup jauh aku melangkah dan menoleh ke belakang... Ku dapati wanita itu dengan ibunya...

Ustadz Imran tidak menjawab perkataan wanita itu, dia hanya menatap ke arahku...

Rasa yakinku kalau itu adalah istrinya membuatku berlari menjauh dari mereka bertiga...

Suaranya memanggilku..

"Ameeraaaaaa....!!!!" teriaknya

Namun aku tidak menghiraukannya....






>>>Bersambung<<<

Assalamualaikum readers yang berbahagiaaa....

Hai sahabat Imran dan Ameera...

Nextnya gimana yakk?? Tunggu yaa.. Jangan lupa vote dan komen.. Terimakasih...

Wassalamualaikum... 🤗🤗🤗

Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang