#20

7K 313 5
                                    

***

Detik telah berjalan, jam terus berdetak, hari kian berganti....
2 hari berlalu, namun mbak Dina masih tetap saja sama, ya dia masih diam tak mau bicara denganku..... Aku pun masih berada dalam waktu yang diberikan ustadz Imran untuk memikirkan jawabannya...

Ku kira mbak Dina pun cukup paham jika mendiamkan saudara muslim lebih dari tiga hari itu sangat tidak sukai Allah dan Rasulullah saw. Aku pun mengerti, namun kami sama-sama gengsi untuk sekadar membuka pembicaraan yang kian mendingin

"ra" suara mbak Dina memanggilku

Deg...

"ya rab, mbak Dina mau memanggilku, semoga saja semua ini akan menjadi baik seperti semula..aamiin" gumamku dalam hati

"ii..Iya mbak?" jawabku dengan hati-hati
"kemarilah, mbak mau bicara sesuatu" ucap mbak Dina menyuruhku duduk disampingnya dengan menunjuk ujung ranjangnya
"iya mbak" sahutku berjalan menghampiri mbak Dina

"a.. Ada apa mbak?" tanyaku padanya
"hmmm..." suara helaan nafas panjang mbak Dina membuatku semakin takut dengan apa yang akan dibicarakan mbak Dina

"mbak, maafin aku soal ustadz Imran, kalaupun mbak Dina merasa Mira dzolimi, Mira ikhlas kalau harus menjauh dari ustadz Imran mbak" ucapku tak terasa air mataku mulai pecah membasahi pipi
"ra, mbak mau tanya tolong jawab jujur, kamu sebenarnya juga menyimpan rasa untuk ustadz Imran seperti yang mbak rasakan untuknya?" tanya mbak Dina yang membuat hatiku semakin tak karuan

"kenapa mbak tanya seperti itu?" lanjutku
"ra, kamu itu sudah mbak anggap adik mbak sendiri, jadi ndak usah menutupi perasaan kamu hanya demi menjaga perasaan mbak" tutur mbak Dina yang sedikit membuatku tegang

"nnn.. Ndak mbak" ucapku sembari menggelengkan kepala berbohong pada mbak Dina

"ra, jujur saja, mbak sangat kaget mendengar kalau ustadz Imran menyatakan perasaannya ke kamu, mbak hancur ra sebab lebih lama mbak yang kenal namun kamu yang dipilihnya, kecewa? Iya ra, mbak kecewa sama kamu meskipun tidak ada yang harus disalahkan perihal rasa, dua hari ini mbak memikirkan hal ini, mbak ingin berpikir jernih dan menyikapi ini dengan dewasa ra, mbak sadar mencintai tidak selamanya harus dicintai, mungkin saja jodohmu ustadz Imran, setidaknya mbak akan bahagia mengetahui kaulah jodohnya ra, kau tau ra? Sekarang mbak sudah ikhlas membiarkan ustadz Imran memilihmu sebab yang baik akan bertemu yang baik, soal aku? Tenang saja Allah takkan membiarkan hamba-Nya sendirian ra" tutur mbak Dina panjang lebar menjelaskan tentang hatinya dengan isakan tangis

Kami berdua larut dalam tangisan....

"ndak mbak Dina, bagaimana aku bisa bahagia sedangkan kakakku hatinya terluka, ndak apa-apa mbak, Mira yang akan pergi, Mira ndak mau jadi penengah antara kalian berdua.. Hiks.. Hiks.." ucapku menolak permintaan mbak Dina

"ssuutt... Hei ra, adikku sayang.. Kamu ndak boleh bicara seperti itu, Allah sudah menyadarkan mbak untuk bisa ikhlas menerima kalau ustadz Imran memilihmu untuk diajak taaruf ra, jadi kamu jangan merasa bersalah" ujar mbak Dina menutup mulutku dengan jari telunjuk dan memegangi kedua bahuku

"tapi mbak, Mira... Mira.. Ndak suka sama ustadz Imran" tuturku mengelak
"ra, mbak tau perasaanmu, kamu ingat pas kamu dengar suara barang jatuh waktu kamu selesai shalat tahajjud? Itu mbak yang tak sengaja menyenggol barang itu, mbak dengar percakapanmu dengan Allah selesai tahajjud ra, semuanya.. Jadi kamu tidak usah merasa bersalah" tutur mbak Dina

"tt... Tapi mbak.. Hiks.. Hiks.." ucapku
"ra, ndak usah tapi tapian, mbak mau kamu menerima ajakan ustadz Imran untuk taaruf, mbak sudah melupakan ustadz Imran.. Oke sayang?" kata mbak Dina sembari memelukku dengan tangisan kami berdua

"baiklah mbak kalau begitu, mbak ndak marah sama aku kan? Hiks.. Hiks..." tanyaku
"ndak sayang... Mbak ndak marah, mbak sadar kalau semua ini sudah takdir Allah swt" jawab mbak Dina

"baiklah mbak, aku akan mengiyakan niat ustadz Imran.... " ujarku

"iya adikku, maafin mbak ya" ucap mbak Dina sambil tersenyum dan membawaku dalam pelukannya..

"mbaakkk... Mira sayang deh sama mbak" kataku dengan tertawa kecil mengusap air mata yang jatuh

Setelah mendengar pernyataan itu, aku merasa lega menjawab ajakan ustadz Imran untuk datang ke rumah...

Senyum dan rasa hati yang berbunga-bunga menghiasi hatiku....

"Dear Allah,
       Aku merasa sangat sangat bahagia.. Aku tau, ini semua karena kebaikan-Mu, Engkau pertemukan kami dan kini rasaku pun berbalas.. Besok aku akan mengiyakan ajakan ustadz Imran untuk datang ke rumahku di Jawa Timur, terimakasih ya rab

-A"

Rangkaian kata yang menjadi sebuah kalimat syukur pada Allah swt, ku tuliskan pada lembaran putih kesayanganku....

>>>Bersambung<<<

Assalamualaikum readers ku yang berbahagia...

Hei hei hei... Sahabat Imran dan Ameera, gimana nih ceritanya, menarik ndak?
Ternyata mbak Dina orang yang baik yaaa (meskipun sebenarnya nyesek), eiittss.. Tapi apa jalan hubungan Ameera dan Imran semudah ini??🤔🤔
Kepoooo???
Temukan jawabannya di updatean selanjutnyaa yakkk...

Jangan lupa vote dan komennya biar semangat..eheheh... Terimakasih.. 😁

Wassalamualaikum.... 😊🤗🤗🤗

Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang