(ustadz Imran Pov.)
***
Aku sadar jika keputusan bunda membuat perasaan istriku terluka, bagaimana tidak, mantan wanita yang dijodohkan denganku harus bekerjasama mengelola pesantren ini, bukan tidak ada orang lain, tapi aku yakin bunda sudah percaya dengan Asyila itu sebabnya bunda memberi amanah itu padanya
namun aku bangga dengan isrtriku karena dia mampu menerimanya dengan ikhlas...
Pagi harinya...
Masih tetap sama, shalat tahajjud dan subuh alhamdulillah masih berdiri dalam rumah tangga kami, dan semoga selalu begitu, rumah tangga yang didalamnya selalu melibatkan Allah swt..
Pagi harinya, aku harus segera mengantar Asyila ke pesantren sebelum berangkat mengajar..
"Sayang, kamu ikut kan ngantar Asyila?" tanyaku pada Ameera yang setia menyiapkan sarapan untuk kami bertiga
"kapan mas? Sekarang?" ucap Ameera yang sedang sibuk memotong wortel untuk dibuat sup
"ya iya sayang, ndak baik dia tinggal dalam satu atap sama kita terlalu lama" ujarku dengan membantu Ameera memasak
"iya sih mas, tapii..." ucap Ameera
"tapi kenapa sayang?" tanyaku
"Mas ndak apa-apa kan ngantar Asyila sendirian? Maaf Ameera kan harus kuliah ngumpulin tugas penting" tutur Ameera membuat alisku beradu malas
"aku berdua dengan Asyila sayang? Ah tidak tidak" ucapku menolak usulan Ameera
"mas, aku ndak apa kok, kan cuma ngantar aja kan?" ujar Ameera
"iya, kamu kuliah telat dikit kan ndak apa-apa sayang, atau apa perlu aku izinkan?" jawabku cuek
"jadi, ini manfaat punya suami dosen? Ah tidak mas, tidak boleh berbuat seenaknya, Ameera harus ketemu sama dosen Ameera juga nanya tentang tugas, mumpung dosennya ada waktu" tutur Ameera menjelaskan
"tapi sayang..." ucapku
"ayolah mas, bener Ameera ndak apa-apa kok, janji" ucap Ameera
Sebenarnya aku tidak nyaman jika harus berdua saja dengan Asyila, aku tidak ingin membuat hati istriku terluka
"oke...oke" jawabku
Asyila berjalan ke arah kami, ku pikir karena mencium aroma masakan istriku yang sangat membuat lapar..
"wah wah wah.. Aroma apa ini harum sekali" ujar Asyila dengan ramah
Dia masih memakai niqabnya...
"eh kamu syil, ini loh Ameera lagi masak buat sarapan" ujarku menyapa Asyila
"Syila bantu ya" ucap Asyila menawarkan diri
"eh tidak usah repot-repot syil, ini juga mau selesai, kamu tolong tata piring buat makannya aja ya" ujar Ameera
"baiklah" sahut Asyila dengan menata piring untuk makan
Ameera menghidangkan makanan untuk sarapan dan mengambil nasi dan lauk untuk ku makan,
"ayo silakan di makan syil" ujar Ameera mempersilakan Asyila makan
Kami bertiga menyantap masakan yang dibuat oleh tangan istriku..
"syil, habis ini kamu aku antar ke pesantren ya" ujarku pada Asyila
"baiklah ustadz" jawab Asyila
"mas, makan dulu dibahas nanti saja" ujar Ameera
"iya sayang" jawabku
Setelah makan, aku bersiap mengantarkan Asyila sebelum pergi ke kampus..
"sayang, mas pergi dulu ya? Nanti kamu ke kampus naik apa? " tanyaku pada Ameera
"gampang mas, kan ada taxi online, tinggal pencet aja heheh" ucap Ameera
"baiklah" ujarku
Ameera mengantar aku dan Asyila sampai bibir pintu rumah, dia mencium tanganku dan ku balas dengan ciuman pada keningnya layaknya seorang suami istri pada umumnya
Dalam perjalanan ke pesantren, tak sengaja aku melihat arah spion mobil yang mengarah pada Asyila, ku lihat matanya memandangku dari kursi belakang
Mata kita bertatapan dalam kaca spion dalam..
"Astagfirullah haladzim" ucapku dengan menundukkan pandangan
Setelah sampai di pesantren aku menunjukkan tempat tinggalnya yang satu area di dalam pesantren itu...
Dia berjalan di belakangku..
Saat ku lirik, dia seperti memandangiku hingga dia tersandung dan aku tolong dia untuk berdiri namun tidak dengan menyentuh kulitnya melainkan gamis
"Asyila kamu ndak apa-apa" tanyaku pada Asyila
"ndak apa ustadz, maaf ya" ucap Asyila dengan gugup
"lain kali hati-hati kalau jalan" ucapku
Dia memandang mataku...
"syil, heii, Asyila?" ujarku membuyarkan lamunanya dengan melambaikan tangan
"Masya Allah ustadz, beruntung sekali yang menjadi istrimu" ucap Asyila
"kau bilang sesuatu?" tanyaku
"eh tidak ustadz, tidak bilang apa-apa kok" ujar Asyila
Kami lanjut berjalan hingga sampai pada sebuah bangunan rumah yang layak huni untuknya agar mudah memantau kegiatan pesantren
"nah, ini syil, kamu akan tinggal disini, tidak besar namun ku rasa nyaman untuk ditinggali" ujarku
"sudah lebih dari cukup untuk Asyila ustadz" sahut Asyila
"Alhamdulillah, baiklah untuk sekarang aku baru menunjukkan tempat tinggalmu, nanti kamu bisa berkeliling pesantren dengan beberapa pengajar disini, sekaligus bisa saling mengenal" tuturku menjelaskan
"baiklah, lalu kapan ustadz kesini lagi?" tanya Asyila dengan senyum yang terpancar dari matanya
"mungkin setelah selesai mengajar nanti, insyaallah" jawabku
"baiklah ustadz" ujar Asyila
Entah mengapa aku melihat sikap Asyila ada yang aneh, dia seperti orang yang sedang kasmaran saat bersamaku
Bukan maksudku terlalu percaya diri, tapi memang itu kenyataannya...
"kalau begitu aku pergi dulu ya, kalau ada sesuatu langsung kabari saja" ujarku
"siapp" jawab Asyila
Aku beranjak pergi ke kampus untuk mengajar...
"hati-hati ustadz" ujar Asyila
"assalamualaikum" ucapku dengan tersenyum sewajarnya
"waalaikumsalam ustadz" jawab Asyila dengan melambaikan tangan ke arahku
Semoga saja Asyila sudah melupakanku yang pernah dicintainya seperti yang dikatakannya dulu...
"ya Allah semoga semuanya tetap baik-baik saja, aamiin" gumamku dalam hati
>>>Bersambung<<<
Assalamualaikum readers akuh..
Ssttt... Jangan bilang-bilang ke Ameera ya, kasihan nanti cemburu.. Heheh... 😌😂
Next?? Jangan lupa vote dan komennya yakk.. Terimakasih
Wassalamualaikum 🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)
Подростковая литератураHati-hati kalau baca, awas BAPER 😂 Langit pagi yang cerah, mentari kian merasuk dalam cermin dan memantul pada bibir yang membuat ukiran indah dengan lesung manis dipipiku... Aroma udara Jogja yang khas kian masuk dalam kalbu "Assalamualaikum Yog...