***
Sreng.. Sreng...
Bunyi suara penggorengan oleh spatula yang menari membuatku merasa terpanggil untuk mencari tahu siapa yang tengah membunyikannya...
Setelah shalat subuh berjamaah dengan mas Imran di kamar kami, aku berjalan menuju dapur dan mendapati dua bidadari tak bersayapku, ya.. Bunda dan ibuku memasak di dapur... Terlihat akur sekali..
Ayah, bunda, bapak, ibu, memang ingin menginap disini dan kami pun menginginkannya untuk beberapa hari lagi menemani kehamilanku yang kian membesar dan melepas rindu dengan kami....
"hmmm.. Baunya harum, Ameera keduluan nih masaknya hehe" ucapku menyapa mereka berdua
"hmm, menantunya bunda tidurnya nyenyak yaa" ujar bunda sambil menyenggol ibu menggodaku
Aku hanya tersipu malu..
Meskipun sudah dua tahun kami menikah, masih saja diperlakukan seperti pengantin baru oleh kedua keluarga kami..
"iya mir, ini ibu sama bunda lagi masak buat kita sarapan" ucap ibuku sambil menggoreng ayam yang belum dibumbui
"ibu, bunda, harusnya yang masakin itu Ameera, ibu sama bunda duduk aja ya nunggu masakannya siap" tuturku dengan lembut dan tersenyum menyuruh mereka duduk manis menunggu masakan buatanku
"eh eh.. Ndak usah sayang biar kami saja yang membuatkan masakan untukmu dan untuk kita semua" ucap ibu padaku
"iya nih Ameera, ndak apa sayang sekali-kali masakin makanan buat menantu tersayang yakan? Heheh" ujar bunda dengan tersenyum menoel daguku
"hmm.. Bunda sama ibu nih bisa aja " ujarku
"yaudah kamu sekarang duduk manis saja di kursi menunggu masakannya siap ya sayang, biar kamu juga tidak kecapean dan calon cucu kami juga sehat" tutur bunda
Bunda merangkul pundakku dan membawaku duduk di kursi...
Aku hanya tersenyum bahagia dengan perlakuan mereka semua, betapa bahagianya hati ini sedang hamil dan semua orang memperhatikan..
"sayang, kok yang masak bunda sama ibu sih?" tanya mas Imran padaku sambil membelai pucuk rambutku yang tidak berhijab
"ini juga permintaannya mereka mas, katanya biar aku dan calon cucu mereka tidak kecapean gitu.. Heheh" jawabku
"hmm.. Ada-ada saja nih mereka" ucap mas Imran yang juga ikut duduk di sampingku sembari mengelus perutku yang sedikit terlihat besar...
Aroma masakan sudah tercium oleh indera pembau kami berdua, tanda masakan yang dimasak oleh bunda dan ibu sudah siap, ibu dan bunda menghidangkannya di meja makan dengan hati-hati...
Ibu dan ibu mertuaku sangat kompak membuatku terharu dengan kasih sayangnya pagi-pagi seperti ini..
"hmm mas, kayaknya nih makanannya enak rasanya, kan dibuat oleh tangan ajaib dua malaikat cantik tak bersayap" ujarku menggoda ibu dan bunda yang membuat mereka tersipu malu
"iya nih sayang, baunya aja udah harum banget apalagi rasanya yaa.. Hehehe" ucap mas Imran menyahuti candaanku
"lihat nih bu, anak-anak kita udah pandai menggombal ke ibunya sendiri" ujar bunda pada ibuku
Kami pun tertawa dan larut dalam candaan..
Ayah dan bapak menghampiri kami turut bergabung , ku rasa karena sudah mencium aroma harum masakan istrinya dan mendengar keriyuhan yang kami berempat buat..
Akhirnya kami menyantap sarapan dengan lahap karena memang makanannya enak sekali...
Setelahnya..
Di kamar..Aku menyiapkan baju dan kebutuhan mas Imran sebelum mas Imran pergi ke kampus untuk mengajar...
Aku berangkat tidak bersama mas Imran karena ini terlalu pagi, mas Imran ada perlu mendadak sebelum pergi ke kampus...
Setelah semuanya siap, aku mengantar mas Imran sampai depan pintu rumah, mas Imran melenggang pergi setelah aku mencium tangannya dan mas Imran mencium keningku...
Saat aku hendak ke dalam, aku melihat bunda sedang berbincang dengan seorang wanita yang tidak lain adalah Maya..
Deg...
Apa yang mereka bicarakan???
Hatiku sangat berkecamuk, lagi-lagi mengapa Maya harus datang...Aku berjalan menghampiri mereka berdua..
"Maya, kamu kok ada disini, pagi-pagi begini, ada perlu apa?" tanyaku pada Maya
"eh kamu mir, ini tadi aku pas lewat sini, ga sengaja ada ibu yang terpeleset jadi aku tolongin, eh setelah berkenalan ternyata bundanya ustadz Imran" tutur Maya menjelaskan
"apa benar yang dikatakannya bunda?" tanyaku pada bunda
"iya sayang, nak Maya yang sudah menolong bunda pas jatuh tadi, memang wanita yang baik" ucap bunda dengan mengelus pundak Maya dengan halus
"Andai bunda tahu siapa Maya, mungkin bunda tidak akan mau dibantu olehnya.." gumamku dalam hati
"lalu bunda tidak apa-apa kan? Tidak ada yang sakit ataupun terluka kan?" ujarku penuh khawatir dengan keadaan bunda
"alhamdulillah tidak apa-apa sayang, bunda baik-baik saja" ujar bunda dengan tersenyum
"alhamdulillah, baiklah kalau begitu, terimakasih sudah menolong bundaku tadi" ucapku pada Maya
"iya sama-sama mir" sahut Maya
"yaudah bun, ayo kita masuk ke rumah" ajakku pada bunda
"sekali lagi terimakasih ya nak Maya sudah menolong saya tadi" ucap bunda pada Maya
"iya bu, sama-sama sudah seharusnya sesama manusia harus tolong-menolong" jawab Maya dengan senyum memperlihatkan keluguan yang dibuat olehnya sendiri
Sungguh hatiku geram melihat sandiwara yang diperankan oleh Maya, bukan suudzon, tapi aku takut jika Maya melakukan hal yang macam-macam untuk mendapatkan suamiku, dengan perantara bunda atau yang lain misalnya....
Akhirnya aku dan bunda masuk ke dalam rumah dan Maya berlalu pergi...
Astagfirullah...
"Ya Allah lindungilah selalu rumah tanggaku dari apapun yang menyebabkan keretakan, aamiin" doaku dalam hati pada-Nya
>>>Bersambung<<<
Assalamualaikum readers akuh yang baik hati...
Maaf yak update nya sangat lama,,heheh..
Next? Jangan lupa vote dan komen yaakk, aku tunggu... Terimakasih..
Wassalamualaikum... 🤗🤗
![](https://img.wattpad.com/cover/167047851-288-k336661.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)
Teen FictionHati-hati kalau baca, awas BAPER 😂 Langit pagi yang cerah, mentari kian merasuk dalam cermin dan memantul pada bibir yang membuat ukiran indah dengan lesung manis dipipiku... Aroma udara Jogja yang khas kian masuk dalam kalbu "Assalamualaikum Yog...