5

3.9K 292 6
                                    

Pergi lah, berlari dengan kencang berharap jalan di depan mu tak ada titik buntu nya, tapi perlu kau tahu, yang mengikat kita bukan benang sembarangan, sudah ku katakan, silahkan lari sesuka mu dan jangan terkejut, aku juga akan selalu menemukan mu..

Aisyah POV.On

"Maaf aku terlambat ustadz..,"
.
.
.

Seseorang tiba-tiba datang, dengan napas tersengal-sengal lelaki tinggi itu melangkah perlahan sambil mengatur napas nya yang berhembus berantakan. Kulit nya yang putih jadi memerah entah akibat panas atau mungkin karena berlarian menuju aula, rambut hitam yang tampak tidak rapi miliknya terjuntai hampir menutupi matanya yang menatap tajam. Semua orang jadi menoleh akibat kedatangan nya, suasana serius rapat tiba-tiba menguap digantikan dengan wajah-wajah terperangah.

Aku pun demikian, sejak laki-laki masuk menerobos pintu depan, mata ku tidak bisa berhenti mengamati laki-laki itu, aku merasa mengenalnya. Tapi siapa?

Aku lihat Abi segera tersenyum, tidak terganggu sama sekali dengan keterlambatan laki-laki itu, Abi malah menepuk-nepuk pundak laki-laki itu lalu tertawa.

"Tidak biasanya kau terlambat anak muda haha dari mana saja kau? Aduh maaf kan aku itu tidak penting sekarang, tafadhol ijlis akhi..," sahut Abi dengan ceria, jika Abi tampak sesenang dan sehormat itu kepada seseorang yang lebih muda darinya, dapat di pastikan, anak itu bukan lah laki-laki sembarangan.

Laki-laki itu segera duduk memutari meja panjang dengan tubuh dan gaya berjalan bak bangsawan. Dan saat itu pula mataku dan matanya bertemu. Astaghfirullah, aku ingat siapa dia!

Dia Fahri, tetangga sekaligus sahabat masa kecil ku.

Dia tampak terkejut melihat ku. Tidak seperti ku, otak Fahri bahkan bekerja sangat cepat dan langsung mengingat wajahku.

Aku tahu dia pasti mengenaliku. Apa yang akan terjadi nanti?

____

Rapat berjalan dengan seru ku rasa, banyak informasi penting yang aku tangkap. Selain itu aku juga tahu banyak kasus mengerikan yang terjadi terkait dengan masalah utama kami saat ini. Kerasukan Jin.

"Aisyah.. Abi pergi dulu ya, maaf tidak bisa bicara banyak, Abi harus cepat ke suatu tempat, kamu.."

Abi Aisyah terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya.

"Harus jadi kuat, ingat kamu adalah putri Abi, keluarga kita tidak pernah ada yang kalah dari jin..jaga diri mu baik-baik..," Abi Aisyah tersenyum lalu akhirnya bergegas pergi bersama ustadz-ustdaz yang lain.

Aisyah hanya bisa menatap sedih kepergian Abinya.

"Ukhty..ayo pergi..," itu suara Habibah, selalu muncul tiba-tiba adalah kebiasaannya. Disampingnya kini hanya ada tiga akhwat, gadis dengan kulit gelap itu bilang sisanya sudah pergi bersama salah seorang ustadzah yang kebetulan membawa mobil juga.

"Kak Ai..hai!" Sapa Acha percaya diri. Sedangkan teman seangkatan yang berdiri di sampingnya hanya diam. Yang satu menatap Aisyah malu-malu dan yang satu lagi menatap Aisyah dengan tatapan bosan.

"Oh ya kenalin kak, ini yang di samping kanan aku namanya Zora dan yang kiri itu Tina..," sahut Acha mewakilkan. Kedua temannya itu mengangguk menyapaku.

Ghost in PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang