26

2.2K 183 7
                                    

Waktu berlalu dengan cepat, seolah tadi baru saja melaksanakan sholat ashar namun ternyata sekarang magrib pun telah tiba.

Tak lama, kini kali kedua Haikal datang dan menjadi jama'ah di mesjid, semua orang pun sudah mulai  menyapa laki-laki itu, apalagi ketika momen imam sholat magrib tadi keliru membaca ayat, Fahri dan Haikal secara bersamaan memperbaikinya, karena kebetulan keduanya berada di belakang imam.

Semua orang yang berada di perkampungan, sangat membanggakan anak-anak pesantren yang ikut menghidupkan mesjid di kampung mereka, artinya anak pesantren itu telah bisa berbagi ilmu dan menjadi cahaya penerang bagi orang lain, walau lebih muda tapi mereka percaya, anak-anak pondok Nabawiyah itu tidak bisa di ragukan mengenai hafalan dan ilmu agama.

Apalagi ada ustadz Sufyan, ustadz yang terkenal di seluruh kampung dan kota menjadi guru tetap di sana.

Namun akibat insiden kesurupan massal kemarin, banyak yang menjadi takut untuk kembali mempercayakan anak mereka di pesantren itu, walau mereka menyukai pondok itu akan tetapi keselamatan dan keamanan anak dan orang yang mereka sayangi juga sangat penting.

Semua orang berharap semoga masalah di pondok cepat diselesaikan.

_____________

Setelah muroja'ah sebentar di mesjid dan lanjut sholat Isya di sana kini kedua santri itu pulang dengan perut yang terasa tiba-tiba lapar.

"Ente lapar nggak Kal?" Tanya Fahri sambil menepuk perutnya sendiri. Lalu menoleh ke arah Haikal yang hanya memandanginya dengan tatapan datar.

"Lapar," jawab Haikal singkat. Pandangannya kini fokus pada bintang gemintang yang bertabur di langit malam.

Fahri hanya bisa terdiam, sepertinya walau sudah cukup lama berteman, Fahri merasa belum bisa mengenal Haikal dengan baik.

Dia masih tidak bisa berteman dengan lepas seperti yang biasa dia lakukan pada Zaki dan Ilham. Apa karena Haikal masih terlalu menutup diri?

Hingga akhirnya tanpa percakapan apa-apa lagi. Keduanya tiba di rumah Fahri.

"Yo Kal, ana udah lapar banget nih," ajak Fahri sambil berlari kecil mendahului Haikal menuju pintu masuk. "Assalamualaikum warohmatullahi wa barokatuh," ucap Fahri sambil mengetuk pelan pintu kayu dihadapannya.

Pintu lalu di buka, ibu Fahri mempersilahkan keduanya masuk.

Sebenarnya dalam hati Haikal, dia sedang merasa sangat malu dan tidak enak, bagaimana bisa setelah berencana mencelakakan seseorang sekarang dia malah tanpa beban masuk dan ikut makan lalu tertawa bersama dengan orang tersebut seolah tidak terjadi apa-apa.

Manusia memang tidak tahu, namun Allah tahu.

Dan Haikal sangat tidak nyaman akan hal ini.

"Kapan semua ini berakhir?" Tanya Haikal pada dirinya sendiri.

"Bagaimana kalau kejahatan ini aku akhiri saja"

___________________

Acha kini menatap ganggang pintu kamar dengan tatapan bimbang, dia berfikir ingin keluar menemui mama nya memastikan apakah semua baik-baik saja? Namun di sisi lain dia juga enggan dan takut untuk keluar.

Jin-jin jahat itu pasti akan menakut-nakutinya.

"Mama?" Teriak Acha akhirnya.

Namun tidak ada jawaban. Apakah memang tidak ada orang di rumah? Atau mungkin kah sudah terjadi sesuatu?

Clek

Acha akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya yang aman dan nyaman itu.  Dia sangat cemas dengan keadaan Mama nya.

Ghost in PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang