Malam tiba, suasana kacau di pondok semakin terasa pekat, para santri yang kesurupan tidak terlihat di luar tetapi semua orang yang berada diruang pers sama-sama tahu kalau mereka masih ada dan berekeliaran dimanapun karena setiap saat Fahri, Haikal dan yang lain bergantian mengamati keadaan melalui CCTV di layar komputer milik Haikal.
Beruntung, didalam ruang kecil pers ada kamar mandi, dan kipas angin jadi tidak terlalu panas dan jika ingin buang air atau berwudhu mereka tidak perlu bersusah payah untuk keluar dan bertemu dengan para manusia yang kerasukan itu. Namun selain terasa agak sempit, di dalam juga tidak ada makanan, jadi mereka akhirnya harus menahan lapar seharian ini.
Semua harus bersabar.
Fahri sudah meminta Haikal untuk mengirim pesan pada orang luar, siapa saja. melalui sosial media di internet yang tersambung di komputer, karena mereka sama-sama tidak memiliki handphone saat ini. Karena memang peraturannya begitu, jika ingin menelpon harus pinjam telpon ustadz atau ustadzah.
Keadaan jadi semakin sulit pikir semuanya.
"Ilham sudah jadi korban, Aisyah belum di temukan, dan kita masih tidak tahu harus melakukan apa untuk memperbaiki keadaan ini," Sahut Zaki sambil memijit keningnya lalu membuka kacamata minusnya dengan kasar. Putus asa.
"Zaki benar, kita harus lakuin sesuatu..," sahut salah seorang dari mereka yang Fahri tidak begitu tahu namanya. Fahri menoleh ke arah Habibah, dan langsung beradu pandang dengan akhwat berkulit hitam manis itu. Habibah mengangguk, seolah tahu kalau Fahri memintanya memberi pendapat tentang usulan teman yang lain.
"Tapi apa yang bisa kita lakukan?" kini Habibah sendiri yang menyuarakan pikirannya yang sedari tadi ingin ia utarakan.
Fahri berpikir keras, yang lain pun tampak sama semua yang di ruang pers terdiam dengan dahi mengkerut tanda sedang berpikir keras.
Namun tidak kunjung ada yang menemukan solusi. Fahri tanpa sadar melirik ke arah monitor yang senantiasa menampilkan rekaman CCTV dari berbagai penjuru pondok dan mata bulat terang milik Fahri bertambah terang saat pikirannya tiba-tiba menyuarakan sesuatu yang mugkin akan berhasil, pikiran itu tiba-tiba saja terlintas di benak Fahri saat laki-laki kurus itu melihat ruang penyiaran radio.
"ana punya ide..," sahut Fahri akhirnya. Semua orang serentak menoleh padanya seolah tatapan itu berkata 'apa itu? beritahu kami'
"Haikal bilang ada orang serba hitam yang masuk ruang radio dan tiba-tiba semua orang kesurupan kan? jadi kita harus pergi keruang radio untuk menyadarkan semua orang dari kerasukan dengan menggunakan cara yang sama dengan pelaku, kalian faham?" jelas Fahri panjang lebar, semua orang mengangguk tanda memahami pemikiran Fahri, penyiaran radio meliputi seluruh penjuru pondok. Semoga saja cara itu berhasil.
"jadi anta akan ruqyah massal dengan menggunakan penyiaran radio?..," tanya Zaki dengan tatapan sedikit lebih cerah, dia mulai merasa bersemangat itu sepertinya akan berhasil.
"benar ki, kita harus coba,"
semua orang mulai berani optimis dan berfikir mereka masih punya harapan untuk keluar dari penderitaan di dalam ruang pers yang sempit ini. Sebentar saja sudah terasa setahun.
_____________
Ustadz Abu Sufyan pernah mengatakan kalau ingin meruqyah gedung atau kesurupan massal cara yang paling efektif adalah dengan cara mengumpulkan pasien yang kesurupan di satu tempat lalu lakukan ruqyah dengan bersama-sama membacakan ayat ruqyah menekan bagian-bagian tubuh pasien di area tertentu, atau dengan mengguyur dan menyipratkan air di sekeliling bangunan dan orang-orang yang kesururupan, namun cara itu tidak bisa dipakai saat ini, karena tenaga dan jumlah mereka kalah banyak dan jangkauan area untuk meruqyah sudah telampau jauh mereka tidak bisa melakukan apa-apa diluar sana karena pasti akan diserang jadi solusi yang tepat menurut Fahri adalah dengan menggunakan microphone walaupun hal itu jarang dan tidak terlalu di dukung para ustadz untuk melakukan hal demikian walau untuk ruqyah massal, tapi kasus hari ini berbeda. Tidak ada cara lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost in Pesantren
HororAisyah, gadis yang pemalu dan selalu kikuk ketika berbicara dengan orang-orang di sekitar nya. Tapi ada sesuatu yang sangat mengerikan di dalam diri nya. Riza, sahabat kece dan percaya diri Aisyah. Fahri, teman masa kecil Aisyah, laki-laki pintar, s...