24

2.3K 185 5
                                    

Adzan Ashar berkumandang syahdu, mengiringi perjalanan Fahri dan Haikal menuju mesjid untuk sholat Ashar berjama'ah. Namun sebenarnya dalam pikiran terdalam Haikal, apa sholat yang ia lakukan ini masih di terima oleh Allah?

Sementara hingga detik ini dia masih berkerja sama dengan dukun.

Berbuat jahat.

Bagaimana pandangan orang lain jika mengetahui hal ini? Dan yang paling penting bagaimana pandangan teman-temannya? Pasti dia akan di benci selamanya.

Haikal tiba-tiba merasa sedih untuk diri nya. Kenapa dia harus lahir dari keluarga yang tidak memiliki harta banyak seperti teman-temannya yang lain? Kenapa juga Ayah nya memasukkan dirinya ke pesantren? Bukankah biaya asrama dan pendidikan di pesantren sangat mahal? Dan yang paling penting siapa yang akan membantu ayahnya bekerja di sawah? Ini semua sangat tidak adil, sangat menyebalkan.

Setiap hari ayah dan ibu serta keluarga besar dari santri-santri lain datang, membawakan anak mereka makanan, pakaian baru, perlengkapan baru.

Memberi kan semangat baru untuk hidup di asrama. Sementara dirinya? Ayahnya tidak pernah menjenguk karena biaya perjalanan dari kampung menuju pesantren sangat mahal, harus memakai pesawat.

Jadi setiap liburan, Haikal akan tetap menjadi penghuni setia Pondok Pesantren. Ini terasa sangat menyedihkan.

Hingga karena penderitaan dan rasa iri yang setiap hari menumpuk dalam hati dan pikirannya, Haikal tumbuh menjadi orang yang pendiam, pendendam dan pembenci.

Bagi nya semua orang di pondok sedang mentertawakan nya, dia benci ketidakmampuan dirinya. Ayahnya.

Kenapa Allah? Kenapa harus aku? Kenapa harus aku dan keluarga ku?

Dalam keadaan hilang arah seperti itu, dia bertemu Diel. Seorang anak yang selalu berpakaian hitam, kulitnya putih pucat, matanya penuh aura jahat.

Haikal masih ingat pertemuan pertama nya dengan Diel.

Saat libur semester genap kelas sebelas aliyah.

Dia yang sendirian di asrama bertemu dengan seorang anak yang menyeramkan tiba-tiba berdiri di hadapannya.

"Kau kesepian?"

"Ma-man anta? Limadza, antum fii maskani?"

"Aku mendengar jeritan hati mu,"

Haikal terdiam, dia tahu anak yang sedang berada di hadapannya bukan anak sembarangan.

"Aku tahu kau kesepian, ayo berteman, akan ku berikan semua yang kau ingin kan,"

"Ap-apa maksud anta?"

"Hahaha, kau membenci pondok ini kan? Jadi ayo berteman dengan ku, kita hancur kan mereka"

Hingga akhirnya Haikal masuk dalam lingkaran kegelapan itu, berteman dengan sisi gelap hatinya. Membantu kejahatan Diel dan ayahnya, menakut-nakuti anak pondok.

Pelan-pelan menghancurkan pondok ini.

Hingga akhirnya dia bertemu Fahri, Zaki dan Ilham.

Tiga orang yang kebetulan menjadi teman satu asrama dan satu kelas pada tingkat dua belas aliyah nya saat ini.

Sebenarnya hari itu, Haikal sangat marah karena Ilham dan Zaki membaca buku harian dan buku cerita karangannya sendiri.

"Maaf kan mereka ya Haikal, mereka tidak sengaja membaca buku penting mu ini, mereka hanya ingin mengenal mu," sahut Fahri sambil menarik kuping kedua temannya.

Ghost in PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang