bagian 15-sahabat

50 6 0
                                    

"Sahabat, bukan tentang siapa yang kamu kenal paling lama.

Tapi...,

yang datang ke kehidupanmu, dan tidak pernah meninggalkanmu dalam kondisi apapun.

-Fry

----------------------

"Hah?" kini tatapanku mengarah kepadanya. Dengan mulut menganga. Kaget dicampur bingung.

Kini otak ku tidak bisa bekerja, seolah seperti ada yang menyegel pikiranku. Aneh, untuk apa ia memberi pilihan bodoh seperti itu... Ah, bukan, maksudku, emangnya apa sih hubungannya? Kenapa lucid selalu membicarakannya?

Dia masih stay ditempatnya, menatapku. Dan aku menatapnya, mencoba mengetahui apa yang dimaksud Lucid, namun nihil. Aku mengerang kesal karena aku tidak bisa membaca pikirannya walau dalam mimpi sekalipun. Hanya tatapan singkat, lalu ia langsung beranjak berdiri meninggalkan ku.

'Maksud lucid apaan sih?, tiba tiba ngomong begitu, nih orang suka banget bikin orang penasaran.'

Aku beranjak berdiri mengikuti lucid

"Lucid? Kamu kenapa sih?" tanyaku, menghilangkan rasa bingung ini.

Lucid terus berjalan tanpa menghiraukan ku

"Lucid....."

Aku mengikuti lucid yang berjalan dengan langkah lebarnya. Tanpa menghiraukan aku yang berada jauh dibelakangnya.

15 menit kemudian

Kini napas ku sudah tersenggal senggal, aku juga merasa letih. Sampai akhirnya aku goyah. aku tersungkur ke pasir.

"Argh. Lu--cid.." ucapku lemas

Bukannya lebay ya, tapi suasana disini emang beda, Terasa tawar. dan manusia seperti aku, gak bisa lama tinggal di dunia ini, apa lagi sampe lelah. bisa saja akan terbawa ke alam sadar, karena yang aku rasakan adalah lucid dream. mimpi berjalan tanpa kemauan. Retceh.
Terlebih lagi kondisi ku didunia nyata tidak begitu baik.

Lucid menghampiriku dengan cepat, memeluk ku dan membawaku melayang ke balkon, taman sakura. Membaringkan tubuhku di tumpukan bantal empuk dan menyelimuti ku dengan helaian lembut sakura.

"Maaf." Ucapnya "sungguh, maafin aku." tambahnya.

kemudian aku memudar. Dan kembali ke dunia nyata. Mata ku terbuka. Disertai pusing yang menerjang kepalaku, tubuhku juga terasa pegal seperti habis jalan jauh.


Aku tidak mengenal ruangan yang aku singgahi dan aku memegang kepalaku yang terasa nyeri.


"Argh, aku dimana?" rintihku

Tidak lama aku melihat seseorang yang datang kearahku dengan tersenyum, vivi.

"Frey, lo udah sadar?" Tanya vivi

"vi, aku dimana?"

"Kamu di rumah sakit."

Aku mengedipkan mataku dan mengerucutkan bibirku, mengetahui akan ruangan yang aku singgahi. malas mengingat masa masa dimana aku harus bolak balik chek up untuk mengetahui keadaanku setiap minggunya.

Antara Mimpi dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang