Kematian
Mataku berhadapan langsung dengan jurang yang dalam dan gelap, dimana posisiku berada di puncak tebing. Tidak ada secercah cahaya dibawah sana, tidak ada kehidupan di dalamnya, dan jurang itu akan menelan siapa saja yang berani masuk dan merelakan kematian dirinya. Hampa dan tersesat bersama roh-roh yang ikut bergentayangan, dan hanya ada ketakutan yang berkepanjangan.
Mataku terbelalak, tubuhku menegang dan mengeluarkan keringat, mulutku menganga, nafasku tersekat, jantungku berdetak tidak normal, tak percaya tentang apa yang aku lihat. Aku mulai berjalan mundur, namun tertahan dari tubuh yang berdiri di belakangku, Arga.
Harus aku bilang berapa kali sih?, aku phobia tinggi!
Aku memejamkan mataku "k-ka-kau... mem-bu-nuh..ku.." ucapku terbata-bata dan nafas yang ngos-ngosan. Arga hanya membalas dengan seringaian.
Sampai akhirnya, aku terdorong dan terjatuh dari ketinggian berpuluh puluh meter itu. Reflek aku teriak, memegang dadaku yang terasa sesak, mataku terpejam ketika tubuhku terjatuh dan melayang di udara, kepalaku pusing seperti sedang berada di mesin waktu, dan aku merasa aku pernah mengalami ini sebelumnya, tapi kapan?, dimana?, dan mengapa aku tidak bisa mengingat dengan jelas?, bahkan air mataku turun tanpa aku sadari, hanya pasrah sampai kematian menghampiri perlahan. Kemudian semuanya gelap.
"Hah...!, hosh, hosh, hosh" aku melihat sekelilingku dengan napas yang terengah-engah, dan keringat yang bercucuran, "a- aku.. di, hosh, kamar?, huft!" aku menutup wajahku dengan ke-2 telapak tanganku, menetralkan nafasku "kenapa terasa nyata?"
Sapuan angin malam menerpa tubuhku, aku pun mengangkat alisku, 'kenapa jendelanya terbuka?' batinku. Aku pun beranjak berdiri, dan mendekati jendela kamarku, "Apa tadi aku lupa menutupnya?" tanyaku, aku pun menggeleng pelan, "Udah lupain Frey, lupain!" protesku, seraya menatap langit malam sekilas dan menutup jendela karena angin malam yang terasa dingin.
Aku pun memegang keningku dengan satu tangan yang lain berkecak pinggang. Hingga mataku berhenti di jam dinding kamarku, jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.00, aku yakin semua sudah pada tidur, dan untunglah suaraku tadi tak membangunkan orang rumah. Kemudian aku memilih turun kebawah dan menyeduh secangkir coklat, kemudian kembali lagi ke kamar dan duduk di tempat tidurku.
Aku sedikit terjaga karena mimpi buruk itu, aku memegang dadaku yang masih berdegup tidak karuan, "eh? tunggu. Seingatku, terakhir aku pergi bersama ka Arga. terus ko'?, bentar dah, aku bingung, gi-ma-na ca-ra-nya a-ku bisa ada di kamarku?, bukannya---?" terpotong, aku mengernyitkan keningku, lalu menggaruk kepalaku kasar, "sebenernya aku kenapa sih?,kenapa jadi tiba-tiba amnesia gini!" getamku "bahkan aku gak inget terakhir kali aku ngapain?" kesalku
Aku menggeleng lemah dan menatap ke cangkir susu coklat yang aku pegang, "gak di dunia nyata, gak di mimpi. Apa yang namanya Arga itu selalu menyebalkan?, hufft!, bahkan aku gak akan heran jika dia ada dan menjadi mimpi burukku karena di dunia nyata dia tetaplah bencana hidupku yang datang tanpa aku inginkan"
Aku menghela nafas dan menidurkan diriku dengan posisi miring.
Semua jadi gak masuk akal, dari kedatangan Arga dihidupku, bahkan hilangnya Lucid dimimpiku. Aku gak tau arti yang aku alami tadi?, yang menjadi masalahnya, kenapa aku gak bisa mengingat apa yang telah terjadi.
aku pun memosisikan tidurku senyaman mungkin.
Apa semua ini berhubungan dengan teka teki itu?, ----- kalo iya, aku harus menyelesaikannya. Tapi kalo gak..., males banget, kayak gak ada kerjaan aja.
Kemudian tak lama dari itu, kepalaku mendadak pusing, seperti tertimbun bokahan batu es, nyeri dan sesak. aku merasakan sebuah memory yang berputar berulang kali seperti film yang harus ditonton. Namun, entah memory siapa yang ada dipikiranku, yang terjebak di otak ku, dan aku yakini gadis itu bukanlah aku, karena kehidupannya berbeda denganku. Aku merasa berada di mesin waktu, tubuhku seperti jatuh dari atas tebing ke jurang dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Mimpi dan Dia
AcakFreya, seorang gadis yang memaknai semua hal dengan kata bintang.. Hatiku seperti halnya angin terkadang berubah tidak tentu arahnya, terkadang aku tak mengerti tujuanku? yang aku tau, aku hanya tidak ingin merasakan bimbang dan bayangan yang mengh...