Ini adalah hari minggu, hari dimana diriku biasa bermalas malasan dengan kasur kesayanganku, dimana Vivi akan datang dan mengganggu kesejahteraan tidurku, terlebih lagi dengan mimpiku. Namun, hari ini berbeda. Kini aku memilih untuk berada di balkon kamarku daripada harus tidur dan bermalas malasan seperti biasa, menikmati serbuan angin pagi yang memberikan kesejukan dan ketenangan dihati. Merasakan naluri kebebasan tanpa jeratan dan siksaan yang menyiksa, sejenak.
"Ngapain lo disini,?" sinisku, "gw gak mau liat lo lagi," seperti memiliki ikatan batin, entah kenapa kehadiran pemuda itu bisa aku tebak dengan mudahnya. Bahkan aku sendiri bingung memikirkannya, siapa lagi kalo bukan cowo menyebalkan itu.
Arga hanya diam tanpa mengubris sindiranku. Hal itu menyadarkan ku bahwa Arga masih dalam posisinya, karena sejujurnya aku masih merasakan kehadirannya.
Kemudian, aku berdecak, membalikkan badanku dan menatap Arga kesal, "mau lo apa sih?" tanyakuArga menatapku tajam tanpa membalas pertanyaanku, sehingga kebingungan terlintas di kepala ku, "Kenapa lo gak pernah cerita ke gw?"
Hanya sebuah kalimat itu, seketika membuatku mengernyitkan keningku.
Aku menelengkan kepalaku, "maksud lo?" tanyaku dengan nada melunak.
"Lucid dream" singkat Arga, mendekati ku dan mengikis jarak antara kami
Aku terdiam ketika menyadari bahwa Arga sudah mengetahuinya hanya bisa membuatku menundukkan kepala, bahkan aku tak berani lagi menatapnya.
"It's none of your business!" Ucapku pelan, terdengar seperti cicitan
Arga pun menggenggam ke-2 lenganku, dan seketika membuatku reflek menatapnya, "berhenti menyalahkan dirimu sendiri, Freya" jelas Arga.
Ucapan Arga membuat diriku kembali merasakan deja vu, ucapan itu terus berputar diotakku, menghantuiku serta mengingatkan dirinya pada sosok pemuda dalam mimpiku. aku menggeleng cepat, menghapus pemikiran yang sempat terbesit di otakku. Gak mungkin!. Aku pun mendorong Arga hingga genggamannya terlepas dari lenganku dan menatapnya dengan tatapan ketakutan.
"Jauhi aku!" seru ku
Aku mengerutkan kening ku menahan tubuhku agar tidak goyah pada pilar pembatas balkon.
Gak mungkin, gak mungkin kalo Arga adalah orang yang dimaksud Lucid, mustahil.
Aku memegang kepalaku, memory itu datang secara abstrak, seolah memintaku untuk mengingatnya secara paksa. Arga mendekati ku, "lo gak pa-apa?"
Aku menggeleng. Kemudian mataku menatap Arga, sendu.
Siapa Sebenarnya Arga?, kenapa perasaanku jadi gak enak gini?. Gak, gak mungkin, ini hanya kebetulan. Aku harus mengetahui semuanya, jawaban dari teka teki nya, gadis itu, takdir ku, termasuk Arga.
aku pun melangkahkan kakiku untuk kembali ke kamar dengan banyak tanda tanya yang mengerubungi kepalaku sehingga membiarkan Arga yang masih berada di balkon.
Tak lama dari itu Ratih datang, "lho, Arga mana?"
Aku diam dan hanya menunjuk ke arah balkon dengan malas, karena setahuku terakhir aku melihatnya di sana.
"Ada Vivi dibawah, turun gih, Frey" ucap Ratih
Mataku terbelalak, "serius Vivi disini bu?" tanyaku antusias dengan senyum mengembang, kemudian memudar dan bingung, Eh?, ko', duh, perasaan aku gak enak gini
" bu, kenapa Vivi gak langsung ke kamar Freya aja?"
"dia gak mau" singkat ratih, "ywdah ibu duluan ya ya" tambah Ratih yang mulai menghilang dari dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Mimpi dan Dia
عشوائيFreya, seorang gadis yang memaknai semua hal dengan kata bintang.. Hatiku seperti halnya angin terkadang berubah tidak tentu arahnya, terkadang aku tak mengerti tujuanku? yang aku tau, aku hanya tidak ingin merasakan bimbang dan bayangan yang mengh...