Happy reading!!!Warning, typo bertebaran dimana mana 😃
------------------------------------------------------
Freya kini tengah berada di kerumunan orang, ia disuruh menunggu karena Vivi beralasan izin ke toilet. Tapi, sekarang?, udah setengah jam menunggu, dia gak dateng dateng. Kini diriku merasa kikuk dengan penampilanku sendiri, apakah aku seperti badut? Tapi... Sepertinya tidak, tatapan ayahku sama seperti tatapan mereka kepadaku. Aku harap begitu. 😥 hufft. Aku kembali mengingat Vivi,
'Vivi kemana sih? kalo emang bilang, gak mau diganggu, ya...bilang saja. lagi pula aku gak ngelarang, toh, ini juga bukan aku yang minta. Siapa yang maksa aku buat ikut? Kenapa sekarang ninggalin aku begitu saja. Apa aku gak penting?' omel ku pada diri sendiri
Hal ini membuat ku semakin kesal, karena selain itu banyak sorot mata yang menatap ke arahku, aku gak suka menjadi pusat perhatian, rasanya risih. Aku terus mengeluarkan sumpah serapah dari mulut ku, mengutuk diriku karena sekarang aku gak tau lagi harus apa. Aku hanya mengikuti kemana kaki ku melangkah sekarang. Walaupun aku gak tau dimana keberadaan ku, tetap saja aku masih di daerah bioskop. Karena bioskopnya terlihat lebih luas.
'ihs, Vivi kemana sih?' gerutu ku 'aku kan baru di daerah sini... Ntar kalo nyasar gim--'
Brugh!
"Aw!" aku memegang kepalaku dan mengangkat wajahku. Menangkap sosok yang aku tabrak tadi.
Orang itu menatapku dengan sorot mata tajamnya.
"E..eh, ka- ryan" Gagap ku "ma-af ka, aku gak sengaja." Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal dan menggigit bibir bawahku.
Ryan hanya mengangguk. Kemudian Ryan mengajakku duduk di sofa panjang yang tersedia.
"Ko' kaka disini?" tanyaku, aku merutuki diriku sendiri dengan pertanyaan bodoh yg terlontar dari mulutku, dan yang udah pasti jawabannya, mau nobi, apa lagi...
"dipaksa."
'Sama' batinku
Hening, tanganku mulai memainkan rambut kepangku, gerogi, dan suasana jadi terasa canggung.
'Sial banget sih hari ini, frey.... Udah ditinggalin,nabrak orang, lagi? mana yang aku tabrak, ka ryan!, Apa gak ada orang lain, selain ka ryan? Kenapa ka ryan yang malah tabrakan sama aku?' omel ku pada diri sendiri.
Kini aku hanya mencuri pandang ke arah ryan,karena gak tau harus memulai obrolan dari mana.Sesekali mengagumi ketampanannya, bahkan tatapan matanya lurus ke layar hp, terlihat serius, dingin, dan misterius. Rasanya hidupnya terlalu santai.
"Gak sopan!, curi- curi pandang seperti itu." kritik ryan masih menatap lurus ke hp
Aku gelagapan, 'bagaimana ka ryan tau kalo aku mencuri pandang kearahnya?, bukan kah matanya sedari tadi fokus ke hpnya' batinku.
Aku menoleh kearah ryan "bagaimana kaka ta--"
terpotong."Freeey..." teriak seseorang seraya berlari kecil ke arahku, dan membuatku menoleh kesumber suara, lalu berdiri. Dan yaps! Akhirnya orang yang aku tunggu datang juga, Vivi. Tidak lupa dengan kevin, tentunya.
ketika kevin bertos ala pria dengan Ryan, aku mencari kesempatan dalam kesempitan, menarik tangan Vivi agar sedikit menjauh dan meluapkan semua emosi yang sudah aku tahan tadi.
"Kemana aja sih Vi! dari tadi aku tungguin kamu tau. Katanya izin ke toilet. Tapi apa? kamu malah berduaan sama ka kevin. Aku masih asing vi...sama tempat ini, kalo aku nyasar gimana?, seenaknya ninggalin aku. Kamu kan juga tau, aku gak suka menunggu, ingat!" omel ku
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Mimpi dan Dia
RandomFreya, seorang gadis yang memaknai semua hal dengan kata bintang.. Hatiku seperti halnya angin terkadang berubah tidak tentu arahnya, terkadang aku tak mengerti tujuanku? yang aku tau, aku hanya tidak ingin merasakan bimbang dan bayangan yang mengh...