bagian 16-masalah

66 5 0
                                    

"Tapi kan aneh bu." protesku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Ko aneh si, udah kebawah dulu, jangan bikin teman kamu nunggu." jelas vano

Aku hanya memutar bola mataku dan mengangguk. Lalu pergi.

"Frey..." panggil vano.

Kaki ku terhenti dan membalik badanku.

"Apa lagi yah?, Freya kan mau ke---."

"Itu teman kamu di tinggal?" tanya vano, dengan menunjuk ke arah vivi

Aku menepuk keningku. Lupa karena masih ada vivi di kamarku.

"Oh iya, maaf yah, Freya lupa."

Aku pun langsung mendekati vivi dan menarik vivi.
Vano dan ratih hanya menggeleng melihat sikap anak tunggalnya itu.

Btw, tentang Vano dan Ratih. Mereka adalah orang tua aku, yah... jujur aku bangga dengan mereka. apalagi mengingat masalah yang terus datang berkali kali menimpa keluargaku. Mulai, dari perusahaan ayahku yang bangkrut, pihak keluarga ayah yang tidak menyetujui pernikahan ayah dan ibu, bahkan pihak ayah yang selalu menyalahkan ibu yang merasa jadi pembawa sial keluarga, dan selalu meminta ayah menceraikan ibu, namun tidak pernah dilakukan oleh ayahku karena ayah mencintai ibuku. kemudian, ditambah dengan masalah ku yang setiap malam selalu berteriak histeris bak orang yang mengalami masalah penjiwaan. Bahkan nenek ku tidak pernah menganggap kalo aku cucunya dan menganggapku gila. Nenek juga menyalahkan ibu yang merasa tidak becus mengurusku. Pasti kalian bertanya tanya, kenapa nenek selalu menyalahkan ibu ku yang faktanya tidak pernah menganggap ada diriku?,  yah... Itu simple aja, karena nenek ku  sangat suka mencari masalah dengan menyalahkan ibuku agar ayahku mengikuti kata nenek untuk menceraikan ibu.

Dan aku bersyukur, karena ayahku mengajak kami pindah kesuatu tempat yang jauh dari rumah keluarga ayah, gunanya agar keluarga ayah tidak lagi mengganggu dan menyalahkan kami. I love you, dad. dan aku juga bersyukur ayahku sudah mendapat pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Yah..Walaupun dengan resiko aku harus sendiri dirumah. Karena ibuku juga ikut bersama ayahku. Pertanyaanya. Kenapa aku gak diajak juga? nah, itu yang menjadi pertanyaan tersendiri bagiku. Karena orang tuaku juga tidak mengijinkan ku ikut, menyebalkan😥.

Walaupun kami jarang berinteraksi karena jarak dan waktu. Bahkan dulu aku sering mengeluh karena jauh dengan mereka. Rasanya menyakitkan, terlebih lagi tentang masalah mimpi itu yang mau gak mau aku tanggung sendiri. Aku pun berkembang mengikuti waktu, dan semakin aku dewasa, aku mulai memilih untuk menyimpan masalahku sendiri. Karena aku tidak mau orang tua ku khawatir lagi. Namun sayangnya aku tidak sekuat itu, tetap saja aku terus mengeluh karena rasa rindu ku.

---------

Di ruang tamu.

Aku mendapat 2 pemuda yang aku kenali duduk di sudut sofa, yang kini tatapannya beralih ke arahku.
Aku sedikit terkejut, yaps, pemuda itu ka ryan lebih tepatnya ka ryan dan ka kevin.

ketika tatapan biru  gelap itu bertemu dengan mataku. Mimpi itu tiba tiba berputar seperti rekaman yang harus aku tonton. Tentang pertanyaan itu mungkin adalah teka teki yang semestinya aku pecahkan. Aku memegang kepalaku. Menahan sakit. Sampai akhirnya sebuah tangan menepuk pundak ku.

"Frey, kamu gak apa apa?" tanya vivi khawatir.

aku mengangguk. Kemudian, berjalan mendekati mereka.

"Ka ryan, kaka kesini?", ucapku seraya tersenyum.

"Woah, disini ada gw loh, bukan cuma ryan doang." sindir kevin.

Aku tersenyum.

"Ih, pengen banget disapa gitu?" protes vivi

"gozila, komen aja."

Antara Mimpi dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang