MLH - 10

9.2K 258 5
                                    

Cek mulmed
Vote, kritik dan sarannya.
Cek typo, langsung komen kalo ada ;)

Gak janji selesai dalam bulan ini, ya. Sorry :v

*****

"Yaudah kalo gitu, kita pamit pulang dulu, ya."

Nia mengangguk lantas memeluk Kayla dan Airin bergantian. Sebelum pergi Kayla menepuk bahu Nia dan mengangguk. Kayla yakin Nia bisa. Setelah itu Kayla dan Airin pulang.

"Mereka udah lama?" tanya Raka yang juga ikut mengantar Kayla dan Airin sampai pintu. Nia tidak menjawabnya dan langsung masuk kedalam rumah. Raka hanya mengedikkan bahunya lantas ikut masuk.

Seperti kemarin, Raka pulang tak lama setelah adzan Maghrib berkumandang. Nia sudah menyiapkan makan malam dibantu Kayla dan Airin tadi.

"Nia?" panggil Raka, Nia masih tidak menjawab. Sekarang mereka sudah berada dimeja makan.

"Nia, ada apa?" tanya Raka pelan, takut jika ucapannya membuat Nia semakin mendiamkannya.

"Kamu kenapa? Saya ad––"

"Aku mau tanya sesuatu." sela Nia.

"Tanya apa?"

"Aku harap kakak jujur." Mata Nia kembali terasa memanas sekarang. Nia bahkan duduk menyerong agar tidak berhadapan langsung dengan Raka.

"Kamu kenapa, si?" heran Raka karena merasa tidak biasa dengan sifat Nia.

"Kak Desti hamil anak kakak?" tanya Nia, bersamaan dengan ucapannya, air mata Nia kembali jatuh, pertahannya untuk tidak menangis didepan Raka runtuh. Nia merasa hancur setelah mendengar pengakuan Desti tadi pagi, meskipun belum mendengar pengakuan dari Raka, Nia sudah menyimpulkan semua.

"Kamu ngomong apa? Desti siapa?" tanya Raka yang masih bingung jalan pembicaraan yang Nia katakan.

"Sekarang kakak malah pura-pura lupa, ch. Desti pacar kakak lah, siapa lagi." ucap Nia.

"Dia hamil anak kakak, itu bener? Hah?" ucap Nia lantang, kekesalannya sudah berada di ujung. Nia sangat ingin marah pada Raka.

"Kamu ngomong apa si. Saya bahkan belum sentuh dia sama sekali," ujar Raka, dan itu memang benar. Jangankan menyentuhnya, Raka merasa jika rasanya pada Desti tidak benar-benar ada. Terlebih saat sesudah di ajak berkenalan pada orang tua Raka, Desti malah menghilang tanpa kabar. Raka yang merasa dirinya sudah tidak dipedulikan lagi pun ikut tidak memberi Desti kabar dan tidak mencari dimana keberadaan Desti. Toh rasanya pada Desti pun masih Raka ragukan. Antara benar-benar atau hanya suka semata.

"Jujur aja kak. Aku gapapa, aku terima. Kalo emang dia bener-bener hamil, dia lebih berhak milikin kakak. Ada anak kakak yang dia kandung" ucap Nia, Raka mengusap wajahnya kasar.

"Kamu ngomong apa sih, lagian kapan kamu ketemu Desti?"

"Pagi tadi dia datang kesini, cariin ayah anaknya." ucap Nia, air matanya semakin jatuh deras bercucuran, bersamaan dengan itu Nia mencoba untuk tetap terlihat kuat dengan terus menyeka air matanya. Rumah tangga sesungguhnya baru saja di mulai.

Raka beranjak dari tempatnya menghampiri Nia, dipegang bahu istrinya itu dan Raka tatap dalam-dalam mata Nia.

"Nia, dengerin saya. Saya bisa jelasin, ini––"

"Aku gak perlu penjelasan kakak, aku cuman butuh jawaban kakak dari pertanyaan aku tadi, iya atau enggak?" potong Nia.

"Ya, enggak lah. Saya bahkan belum sentuh dia sama sekali, gimana dia mau hamil anak saya." jawab Raka.

My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang