MLH - 13

7.7K 230 4
                                    

Vote, kritik dan sarannya.

Cek typo ;)
Hampura feel-nya kurang dapet :v

*****

Hari ini weekend, Raka memilih untuk tetap di rumah, menikmati hari liburnya sambil membaca koran di temani kopi hitam kesukaannya di teras depan. Namun, apa ini? Sedari tadi Nia terus memperhatikan Raka layaknya menonton tv, Raka mengabaikannya karena awalnya Raka pikir Nia akan lelah dengan sendirinya dan berhenti memperhatikannya.

"Kamu ngapain?"

Akhirnya Raka buka suara karena cukup risih, bukannya menjawab, Nia malah senyum-senyum sambil menopang dagunya.

"Nia,"

Entah setan apa yang merasuki Nia pagi ini, wanita itu seakan kehilangan urat malunya. Biasanya dia gengsi bukan? Tapi apa ini?
Raka mengusap kasar wajah Nia hingga wanita itu langsung tersadar dari apa yang dia lakukan barusan.

"Engh, iya kenapa?" Nia bertanya dengan gelagapan.

"Kamu ngapain liatin saya, masih pagi lho. Masih banyak kerjaan yang harus kamu selesaikan di dalam." ucap Raka.

"Oh itu... Anu... Engh..." Nia sedikit gugup jadinya, tidak mungkin Nia harus terus terang jika yang dilakukannya tadi adalah bentuk rasa syukur sekaligus kagumnya pada Raka. Nahi haan nahi! Nia gengsi.

"Gapapa hehehe," Nia menyengir lebar.
Raka hanya mendelik lantas kembali melanjutkan kegiatan membaca korannya.

"Emm... kak," panggil Nia.

"Kak," panggil Nia lagi, seakan tuli, Raka bahkan tidak menengok sama sekali.

"Suam," panggil Nia lembut, barangkali Raka langsung menjawab kali ini.

"Apa?"
Tuh kan.

"Giliran di panggil suam aja nengok, di panggil kakak, udah beberapa kali dipanggil juga kek orang tuli, kaga nyaut-nyaut, pura-pura gak denger." dengus Nia. Raka sedikit terkekeh.

"Saya kan suami kamu, bukan kakak kamu," ucap Raka pongah, lagi pula benar kan?

"Ya tapi kan seenggaknya gitu, kalo di panggil tuh minimal nengok kek kalo males jawab."

"Saya kan nengok, malah sambil jawab," jawab Raka, seakan tidak mau kalah dengan omongan Nia.
Namun, kali ini Nia diam. Nampaknya wanita itu sedang malas mempertengkarkan hal sepele seperti ini. Buktinya Nia diam.

Raka kembali terkekeh lantas menyimpan korannya di meja.
"Kenapa?"

Nia diam.

"Saya tau kamu lagi pengen sesuatu, cepetan bilang mumpung saya lagi baik," ucap Raka sambil mengusap kepala Nia. Tapi Nia tetap diam, geram karena tak kunjung di saut tadi.

"Yaudah kalo kamu gak mau apa-apa, setelah ini saya--"

"Aku mau maen, suntuk di rumah terus," pungkas Nia, sambil memegang lengan Raka.

"Yaudah sana main," ujar Raka. Nia merengut, maksud Nia mau main itu bersama Raka.

"Ish, aki-aki. Ayok atuh," Nia mengayunkan tangan Raka.

"Kemana?"

"Main, jalan-jalan, nge-mall,"

"Biasanya juga sama temen-temen kamu, kenapa tiba-tiba ngajak saya." ucap Raka.

My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang