"Kenapa, Na?"
Gue terpelanjat kaget, Doyoung yang tiba-tiba memanggil gue, berjalan kearah gue dengan tangannya yang membawa nampan.
Gue langsung mengatur ekspresi, sebisa mungkin agar gak keliatan aneh, "gapapa, oh, itu kue bikinan bunda lo ya?"
"Iya," jawab Doyoung. Gue mengikutinya dari belakang dan berujung duduk di sofa bareng Seulgi dan Lucas yang baca majalah. Yang gue tahu itu majalah tahunan SMA.
Gue mengambil sepotong kue dan memakannya. Doyoung yang duduk disamping gue rupanya menunggu komentar yang bakal gue ucapin.
"Enak?" tanyanya.
Gue mengangguk dengan mata berbinar, "enak! banget!"
Doyoung senyum puas. Entah kenapa dia jadi menghela napas lega seolah gue ngomen masakannya sendiri.
"Gue ke bawah ya, nemenin bunda lo," setelah Doyoung meng-iyakan, gue langsung turun, dengan sedikit lega karena tadi gue sempet deg-deg an karena keciduk liatin foto di meja belajarnya Doyoung.
"Tante, butuh bantuan nggak?"
Bundanya Doyoung menyambut gue dengan senyuman, setelah itu menjawab, "kamu duduk aja gausah ikut repot di dapur,"
Walaupun gitu, gue tetep berjalan kearah tempat cuci piring dan mulai mencuci beberapa bekas mangkok, piring, dan benda-benda kecil kaya sendok, garpu, dan lain-lain. Bundanya Doyoung sempat mencegah dan ngelarang gue. Tapi ujung-ujungnya gue dibiarin.
"Gimana kuliahnya? Seneng?" tanya Bunda.
"Ada seneng-gak-senengnya juga lah, te pastinya."
Bundanya Doyoung tersenyum, "ya gitu. Emang masanya manusia mengalami kehidupan yang bener-bener itu waktu kuliah sama kerja. Harus bisa dewasa, kalau nggak ya, sama aja kamu gagal."
Gue dan Bundanya Doyoung akhirnya ngobrol tentang kehidupan, yah, walaupun gue agak bosen karena temanya kehidupan, paling gak Bundanya Doyoung sesekali bercanda yang bikin suasana jadi gak begitu kaku.
"Oh iya, kue yang tante bikin enak loh," ucap gue setelah selesai cuci piring.
Bundanya Doyoung mengernyit, "kue yang mana?"
"Yang dibawain Doyoung tadi di kamar."
"Loh, bunda baru bikin kue barusan. Itu yang di oven kue pertama bunda,"
"Serius, te?" tanya gue dengan agak gak percaya. Tadi kan Doyoung bilang bundanya yang bikin. Kok bundanya bilang bukan?
"Itu cobain kue yang di kulkas, Doyoung yang bikin. Mungkin dia kasih kamu kue yang itu,"
Gue langsung ngambil kue di kulkas dan memakannya sepotong. Rasanya mirip.
"Wah, jadi Doyoung ya te yang bikin? Kok dia ngakunya tante yang bikin?"
Bundanya Doyoung ketawa, "dia tiga hari ini belajar bikin kue. Bunda penasaran kenapa dia jadi seantusias itu sama kue. Ternyata mau buatin kamu toh?"
Ah, masa?
Kok gue jadi ngerasa kurang nyaman gini ya.
"Ah, tante bisa aja,"
Gara-gara ucapan Bundanya Doyoung, gue jadi gampang ngelamun. Nggak begitu antusias saat menanggapi obrolan dari Bundanya Doyoung.
"Kayanya anaknya bunda lagi suka sama seseorang deh, kamu tahu gak kira-kira siapa?" tanya Bundanya Doyoung tiba-tiba.
Gue menggelengkan kepala ragu, "eng-enggak tahu te,"--nggak mungkin gue kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [LTY] ✔ SUDAH DITERBITKAN
FanfictionSEASON 2 DARI JUDUL "DILAMAR TIBA-TIBA" Nikah muda? GAK SEGAMPANG ITU! Emang dipikir nikah sama kak Taeyong terima jadinya doang? Terima gaun, janji suci, pasang cincin, malam pertama? GAK! Nikah muda itu susah! Apalagi buat Nana yang masih umur...