9

26.5K 2.9K 159
                                    

Kegiatan gue hari ini, h-1 sebelum berangkat ke Jepang, cuma duduk di depan TV, nontonin kartun dari pagi sampai siang.

Kak Taeyong udah sama kak Yuta, pergi gatau kemana. Bodoamat.

"Dek, marahan?" tanya Mama, sambil bawa semangkuk salad buah yang Mama bikinin.

"Kok Mama tahu?" tanya gue, sambil nusuk sepotong buah dan memakannya ragu-ragu, enak gak ya?

"Kamu tuh gampang ditebak. Waktu Taeyong berangkat, kamu gak nyamperin dia sama sekali kan? Dan dari tadi sampai sekarang, bibir kamu maju lima senti," kata Mama, mencubit bibir gue, aduh pengertian yang menyakitkan banget.

"Kenapa sih?" tanya Mama lagi. Gue akhirnya mengatur posisi duduk, jadinya berhadapan sama Mama.

"Gini, Ma. Kan sebagai anak kuliahan, aku pengen gitu ngehabisin waktu di kampus. Jadi panitia ospek, panitia acara, dan aku pengen ikut liburan sama temen sekelas. Tapi, kak Taeyong marah karena aku terus ngundur tanggal nikah," cerita gue.

Mama ketawa sebelum menanggapi, ngebuat gue mengangkat alis, "ooh, gara-gara itu doang?"

Gue jadi bersemangat, pasti Mama sepikiran sama gue, "iya ma! Mama tahu kan aku baru gabung organisasi, jadi--"

"Jadi intinya kamu belom siap?" potong Mama, sambil senyum penuh misteri.

Gue menerjabkan mata, kok bisa tahu?

Ah, menurut nenek moyang, ikatan antara anak dan orangtua itu kuat. Mungkin karena itu Mama jadi paham gimana perasaan gue yang sebenernya.

"Yaampun adek, mama kira kalian bertengkar kenapa. Tapi karena masalah itu? Kenapa gak dibicarain baik-baik sama Taeyong? Terus terang aja kalau kamu belum siap," kata Mama.

Gue manyun, "bingung Ma, gimana mulainya,"

"Kamu siapnya kapan?" tanya Mama.

"Tahun depan," jawab gue.

"Bulan?"

Gue bergumam, ragu, "belum kepikiran, Ma."

"Kamu gak boleh pikirin diri kamu sendiri. Kamu gak kasihan sama Taeyong yang nunggu kamu dari SMA dan masih belum dapat kepastian tahun ini juga? Sabar itu ada batasnya lho,"

"Ya-- tapi, Ma--"

"Coba singkirin ego kamu lebih dulu, ngobrol sama Taeyong baik-baik, nanti kalian dapet jalan keluarnya."

Gue tersenyum tipis, kemudian memeluk tubuh Mama, "Mama tetep dukung aku kan?"

Dengan usapan tangannya yang lembut di punggung gue, Mama menjawab, "iya sayang, Mama selalu dukung kamu."


●●●


"Oh, Doyoung,"

Doyoung senyum sambil menghampiri gue, "kok gitu suara lo? Kaya berharap bukan gue yang dateng?" tanya Doyoung.

Gue senyum tipis, iya--gue kira tadi kak Taeyong yang dateng.

"Apasih, enggak ah, Doy. Masuk yuk," ajak gue. Kemudian dia duduk di sofa ruang tamu dan gue panggil Mama.

Kita akhirnya ngobrol-ngobrol ringan, sampai Mama ninggalin gue sama Doyoung berdua di ruang tamu.

Cuma ada gue dan Doyoung seperti ini, membuat gue kepikiran hal-hal yang dirumah Doyoung. Yah, walaupun Doyoung bilang ucapan Bundanya gak bisa dipercaya, tapi entah kenapa ngebuat gue khawatir.

Nikah Muda [LTY] ✔ SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang