H-7 pernihakan.
Gue dipingit.
Ini gara-gara Haechan sama kak Yuta habis nonton film Kartini. Terus nanya ke Mama, "Ma, pingit tuh apa sih?"
Mama jawab, "pingit itu tradisi orang Indonesia yang ngelarang calon pengantin keluar dari rumah dan ngelarang buat bertemu satu sama lain sebelum akad nikah. Banyak itu manfaatnya."
"Ooh, gitu. Kenapa kak Nana gak dipingit aja? Dia kan hampir tiap hari ketemu kak Taeyong terus tuh Ma. Sekali-kali biar tahu rasanya gak ketemu cowoknya."
Mama mengangguk-angguk, "boleh juga." Setelah itu Mama telfon Mami, yang ternyata langsung setuju. Terus bilang ke gue, "hari ini sampai hari pernikahan, kamu dilarang ketemu sama Taeyong."
Gue melotot, "loh, kok tiba-tiba? Ini aku mau ambil undangan sekalian mau nyebar loh, Ma."
"Lo dipingit kak," kata Haechan. Dengan muka bahagia gitu. Ngeselin.
"Apaan sih kok pingit-pingitan? Kan aku sama kak Taeyong nikahnya gak ikut adat," balas gue, agak ngomel.
"Biar kamu tahu rasanya kangen sama calon suami, dek. Udahlah. Seminggu doang," sahut kak Yuta.
"Gue udah pernah gak ketemu kak Taeyong dulu! Lama banget!"
"Tapi, ini tuh beda sensasinya. Udah nurut aja," kata Mama final. Kemudian ninggalin kamar gue gitu aja.
Gue kesel, "terus undangan siapa yang ambil?" teriak gue.
"Gue yang anter deh," sahut kak Yuta.
Ya, jadi gitu.
Meskipun di pingit, tapi bukan pingit yang kaya zaman dulu sih. Yang harus di kamar 24 jam.
Gue boleh keluar, asalkan gak ketemuan sama kak Taeyong dan dilarang nyetir kendaraan sendiri. Kak Yuta sama Haechan gantian nemenin dan awasin gue.
•••
H-5
"Lo mau kemana, kak?" tanya si Haechan yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Nemuin gue yang udah siap sama baju pergi gue.
"Ketemuan sama temen SMA," jawab gue.
"Gue anter. Kak Yuta ada kuliah." katanya. Gue ngangguk-ngangguk aja.
Setelah itu gue liatin hp terus sekalian jalan ke bawah, ngikutin Haechan ke mobil.
Kak Taeyong sama sekali belum balas chat dari gue. Dia sekarang lagi ngapain sih.
"Nungguin kak Taeyong kan, lo?" tebak si Haechan. Sambil sibuk nyetir di samping gue.
"Gara-gara lo, nih. Gue jadi gak boleh ketemuan sama kak Taeyong," gue manyun. Haechan terkekeh, "masih dendam aja lo."
Gue balas mencibir.
Gak lama, akhirnya sampai juga di cafè yang gue tuju. Disana udah ada Wendy sama Joy.
"Lo bawa adek lo? Tumben?" tanya Wendy, begitu gue duduk di kursi.
"Gue dipingit. Dia ngawasin gue, takut kalo gue ketemuan sama kak Taeyong." Joy sama Wendy ketawa. Mereka malah ngasihanin gue dan ngedukung Haechan. Ampas.
"Gapapa Nan, biar pas nikah klepek-klepek terus jadi semangat malem pertamanya," kata Wendy, dengan mulut ceplas-ceplos yang gak berubah dari dulu.
"Malem pertama apaan astaga, Wendy."
Wendy nyenggol Joy, "lo gak ngerti malam pertama, Joy?"
Joy dengan polosnya geleng-geleng. Gue juga ikutan geleng-geleng, nggak habis pikir temen-temen gue kenapa dengan enaknya bahas topik kaya gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [LTY] ✔ SUDAH DITERBITKAN
Fiksi PenggemarSEASON 2 DARI JUDUL "DILAMAR TIBA-TIBA" Nikah muda? GAK SEGAMPANG ITU! Emang dipikir nikah sama kak Taeyong terima jadinya doang? Terima gaun, janji suci, pasang cincin, malam pertama? GAK! Nikah muda itu susah! Apalagi buat Nana yang masih umur...