"Na," sapa Seulgi, yang baru datang ke dalam kelas dan langsung duduk di samping gue.
Gue membalas dengan senyuman, kemudian si Seulgi memiringkan tubuhnya kearah gue. "Kak Taeyong masih marah sama lo?"
Gue langsung menghela napas. Bahu gue otomatis turun. "Gausah dijawab. Udah tahu jawabannya," kata Seulgi.
"Heran gue tuh, Gi. Padahal udah seminggu yang lalu. Tapi dia masih aja ngambek ke gue. Terus Gi, kemarin gue gak sengaja lihat notif hp nya waktu dia mandi, dia lagi chattingan sama cewek, ketawa-ketiwi," cerita gue, meluapkan kekesalan gue karena kak Taeyong.
"Mereka temen kali, Na. Jangan malah ngambek juga dong, kapan baikannya kalo gitu?" tanyanya.
Gue menghela napas lagi. Seulgi ngasih saran, "gimana kalo habis ngampus lo ke kantornya kak Taeyong aja? Sekalian ajakin makan siang."
"Ogah, Gi. Masa gue yang ngajak duluan? Kan dia yang salah. Kenapa gue yang ngajakin makan?" gue ogah-ogahan. Seulgi tanpa permisi langsung mukul lengan gue lumayan keras.
"Dewasa dong, Nan! Biasanya lo gak gini, hari ini kenapa sih?" tanya Seulgi, dengan nada kesal yang ketara banget.
"Gatau. Gue PMS kali," jawab gue asal-asalan. Setelah itu meletakkan kepala diatas meja dan memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya dosen masuk untuk memulai kuliah pagi hari ini.
"Gue udah bilang Joy. Ntar lo dianter sama Joy ya," ucap Seulgi, yang gak gue pedulikan.
•••
"Hela napas mulu lo, Nan!" sentak Joy, yang kini berdiri di samping tubuh gue, di depan pintu masuk gedung perusahaan milik keluarganya kak Taeyong.
"Duh, Joy, gue pulang aja deh. Gue mau makan siang sendiri aja," gue langsung putar balik, tapi Joy menarik lengan gue dan menyeret gue masuk.
"Kalo lo gak masuk sekarang, lo gak pernah baikan lagi sama suami lo. Yakin lo mau pulang?" tanya Joy, dengan sedikit melototi gue.
Gue manyun, "gue maluuu, Joy," cicit gue.
"Gue tungguin di depan. Kalo ajakan lo masih ditolak ntar gue yang anterin lo pulang ke rumah Mama lo," kata Joy. Astaga serem bener, masa karena ditolak makan siang bareng gue langsung dipulangin ke rumah Mama?
Gue mendecak, "yaudah iya!"
Joy menghadap ke arah gue, membenarkan rambut dan baju gue.
"Udah, sana!" usir Joy.
Gue akhirnya melangkahkan kaki kearah lift, dan memencet nomor lantai ruangan kak Taeyong.
Setelah sampai di lantai yang gue tuju, gue gak langsung melangkahkan kaki untuk keluar dari lift. Gue mengatur napas lebih dulu dan mengatur hati, siap buat ditolak.
Kelamaan di dalam lift, pintu lift hampir tertutup lagi. Tapi, untungnya seseorang dari luar menahan pintu.
Dia, Jaehyun.
"Loh, Nana?" sapanya, di tengah-tengah pintu lift.
"Loh, Jae, lo disini? Gak di New York?" tanya gue, Jaehyun mengangguk lalu menjawab, "gue ditugasin disini sama Pamannya Taeyong." Gue ber-oh panjang dan mengangguk-angguk.
"Cari Taeyong ya? Dia di dalem, masih ada tamu," ujar Jaehyun, paham maksud satu-satunya gue dateng kesini.
"Oh gitu," sahut gue singkat, sambil mikir lagi, gue nyamperin gak ya.
"Tunggu di dalem aja. Bentar gue panggilin."
"Eh, Jae! Gausah." Gue menahan Jaehyun yang udah balik badan mau kembali ke tempatnya tadi. Ngebuat Jaehyun mengangkat sebelah alisnya, "kenapa? Bukannya kalian mau makan siang bareng ya?" tanyanya setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [LTY] ✔ SUDAH DITERBITKAN
FanfictionSEASON 2 DARI JUDUL "DILAMAR TIBA-TIBA" Nikah muda? GAK SEGAMPANG ITU! Emang dipikir nikah sama kak Taeyong terima jadinya doang? Terima gaun, janji suci, pasang cincin, malam pertama? GAK! Nikah muda itu susah! Apalagi buat Nana yang masih umur...