"Kak Taeyong,"
Gue membuka pintu kamar mandi, langsung memeluk tubuh kak Taeyong yang berdiri di depan pintu.
Gue masih menangis. Kak Taeyong balas mendekap tubuh gue dan mencium puncak kepala gue berulang kali.
"Maafin aku, Kak," ucap gue dengan suara terputus-putus akibat menangis.
"Ssst. Udah-udah," dengan sabar dan perhatiannya, kak Taeyong menenangkan gue. Membuat gue sedikit demi sedikit menghentikan tangis.
"Kak, aku gak tega," ucap gue.
Kak Taeyong menangkup kedua pipi gue. Dia menatap gue dengan mata dan hidung yang memerah, bekas nangis.
"Itu yang terbaik buat kita, buat bayi kita, sayang," kata kak Taeyong dengan lembut.
Gue menyembunyikan wajah dengan telapak tangan. Kembali menangis, "kenapa aku gak tahu dari dulu sih, kak? Kenapa aku biarin kak Taeyong nggak ngerti kalau aku hamil?"
"Na—" Kak Taeyong menurunkan telapak tangan gue yang menutupi muka.
Dia kemudian mencium bibir gue lembut sambil mengusap air mata di pipi gue dengan jempolnya.
"Ini bukan salah kamu. Jangan salahin diri sendiri, oke?"
Gue gak mengangguk, juga gak menggeleng. Kak Taeyong kembali memeluk tubuh gue. Mengusap punggung gue dan membisikkan beberapa kalimat yang ngebuat gue tenang.
•••
3rd pov
Taeyong setia menatap istrinya yang tertidur di sampingnya dengan mata sembab dan hidung yang memerah.
Kejadian hari ini, ngebuat Taeyong ngerasa ingin menyalahkan diri sendiri. Dia ngerasa gagal sebagai seorang ayah maupun suami yang baik.
Gak disangka Taeyong bakal mengalami hal ini, untuk calon anaknya yang pertama.
Beranjak dari kasur pelan-pelan setelah memastikan Nana tidur terlelap, Taeyong memutuskan untuk menghubungi orangtuanya dan orangtua Nana semuanya tentang hari ini.
Mama, orang yang selalu merasa sedih saat anaknya bersedih. Merasakan seluruh beban anaknya seperti bebannya sendiri.
Taeyong berusaha nggak mengeluarkan suaranya yang bergetar. Dia berusaha kuat dan tabah. Dia juga berjanji, bakal menjaga Nana dengan baik di negara tetangga.
Mami dan kak Taeyeon, yang mengerti kabar ini setelah Mama, langsung sama-sama kaget dan panik.
Mereka bahkan mau nekat nyusulin Taeyong ke Thailand kalau aja ada tiket pesawat yang tersisa. Nyatanya semua full.
"Mi, aku harus gimana?" tanya Taeyong ke Mami, menunjukkan banget bahwa dia lagi down juga sekarang, sama seperti istrinya.
"Mami percaya kamu, Yong. Kamu harus kuat biar bisa kuatin Nana, ya?" ujar Mami.
Taeyong memijit pelipisnya, "ternyata susah ya Mi, jadi suami sekaligus seorang ayah." Taeyong berkata dengan nada yang terdengar putus aja.
Ngebuat Mami ngomel, "gak ada yang gampang di dunia ini, Yong! Kamu boleh nangis, tapi cuma sekali. Setelah itu gak boleh lagi! Kamu harus jadi penguat buat Nana. Jangan pikir yang enggak-enggak, ya?"
Taeyong mengangguk, kemudian buru-buru mematikan telfon saat mendengar lenguhan dari Nana.
"Kenapa? Ada yang sakit?"
Nana memegangi perutnya di bagian bawah, "sakit banget, Kak."
Ngelihat ekspresi Nana yang kesakitan, ngebuat Taeyong panik. "Di bagian mana? Yang mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [LTY] ✔ SUDAH DITERBITKAN
FanficSEASON 2 DARI JUDUL "DILAMAR TIBA-TIBA" Nikah muda? GAK SEGAMPANG ITU! Emang dipikir nikah sama kak Taeyong terima jadinya doang? Terima gaun, janji suci, pasang cincin, malam pertama? GAK! Nikah muda itu susah! Apalagi buat Nana yang masih umur...