Beberapa hari udah berlalu, dan lagi-lagi, pemandangan yang gue dapatkan setiap hari hanya lah ruangan kosong yang berdinding warna putih dan keramik lantai warna putih.
Ternyata emang bener kalau selama ini apa yang gue rasakan hanya khayalan gue.
Dengan latihan bersama Kak– maaf, maksudnya Dokter Kim. Karena Kak Junmyeon menjadi kakak gue itu hanya ada di dalam kepala gue.
Setiap hari gue latihan dengan Dokter Kim agar membiasakan diri dengan kenyataan gue yang pahit.
Ternyata, kata Dokter Kim dan Suster Irene, ini bukan pertama kalinya gue membuat skenario-skenario dalam otak gue. Menurutnya, gue akan selalu panik setiap kali gue memiliki skenario baru dalam pikiran gue. Gue juga nggak paham dengan cara kerja otak gue.
Gue masih berusaha untuk menerima kalau Jaehy– Dokter Jung, hanya lah dokter yang menangani gue selama gue berada di pusat penelitian laboratium. Dokter Jung nggak pernah sekali pun menjadi kekasih gue– kecuali di skenario gue. Dia bisa menjadi apa aja di dalam skenario yang otak gue ciptakan.
Alasan kenapa otak gue bisa menciptakan skenario-skenario dalam pikiran gue karena, ternyata gue sempat mengalami kecelakaan mobil. Otak gue dan lutut gue yang kena. Lutut gue, tendon dan ligamennya rusak, sehingga harus di operasi. Sedangkan otak gue? Otak gue kebentur, dan menyebabkan gue mulai untuk menciptakan skenario-skenario dalam pikiran yang hanya bisa gue rasakan seorang diri.
Ternyata, banyak banget catatan kalau gue udah sering menciptakan skenario yang berbagai macam. Tapi, skenario gue yang beberapa waktu lalu, itu kerasa nyata.
Orang tua gue? Sayangnya nggak bisa diselamatkan saat kecelakaan mobil terjadi.
Gue ini anak tunggal. Nggak punya adik atau pun kakak. Gue selalu ingin memiliki kakak dan adik laki-laki, mungkin itu alasan kenapa gue bisa menjadikan Dokter Kim Heechul dan Dokter Kim Junmyeon menjadi kakak gue di dalam skenario gue. Sedangkan Kak Heechul dan Jungwoo? Mereka hanya karakter yang gue buat– ralat, hanya karakter yang otak gue buat.
Kak Heechul dan Jungwoo ternyata nggak nyata.
"Halo, Sunhee." Sapa Dokter Jung dan Suster Irene begitu memasuki ruangan kamar gue.
Gue nggak menjawab. Gue nggak ingin menjawab sapaan Dokter Jung dan Suster Irene. Nggak ada semangat juga untuk menyapa mereka balik.
"Hari ini check up dulu ya." Kata Suster Irene, gue hanya mengangguk pelan.
Suster Irene pun mengecek suhu tubuh gue dan tensi. Saat pengecekan sedang berlangsung, nggak tau angin dari mana gue mendapatkan keberanian untuk bertanya ke Dokter Jung.
"Dokter Jung." Panggil gue. Tanpa melihat ke arahnya.
"Hm?" Jawabnya sambil membaca kertas-kertas yang ada ditangannya.
"Berarti Nara nggak kenal saya?" Pertanyaan gue berhasil membuat Dokter Jung mengalihkan pandangannya dari kertas yang dia pegang ke arah gue.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanyanya.
"Pengen tau aja."
Dia nggak membalas gue untuk beberapa saat. Sampai akhirnya gue harus kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Nara nggak kenal saya?"
Dokter Jung mengambil nafas dan membuangnya perlahan sebelum menjawab pertanyaan gue,
"Nggak."Jawabannya singkat, padat, dan jelas tapi nyelekit.
Gue hanya mengangguk pelan.
Nara nggak kenal sama gue. Nara mengenal gue dan menganggap ibunya itu hanya khayalan. Kok rasanya sakit banget?
"Sunhee mau makan apa hari ini?" Tanya Suster Irene.
"Apa aja." Karena gue emang nggak tau mau makan apa.
"Ketemu besok ya Sunhee, jangan capek-capek. Banyakin istirahat. Nanti Suster Irene kasih penenang lagi ya biar otak kamu istirahat dulu. Takutnya otak kamu bisa bikin skenario-skenario lagi. Kan otak kamu bikin skenario itu nggak tentu kapan-kapannya."
Perhatian banget. Coba aja kalau dia perhatian ke gue sebagai seseorang yang dia sayang, bukan perhatian yang diberikan seorang dokter ke pasien.
"Ya."
Gue pun melihat punggung Dokter Jung dan Suster Irene keluar dari kamar gue.
Masih nggak nyangka, selama ini gue hanya mimpi. Hanya mengkhayal.
Pada akhirnya, Dokter Jung Jaehyun hanya akan tetap menjadi dokter yang menangani gue selama di pusat penelitian laboratium. Gue nggak tau juga kapan gue bisa keluar dari sini. Atau mungkin, gue nggak akan pernah bisa keluar? Karena belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit yang mengenai otak gue. Bagian organ manusia yang paling vital dan memegang peran penting dalam kehidupan manusia.
Dengan kondisi yang kayak gini juga, mana mungkin gue bisa keluar dari pusat penelitian ini? Otak gue sekarang lagi diteliti, hal apa yang menyebabkan gue bisa terus-terusan menciptakan skenario. Waktunya juga gak nentu kapan, suka-suka otak gue. Emang jahat.
Yang gue inginkan sekarang? Gak tau. Gue nggak tau mau apa sekarang. Berharap otak gue melanjutkan skenario gue bersama Dokter Jung? Nggak. Gue takut, kalau skenarionya semakin jauh dan indah, gue takut saat terbangun nanti yang ada malah semakin nyesek mengetahui kebenarannya.
Terus, yang bisa gue lakuin sekarang apa? Sama gue juga nggak tau. Setiap hari, gue hanya diem di kamar. Duduk di kasur dan nonton TV.
Gue selalu berharap kalau ini semua cuma mimpi. Kapasitas otak gue yang melebihi rata-rata ini hanya mimpi. Dokter Jung yang ternyata hanya lah seorang dokter yang menangani gue hanya mimpi, dan Nara yang gak pernah kenal sama gue, gue harap itu hanya mimpi.
Gue harap semua ini hanya mimpi.
THE END
———————————————————————
Author's Note
Halo :) jadi udah selesai nih Dokter Jung hehe.
Paham ya sekarang, kenapa genre story ini romance banget & pengetahuan atau membahas medisnya hanya sedikiiiiiit banget. Ya karena aku menceritakan cerita ini dari sudut pandang Sunhee, dalam mimpinya dia itu dokter. Dan skenario-skenario yang diciptakan sama otaknya Sunhee itu berdasarkan informasi yang Sunhee punya.
Makanya kenapa ngebahas tentang medisnya cuma dikit :)
Ya karena Sunhee nggak tau banyak tentang medis dan kesehatan. Kalaupun ada beberapa chapter yang membahas mengenai kesehatan, itu karena dia yang mengalami sendiri, jadi otak dia tau. Selebihnya? Dia nggak tau.
Aku juga sengaja bikin beberapa situasi membingungkan– atau bahkan nggak masuk akal. Itu udah bagian dari ceritanya. Hyeji bisa menjadi dokter tulang dalam umur yang masih muda? Sunhee can think however her mind wants. Toh, itu hanya ada dalam khayalan dia.
Kehidupannya Sunhee baik-baik aja? Ya karena Sunhee selalu ingin hidupnya baik-baik, aman tentram, dan nggak ada konflik. Otaknya tau kalau dia mau hidup kayak gitu.
Also, there will be no alternate ending ya. I guess this one is enough :)
Plus, baru tau kalau feature private udah di remove sama wattpadnya. Yang udah keburu ngefollow aku jangan nyesel yaaa hehehehehe luv
Thank you for reading and see you in
Lacuna: A Blank Space.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Jung | Jung Jaehyun
Fanfiction[COMPLETED] "it is very rude of me for not introducing myself. The name's Jaehyun, Jung Jaehyun." Start 9/03/2019 Finish 6/04/2019 #46 in Jaehyun 26/04/2019 #51 in Jaehyun 25/04/2019 #169 in fanfiction 09/04/2019 Copyright © 2019 by peachandpeony