Part 43. Balikan? Penyakit?

11.3K 335 15
                                    

●R

Ava di larikan ke rumah sakit milik Satya yang waktu tempo dulu Ava di rawat. Rama berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan tempat Ava dirawat.
Alanda dapat melihat wajah cemas Rama.

'Kayaknya Rama masih sayang sama Ava,'-Alanda.

Dari ujung koridor rumah sakit, terlihat Wibowo yang tengah berjalan dengan cepat.

Alanda sudah mengetahui tentang Ava yang sudah berbaikan dengan Wibowo. Alanda juga yang menghubungi Wibowo.

"Dimana Ava?" Tanyanya khawatir.
"Di dalam Om, Dokter masih memeriksa keadaan Ava." Kata Alanda.

Satya yang baru saja pulang dari luar kota, terkejut saat mendengar kabar dari Dokter Adam, kalau Ava masuk Rumah Sakit.
"Dimana, Ava?" Tanya Satya yang baru saja datang dan tidak sadar kalau ada Wibowo disini.

"Di dalam Kak, Dokter Adam masih memeriksa keadaan, Ava." Kata Gavin.

Kemudian, Satya menyadari kehadiran Wibowo disini.

"Ada urusan apa anda disini? Masih perduli dengan Ava?" Sinis Satya.

"Satya dengerin---" belum sempat Wibowo menyelesaikan kalimatnya, Satya mencegatnya.

"Dengerin ap--" ucapan Satya di cegat kembali karena kedatangan Dokter Adam.
"Keadaan Ava gimana, Dok?" Tanya Rama dan Satya bebarengan.

"Ava k---"

Satya tidak menghiraukan ucapan Adam, Satya langsung masuk ke dalam dan melihat kondisi Ava.
Karena Satya yang memulai masuk duluan, Wibowo, Alanda, Gavin dan Rama, jadi ikut-ikutan masuk. Termasuk Adam.

Sebenarnya Adam tidak membolehkan lebih dari dua orang untuk masuk ke ruangan, tapi Adam menurut saja, karena RS inipun milik Satya.

Satya duduk di samping tempat Ava berbaring.

Satya mengambil tangan Ava dan menggenggamnya.

"Vaa.." Panggil Satya.

Perlahan Ava membuka matanya saat ia mendengar seseorang menyebut namanya.

"K-kak Satya." Ucap Ava lemas.

"Ava di bantu dengan alat pernafasan, karena tadi Ava lemas banget dan darah mimisan yang keluar pun banyak." Kata Adam.

Ava melihat di sekelilingnya.

Ada Satya, Wibowo, Adam, Alanda, Gavin, dan Rama-,

"Ava." Panggil Rama tanpa suara.

Ava mengalihkan pandangannya kepada Wibowo dan Alanda yang berdiri bersampingan.

"Papah." Panggil Ava pelan.

Merasa namanya dipanggil, Wibowo berjalan mendekati Ava.

"Iya Va, ini Papah."

"Papah? Papah apaan hah?!" Segat Satya.

"Kak..." Tegur Ava.

"Kenapa, Va?! Dia berani-beraninya udah nyiksa kamu! Ngusir kamu! Waktu Mamah meninggal aja dia nggak dateng. Waktu kamu di operasi, dia nggak dateng, masih pantes dipanggil Papah?!"

"Maafin Papah, Satya. Papah nggak tahu, Papah menyesal. Maafkan Papah," Wibowo mengucapkan kata maaf berkali-kali.

"Ava sudah memaafkan Papah, tolong kamu maafin Papah. Papah semakin merasa bersalah kalau kamu belum memaafkan Papah juga." Pinta Wibowo.

Satya melirik Ava meminta penjelasan, Ava mengangguk pelan.
Satya mengusap wajahnya gusar.
"Saya tidak butuh maaf dari anda! Saya hanya menganggap Ava sebagai keluarga satu-satunya yang saya punya sekarang, lebih baik anda pergi dari sini sebelum saya lebih emosi." Ucap Satya penuh penekanan.

Ava NafizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang