• sept

1.8K 357 23
                                    

Hari ini, Changbin mengajak Felicia kencan. Berbekal seribu satu tips dari Jisung dan Chan yang lebih berpengalaman dibidang ini. Changbin bawa Felicia ke mall terdekat. Awalnya ingin bawa Felicia ke perpustakaan kota. Tapi ditolak mentah-mentah oleh kedua temannya.

Felicia penulis. Bukan berarti harus dibawa ketempat penuh tulisan. Lagipula nantinya Changbin malah akan terlihat bodoh jika diajak membahas sastra. Changbin mengiyakan ejekan mereka. Jika itu terjadi, gagal sudah rencananya membuat Felicia jatuh hati.

Setelah menonton sebuah film bergenre action, mereka melipir sebentar ke funworld. Iya, kencan pertama mereka ini ala-ala remaja kekinian. Karena dibilang tua mereka masih muda, dibilang muda sudah tua. Ya begitulah pokoknya.

Di funworld, mereka hampir memainkan semua permainan disana. Dari yang normal seperti basket sampai bermain pancing-pancingan. Bahkan Felicia menantang Changbin untuk mengambil boneka dalam mesin.

Tidak seperti dalam novel atau film. Changbin noob. Boro-boro dapat boneka, terangkat saja tidak.

Tapi sudahlah. Kita lewati saja peristiwa itu.

Pulang dari mall saat matahari sudah diufuk barat. Untung tidak macet. Mereka mampir di sebuah warung pecel lele pinggir jalan. Agak susah karena harus mencari tempat parkir untuk mobil Changbin yang menjadi kendaraan mereka sedari tadi.

Felicia dan Changbin mengisi salah satu meja lesehan. Memesan makanan sembari diskusi senja, kalau kata Changbin.

"Makasih, ya," ucap Felicia. Mengamati kendaraan yang berlalu lalang.

"Buat?"

"Buat kencan pertama kita." Felicia terkekeh. Geli juga terang-terangan menyebut kata kencan.

"Kebalik kali. Aku yang makasih, Fel. Makasih udah nerima ajakan kencanku."

Felicia balas senyum simpul.

"Kamu kenal Chan?" Changbin bertanya.

Felicia menoleh. "Chan?" berusaha mengingat-ingat nama itu. "Ah yang pacarnya Jihyo? Temen seband kamu?"

Laki-laki itu mengangguk. "Iya. Soalnya yang ngasih aku alamat kafe kamu, dia. "

"Jihyo kan dulu temen kuliahku. Pas dia ke kafe dan nyamper aku. Aku kaget lihat ada Chan disebelahnya. Terus kita ngobrol bertiga."

Mata Changbin menyipit. "Ngomongin apa?"

"Pertamanya kenalan sih. Aku kan nggak kenal sama dia. Terus aku cerita aja, kemarin penampilan kalian bagus diacara bakti sosial. Aku juga bilang, temennya ada yang nyamperin aku."

Changbin mendengus. Felicia balas menyengir polos.

"Pasti dia cepu. Bilang aku suka sama cewek penulis tanpa nama yang aku kasih bakso bakar lima tusuk. Iya kan?"

"Dia nggak bilang suka sih. Chan bilang,

'oh jangan-jangan cewek yang dibilang Changbin kemarin kamu, Fel?'

Jihyo penasaran, ikut tanya.

'Changbin bilang gimana?'

'Ada cewek menarik. Indah banget. Gue datengin bawain bakso bakar lima tusuk. Niatnya ajak kenalan. Ditolak, katanya suruh nunggu pertemuan kedua. Aku sama Jisung langsung ngakak lah, yang. Mukanya ngenes banget nggak terkondisikan'

Gitu kayaknya, Bin."

Felicia tersenyum miring. Menggoda Changbin yang mukanya sudah asem.

"Tapi nggak salah sih. Nyatanya gitu kok." Changbin berhenti kesal. Malah senyum puas.

Giliran Felicia yang kesal. Ah, tak kesal. Malu saja akibat dari kalimat yang Changbin lontarkan.

Astaga, vulgar banget, Felicia nggak kuat digas gini.

"Gampang banget yang bilang." dia mendengus.

"Jujur dari hati. Jadi ya gampang-gampang aja." Changbin menjawab santai.

"Sama cewek lain pasti gitu juga." Felicia mencibir. "Eh tapi, Chan bilang kamu nggak pernah tertarik sama cewek. Selama ini kamu suka cowok?"

Dibalas decakan, Felicia suka lihat Changbin kesal. "Ya nggak gitu juga.  Tapi yang Chan bilang bohong itu. Aku pernah kok tertarik sama cewek."

"Berapa kali? Kapan?"

Felicia bukan kepo. Di sedikit sesak tak tahu kenapa. Keingintahuannya meledak-ledak.

"Sekali. Pas lihat kamu pertama kali."

Felicia mendesis kesal. "Ishh!" tapi juga lega disaat yang sama.

Dia menarik gelas teh hangatnya. Minum perlahan. Sembari minum matanya lirik Changbin yang fokus pandangi jalanan yang lengang.

Cahaya matahari samar ditambah lampu jalan yang menimpa sosok Changbin buat Felicia tersenyum tipis.

Changbin seindah itu. Felicia rasa tak pantas. Bagaimana bisa Changbin yang seluar biasa itu jatuh hati padanya yang serba biasa ini.

Cantik? Banyak yang lebih cantik. Prestasi? Felicia punya, tapi tak seberapa. Sifat? Felicia begitu susah ditebak, kadang dia sendiri bingung dengan sifat aslinya.

Lalu kenapa Changbin suka.

Kenapa Changbin bisa suka padanya?

••

destiny.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang