• vingt six

1K 230 18
                                    


Sinar matahari menembus kaca, mengintip dari sela gorden yang belum sepenuhnya ditutup tadi malam, membuat Felicia mengerjapkan mata pelan saat silaunya mengenai retina. Dua sudut bibirnya tertarik ke atas begitu melihat sebuah refleksi lain di depannya. Ada wajah polos Changbin yang berjarak kurang dari setengah meter dari wajahnya.

Tangan Felicia terulur mengelus rambut hitam Changbin. Merasakan setiap helainya yang menggelitik jari jemari dan menghirup dalam-dalam aroma shampo yang menguar. Telunjuknya terus menelusur turun menuju dahi, alis, dan hidung.

Dahi Changbin jarang diekspos. Lebih sering tertutupi helai rambut yang dibiarkan memanjang ke depan. Alis tebal dengan ujung alis yang menukik tajam ke bawah menambah kesan galak pada wajah Changbin. Tetapi barangkali, itulah yang menjadi daya tarik anak tunggal keluarga Seo ini.

Jari Felicia kembali turun untuk mengelus pipi Changbin. Tergoda untuk mencubitnya pelan, tetapi mengurungkan niat karena tak ingin Changbin bangun. Melewati bibir, Felicia elus dagu runcing kekasihnya. Lucu, dia sendiri tak heran saat Chan dan Jisung menyamakan dagu Changbin dengan potongan semangka, atau segitiga sama sisi, karena nyatanya memang mirip.

Felicia terkekeh karena pemikiran paginya yang begitu random. Walaupun sejujurnya dia tidak peduli, karena kapan lagi dia bisa menatap wajah tidur Changbin selama ini jika tidak sekarang. Besok? Tidak ada hari esok untuk mereka. Felicia sadar diri.

Untuk sentuhan terakhir. Felicia gunakan ibu jarinya untuk mengelus kedua belah bibir tipis Changbin. Merasakan tektsurnya sebelum menempelkan bibirnya sendiri di atas bibir Changbin. Hanya kecupan biasa. Tanpa lumatan. Hanya menempel. Namun itulah yang menjadi ungkapan sayang Felicia untuk Changbin. Karena jika diungkapkan lewat kata-kata, bahkan seumur hiduppun belum cukup waktu yang dibutuhkannya untuk mengatakan milyaran kalimat cinta itu.

Setelah hampir satu menit kemudian, Felicia menjauhkan bibir keduanya. Bersamaan dengan itu, kelopak mata Changbin terbuka. Atensinya langsung terfokus pada iris Felicia. Memberi tatapan penuh tanya dan keingintahuan yang tinggi.

Baru Changbin akan membuka mulut untuk bertanya, Felicia sudah membungkamnya dengan jawaban paling menyesakkan pagi ini.

"It's our first and last morning kiss, Changbin. Please, don't forget it."

•••

ayo tabok aku
huhu ... aku masih belum ikhlas misahin mereka gais:))
tapi habis ini mereka pisah
beneran.

janji.

nggak aku lambat-lambatin lagi.

chapter depan mereka pisah.

ngga aku potong-potong lagi.

benerannnn....

hshshshs....

oiya mau ngasih tau kalian mulai sekarang ceritaku update cuma tiap jum'at atau sabtu yaa

destiny.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang