• six

1.8K 393 38
                                    

iya aku apdet lagi, jaga2 kalo bsk ga bisa apdet

mulmed
-colbie caillat 'fallin for you' cover acoustic.




"Lho, Felicia?"

Merasa dipanggil Felicia berbalik. Kaget menemukan Changbin yang berdiri dibelakangnya.

"Changbin? Diundang juga?"

Changbin mengangguk singkat. "Kok nggak bilang kalo diundang?"

"Ya, bilang juga dalam rangka apa, Bin?"

Oiya, Changbin lupa dia bukan siapa-siapa.

"Mau masuk bareng?" tawar Changbin yang diangguki gadis disampingnya.

Keduanya meninggalkan parkiran mobil. Melangkah menuju pintu masuk gedung resepsi. Mengisi buku tamu, dan masuk membaur bersama tamu undangan yang lain.

Mereka mengantri untuk bersalaman dengan pasangan pengantin. Tidak begitu panjang, tapi ada sesi foto. Mungkin sedikit lama.

"Siapa kamu, Fel?" Changbin berbisik.

Felicia mendekat pada Changbin. "Mantan," jawabnya.

"Yang ceritanya kamu tulis kemarin?"

Memberi anggukkan sebagai jawaban. Felicia ikut bertanya. "Kalo kamu?"

"Yang cewek temen SMA ku."

Obrolan terhenti, giliran mereka bersalaman. Changbin bersalaman dengan kedua pengantin. Menyunggingkan senyum tipis. Sedangkan Felicia,

"Selamat ya, Mark, Arin."

Diam-diam Changbin kagum. Bisa ya Felicia masih sebaik itu pada mantan yang telah menyakitinya sebegitu hebat.

"Thanks, Fel udah dateng. Siapa ini? Gandengan baru, ya?" Mark menggoda. Arin ikut mengompori dengan bertanya juga pada Changbin.

"Besok kalo gue kasih undangan dateng." Changbin berujar sebelum menarik Felicia turun dari sana.

Pasangan pengantin itu tertawa. Tapi dalam hati mengamini, berpikir mereka memang terlihat cocok satu sama lain.

Terlepas dari itu, Felicia kesal. Mencubit tangan Changbin yang tertutup lengan panjang baju batik.

Changbin memang memakai batik berwarna cokelat dengan bawahan celana bahan hitam. Entah kenapa terlihat senada dengan kebaya modern milik Felicia yang berwarna hitam. Tak lupa jarik cokelat sepanjang lutut menjadi penutup kaki jenjangnya.

Sembari mengobrol ringan. Keduanya memutari seisi gedung. Mencari makanan yang sekiranya menggoda untuk dicicipi.

Pemburuan mereka berakhir dengan Changbin yang mengambil batagor dan Felicia memilih sate. Lantas kembali melanjutkan jalan menuju spot yang agak sepi. Tapi masih bisa menikmati panggung kecil diujung ruangan.

Dipanggung itu, ada salah satu tamu yang sedang menyumbangkan suaranya. Keduanya tak kenal. Tetapi tetap ikut menikmati lagu yang dinyanyikan. Coda Honeymoon milik Johnny Timpson terputar menutup lagu dengan sangat manis. Para tamu undangan bertepuk tangan. Tidak terkecuali dua pengantin yang sudah duduk kembali. Antriannya sudah habis. Mereka istirahat sejenak.

"Silahkan bagi tamu undangan yang ingin menyumbangkan suara emasnya, bisa angkat tangan atau mungkin langsung maju ke depan."

Mendengar MC berbicara, diam-diam Felicia melirik Changbin. Tersenyum jahil sebelum mengangkat tangannya sendiri tinggi-tinggi.

"Iya, mbak berkebaya hitam, silahkan maju."

Changbin menoleh ke sampingnya. Felicia menggeleng pada sang MC.

"Temen saya yang mau maju, tetapi malu untuk angkat tangan." Felicia sedikit berteriak. "Ayo, Bin. Sana maju." dia mendorong bahu Changbin. Changbin tersentak. Bingung dengan keadaan.

"Eh, aku?" tanyanya pada Felicia.

Felicia menyengir. "Iya, kamu. Maju sana. Nyumbang lagu."

Seketika laki-laki itu panik. "Eh-eh, aku nggak bisa nyanyi."

"Nggak papa. Udah, sana maju!" Felicia memaksa. Terus mendorong Changbin agar segera maju. Changbin menghela nafas pasrah. Melangkah menuju panggung kecil disana.

Berdiri canggung di atas panggung. Menatap audience yang menunggunya. Dia meminjam gitar. Mengalungkannya di leher. Menata stand mic. Tidak lupa menarik nafas panjang.

Felicia menelan salivanya susah payah. Meremat tangan. Ikut gugup. Padahal bukan dia yang maju.

Melihat Changbin mengenakan batik dan memegang gitar, Felicia suka. Ah, dasarnya dia memang selalu suka apapun yang berkaitan dengan Changbin. Bucin.

Gitar terpetik. Intro sebuah lagu Changbin mainkan dengan apik. Matanya lurus menatap Felicia. Begitu juga sebaliknya. Terasa hanya ada mereka. Yang lain tampak bagai kabut asap beraroma bunga. Menyesakkan namun sama sekali tak ingin pergi.

"I don't know but I think I maybe falling for you."

Riuh suara tepuk tangan meriahkan penampilan Changbin.

Felicia jelas tahu itu lagu apa. Colbie Caillat, fallin for you. Tapi dia tak tahu. Lagu ini akan sebegini indahnya jika Changbin yang menyanyikan. Felicia luluh. Juga sedikit menyesal telah menyuruh Changbin bernyanyi di depan sana. Kakinya lemas. Segera mencari pegangan agar tak jatuh.

Changbin hebat. Felicia sampai runtuh ditempat. Mengais sisa kesadarannya, Felicia tetap menatap tepat disana. Masih sama sejak tadi. Tidak berpindah sedikitpun.

Tamu undangan yang lain ikut meleleh. Banyak yang mengenal Changbin sebagai salah satu rapper berbakat. Tapi tak tahu jika suaranya tetap indah saat bernyanyi seperti sekarang.

Felicia hampir menangis. Melihat jari-jari Changbin lihai memetik gitar. Begitu indah. Changbin nya begitu indah. Seperti judul lagunya,

Felicia falling for him.

Sampai di reff. Felicia ikut bernyanyi. Ingin ikut mengatakan bahwa dia juga jatuh. Jatuh pada Changbin. Dan Changbin tak jatuh sendirian.

"I've been spendin all my time just thinking bout you. I don't know what to do. I think I'm fallin for you."

"I've been waitin all my life and now i found you. I don't know what to do. I think i'm fallin for you."

"Oh, I'm falling for you~"

Mereka berdua sama-sama jatuh. Tak tahu caranya bangkit. Dan tak mau untuk bangkit sekalipun tahu caranya.

••

destiny.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang