Makan siang di Chelsea Market dan memandangi danau buatan di Central Park adalah permintaan lain Felicia yang dikabulkan Changbin dalam perjalanan mereka 'sehari di New York' selain berkunjung ke MoA.
Jika dirasakan benar-benar, tubuh mereka sudah lelah. Kaki juga pegal luar biasa karena terus-terusan digunakan untuk berjalan mengelilingi tempat-tempat yang sudah mereka kunjungi sebelumnya. Tetapi baik Changbin maupun Felicia belum ada yang berminat untuk segera pulang.
Terutama Changbin. Laki-laki itu masih ingin mengajak Felicia mendatangi satu tempat spesial yang sangat ingin dikunjunginya berdua bersama orang yang begitu dicintainya. Dan ketika orang yang dimaksut berada jelas disampingnya, Changbin tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan itu.
Maka, bersamaan dengan matahari yang semakin tergelincir ke arah barat. Changbin menarik Felicia menuju stasiun kereta bawah tanah untuk melanjutkan perjalanan 'sehari di New York' mereka yang akan ditutup dengan berjalan santai menikmati suasana malam NYC dari Jembatan Brooklyn.
Jembatan Brooklyn sendiri adalah salah satu jembatan suspensi tertua di Amerika Serikat yang selesai dibangun tahun 1883. Berdiri gagah di atas Sungai East. Menghubungkan antara Manhattan dan Brooklyn. Dengan panjang kurang lebih dua kilo meter, tak heran jika ia mendapat predikat sebagai jembatan suspensi terpanjang di dunia. Setiap harinya, dari pagi hingga malam, jembatan ini akan ramai baik oleh pejalan kaki dan pesepeda yang hanya menyebrang, maupun oleh turis dalam dan luar negara yang sengaja berkunjung untuk menikmati suasana kota New York dari jembatan ini. Bahkan saking cantiknya jembatan ini, tak jarang ada sepasang kekasih yang menjadikan Jembatan Brooklyn sebagai latar untuk mengambil foto prewedding mereka.
"Kita mau kemana?" tanya Felicia. Matanya bergulir lincah ke sana ke mari mengobservasi suasana baru dari dalam kereta yang baru kali ini dia naiki. Memang sejak tadi Felicia sudah sibuk memperhatikan arsitektur stasiun bawah tanah yang didatanginya sampai lupa menanyakan tujuan mereka selanjutnya pada Changbin.
"Ke Jembatan Brooklyn," jawab Changbin singkat. Tangannya menarik lembut pergelangan tangan Felicia. Menuntunnya menuju deret tempat duduk yang masih kosong.
"Kenapa nggak naik bus aja?"
Keduanya lantas duduk bersebelahan. Changbin di sisi kanan, Felicia di sisi kiri. Menghadap langsung pada kursi kosong dan jendela kereta yang berda tepat di depan mereka.
"Kita mau jalan dari arah Brooklyn ke Manhattan bukan dari Manhattan ke Brooklyn. Makanya sekarang kita harus naik kereta dulu buat pergi ke Brooklyn."
Mendengar jawaban Changbin, dahi Felicia mengerut keheranan. Retinanya sorot laki-laki di sampingnya yang sedang sibuk dengan ponsel di tangan kiri karena tangan kanannya masih menggenggam tangan Felicia.
"Harus seribet itu emang?" tanyanya tak habis pikir dengan ide ajaib Changbin.
Kepala Changbin menggangguk dua kali. mengiyakan pertanyaan sang mantan tanpa membalas tatapnya. "iya, Fel."
Felicia yang masih belum puas dengan jawaban singkat Changbin menarik jaket laki-laki itu. Meminta agar si laki-laki berikan atensi penuh padanya dan jelaskan, mengapa mereka harus naik kereta meninggalkan Manhattan hanya untuk kembali ke Manhattan dengan berjalan kaki.
"Percaya sama aku, Fel. Kamu nggak akan nyesel sampe sana. Karena aku udah buktiin sendiri gosip tentang berjalan di jembatan brooklyn saat malam hari adalah hal gratis terbaik yang bisa kita lakukan jika berkunjung ke NYC."
Felicia melempar sebuah kekeh kecil sebelum mengangguk samar sebagai isyarat bahwa dirinya menyetujui kemanapun Changbin akan membawanya pergi.
"Iya-iya aku mah percaya aja sama yang udah tinggal di New York lima tahun sampe lupa pulang ke Indonesia," sindirnya halus yang menyebabkan Changbin terpaksa melempar decakan sebagai bentuk protes. Tidak setuju pada pernyataan Felicia yang seolah-olah menyalahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
destiny.✔
Fanfictionft seo changbin felicia, changbin, dan takdir yang mengikat mereka. AU 2019, seobarbie.