• vingt trois

1K 248 20
                                    

Sejak keluar dari restoran yang malam ini Changbin sewa untuk dinnernya dan Felicia tadi, Changbin enggan melepaskan gandengan tangan mereka. Bahkan sembari menyetir, laki-laki itu tetap bersikeras untuk menggenggam erat jemari Felicia.

Karena itu pula, pada akhirnya, malam ini Felicia putuskan untuk menginap di apartement kekasihnya. Bukan Changbin yang minta, itu sungguh inisiatif Felicia sendiri.

Omong-omong soal Felicia. Changbin benar-benar terkejut gadis itu tidak menangis saat dia menjelaskan semua hal yang selama ini dia sembunyikan. Laki-laki itu benar-benar salut pada kekasihnya sendiri.

Namun perasaan bersalahnya karena telah melukai Felicia semakin membumbung tinggi. Karena dia tahu, walaupun gadisnya terlihat baik-baik saja, jauh didalam lubuk hatinya pasti sudah porak poranda.

Sekarang, Changbin dan Felicia sudah ada di atas ranjang Changbin. Padahal, biasanya jika menginap, Felicia akan tidur di kamar tamu. Namun kali ini, gadis itu meminta untuk tidur ditemani pelukan hangat Changbin. Sedang Changbin sendiri bisa apa selain menyanggupi. Karena toh, belum tentu ada hari esok untuk saling memeluk seperti ini lagi untuk mereka berdua.

"Aku masih penasaran kenapa kamu nggak cerita sejak awal kalo kamu sama Bangchan bakal sama-sama ke Amerika buat lanjutin sekolah musik kalian. Kenapa kamu baru bilang ke aku sehari sebelum keberangkatan kamu, coba?" tanya Felicia sambil mencebik kesal. Telunjuknya menggambar abstrak pada lengan berotot Changbin yang tidak tertutupi apapun.

"Kalo aku bilang sama kamu sejak awal, kisah kita belum tentu berjalan seperti sekarang, kan?" Changbin menangkup kedua pipi Felicia dengan tangannya yang bebas. "Apa bakal ada jaminan kamu nggak akan pergi duluan kalo aku cerita sejak awal, hm?" sebuah ciuman ringan menutup jawaban Changbin.

Felicia mendesis malu. Mengubah posisinya menjadi menghadap ke dada Changbin lalu memelulnya erat. Menduselkan wajahnya pada dada Changbin membuat Changbin terkekeh geli dan mengelus rambut hitam panjang Felicia. Mungkin kurang nyaman karena posisi mereka setengah tiduran dengan bantal menjadi penopang. Tapi siapa yang peduli?

"Bin."

"Hm?"

"Besok aku ambil cuti. Kamu juga jangan kemana-mana. Kita habisin waktu berdua. Sampe capek. Sampe bosen. Sampe aku pikir, kenangan itu cukup buat aku simpan di memori otak aku. Oke?" Felicia mendongak. Menatap Changbin yang juga tengah menatapnya.

"As you wish, dear. I'll be there, just for you. I'm yours."

Dan akhirnya, malam itu ditutup oleh sebuah ciuman manis dari Changbin untuk dahi Felicia. Namun, tanpa Changbin tahu, dengan sebuah ciuman itu, ada hati yang kembali retak. Ada jiwa yang kembali luluh lantak. Tertutupi sebuah senyum yang senantiasa berusaha tampak.

Senyum Felicia.

••••

sudah tertebakkah endingnya?

maaf pendek, aku kan emang suka motong-motong adegan ...
a

ku apdetnya ngebut nih, soalnya mau pub cerita changbin baru hehe

destiny.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang