• trente cing [end]

2.3K 205 42
                                    

Selama perjalanan menuju Brooklyn, di dalam kereta Felicia iseng membuka beberapa website online dari ponselnya yang membahas tentang Brooklyn Bridge. Dalam website yang dibacanya, Felicia mendapat informasi tentang jalur kereta yang bisa dinaiki jika ingin melewati Jembatan Brooklyn dari sisi Brooklyn. Berdasarkan website itu, orang-orang dapat menaiki kereta 4, 5, dan 6 ke Brooklyn Bridge stop. atau dapat menaiki kereta jalur J dan Z ke Chamber St. stop.

Dan dari berbagai pilihan yang disarankan, Felicia tidak tahu sekarang dirinya tengah menaiki kereta dengan jalur yang mana karena tadi dia tidak begitu memperhatikan ketika Changbin menariknya masuk ke dalam kereta. Yang perempuan itu tahu, begitu dirinya dan Changbin keluar dari stasiun bawah tanah, pintu masuk Jembatan Brooklyn berada tepat di seberangnya.

Masih dengan tangan yang bertautan, Changbin menuntun Felicia menuju pintu masuk Brooklyn Bridge. Sebelum mencapai pintu masuk, mereka melewati Brooklyn War Memorial yang berdiri kokoh dihiasi masing-masing satu patung cantik di setiap ujung dinding itu. Felicia awalnya ingin berhenti sebentar untuk sekedar membaca tulisan yang tertera di dinding itu, sayangnya Changbin tidak mengijinkannya berhenti. Perempuan itu tentu saja protes, namun Changbin beralasan jika mereka harus,

"ngejar sunset, Fel. Bentar lagi mataharinya tenggelam."

Ya sudah, Felicia sebagai pengikut yang baik menurut saja. Daripada ditinggal Changbin 'kan? Takutnya malah dia kesasar dan nggak bisa pulang.

"ini jembatannya, Fel." Changbin memberi tahu begitu sepatu mereka memijak kayu yang disusun memanjang sebagai pijakan jembatan.

Mata Felicia memandang sekeliling dengan antusias. Binar kebahagian terpancar dari wajah perempuan itu. "bagus banget, Bin. Aku pernah nonton video jembatan ini di youtube  tapi nggak tahu kalo aslinya bakalan jauh lebih bagus."

Changbin tersenyum puas saat tahu keputusannya membawa Felicia ke tempat ini bukanlah sebuah kesalahan. "Aku sering ke sini kalo lagi kangen kamu."

Dahi Felicia mengerut heran. "lah apa hubungannya kangen aku sama dateng ke jembatan ini?"

"Jembatannya cantik, Fel, kayak kamu." ungkap Changbin tulus. "Berdiri disini sambil lihatin kendaraan lalu lalang. Lihatin gemerlap lampu-lampu dan pemandangan malam New York  dari jembatan ini bikin aku nyaman. Senyaman kayak sewaktu aku lagi sama kamu, Fel."

Felicia langsung memalingkan wajah karena tersipu. Bibirnya tertutup, tak mampu dengungkan kata-kata untuk membalas ucapan Changbin. Pria dan ucapan manisnya memanglah penjahat handal. Felicia sampai bertekuk lutut karena mulut manis mantannya itu.

"Lepas, Changbin." Telapak tangan Felicia memberontak dari kungkungan jemari Changbin. "Aku mau ambil foto buat kenang-kenangan."

Dengan tidak rela, Changbin melonggarkan genggaman tangannya. Membiarkan tangan Felicia melepaskan diri membuat telapak tangan laki-laki itu seketika terasa kosong.

"Kamu kapan pulang ke Indonesia, Fel?" tanya Changbin, menginterupsi kegiatan fotografi yang sedang dilakukan Felicia.

"Besok aku pulang. Kenapa?" perempuan itu menyahut tanpa berniat tolehkan kepala ke arah si penanya.

"Emang nggak bisa ditunda sampai minggu depan? Biar kita bisa pulang bareng."

Mendengar pernyataan Changbin yang terlalu tiba-tiba membuat Felicia mendadak menghentikan langkahnya demi berbalik dan memandang serius ke arah Changbin dengan sorot meminta penjelasan, mengabaikan kameranya yang masih menyala.

"Maksut kamu pulang bareng ..." Felicia menggantung ucapannya. "... kamu mau pulang ke indonesia, Bin?"

"Iyalah. Kan sebelum pergi juga aku bilang aku bakal pulang."

destiny.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang