• trente deux (B)

1K 218 8
                                    

warning! 1800+word
btw, kalo bahasa inggrisku salah, tolong ditegur yaaa...
















Petang ini entah mengapa Changbin mendadak gelisah. Ada sesuatu hal yang mengganggu batinnya. Sesuatu yang menyebabkan perasaannya menjadi tidak tenang dan membuatnya memilih keluar dari unit apartemen demi menenangkan diri. Dia berpamitan pada Jisung, ingin keluar sebentar untuk menghirup udara segar.

Langkah kaki Changbin membawanya menuju kafe yang berada di dekat gedung apartemen. Sampai di sana, dia disambut oleh tangisan Darren. Bocah laki-laki berumur tiga tahun, anak Lyana, pemilik kafe yang Changbin datangi sekaligus satu-satunya orang yang tidak pernah bosan mendengarkan ketika Changbin mulai berbicara tentang Felicia yang akan memakan waktu berjam-jam.

"Hi, Captain," sapa Changbin membuat bocah itu berhenti menangis dan menoleh sejenak ke arahnya. Changbin kemudian menghampiri Darren dan merentangkan tangan. Mengkode agar anak itu masuk ke pelukannya. "Why are you crying, Captain?" tanya Changbin saat anak itu sudah berada di gendongannya.

"Changbin ..." panggil Darren dengan suara serak.

"Yes, Capt? What happen?" tangan Changbin terjulur untuk menghapus jejak air mata di pipi Darren.

Darren menunduk. Takut-takut memainkan jari-jarinya sendiri. "I said to Mommy, I want an ice cream. But, Mom was angry to me. I just want an ice cream, Changbin. Am I wrong?" mata bocah laki-laki itu berkaca-kaca saat menjawab pertanyaan Changbin.

Changbin menggeleng pelan, melirik Lyana yang menghela nafas di tempatnya berdiri. "No, Capt. Your Mom was wrong. You just want an ice cream, right?"

Darren mengangguk semangat. "Can you give it to me, Changbin? Please ..."

Kedua sudut bibir Changbin tertarik. Kekeh pelan keluar beriringan dengan tangannya yang terangkat untuk mengacak pelan surai cokelat Darren.

"Yes, Capt. We will buy ice cream, for you."

"Yeay! Ice cream! Darren is coming!"

Lyana yang melihat senyum kedua laki-laki di depannya mengembang, hanya bisa menggelengkan kepala heran sebelum akhirnya menyusul keduanya yang sudah lebih dulu meninggalkan kafe untuk pergi ke minimarket di seberang jalan.

••••

Changbin tidak bisa tidak tertawa saat mendengar langsung dari mulut Lyana alasan Darren menangis. Bocah itu menangis karena dia ingin es krim. Awalnya Changbin pikir begitu. Tetapi nyatanya, Darren menangis karena dia ingin es krim dari minimarket di seberang jalan, namun ternyata minimarket itu sedang ditutup karena perbaikan sejak siang tadi. Hal itulah yang menjadi penyebab Darren menangis tak berkesudahan. Membuat Lyana pusing sendiri menghadapinya.

Ketiganya kini sudah dalam perjalanan kembali ke kafe. Darren akhirnya mau dibujuk pulang asal Changbin mau bermain video game bersama sesampainya di kafe. Changbin tentu saja mengiyakan. Toh, dia tidak punya kegiatan hingga malam hari nanti. Menghabiskan waktu dengan bocah semenggemaskan Darren, bukanlah sesuatu hal yang buruk 'kan?

Karena sejujurnya, Changbin berharap, dengan menyibukkan diri bersama Darren, dia bisa melupakan perasaan aneh yang mengganggunya sejak tadi dan tidak kunjung hilang hingga kini.

"Changbin," panggil Darren.

"Yes, Capt?"

"Mom like a Squidward, right? She is always angry. I'm scared," celoteh Darren pelan. Membuat Changbin yang sedang mendorong pintu kaca kafe refleks terkekeh geli begitu juga Lyana yang mengekor di belakangnya. Sejenak, Changbin merasa  lupa akan kegelisahan yang semakin mengganggunya.

destiny.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang