• dix-sept

1.2K 273 11
                                    

Pukul delapan. Felicia akhirnya tiba di apartement Changbin. Diantar oleh Jeno yang juga akan berangkat ke kampus.

Entah bagaimana ceritanya, pagi itu ponsel Changbin tidak bisa dihubungi. Kata sang operator, diluar jangkauan. Itu tandanya ponsel Changbin mati. Tapi, kenapa?

Felicia dapatkan jawabannya. Karena saat dia masuk ke dalam kamar Changbin. Sang empunya kamar sedang tidur dengan posisi yang sama seperti terakhir kali yang Felicia lihat di layar ponsel sebelum gadis itu memutuskan panggilan video sepihak.

Ponsel Changbin mati, buat Felicia tergerak untuk segera mengambilnya untuk diisikan daya pada charger portable yang ada di sudut meja kerja Changbin.

Felicia duduk di atas ranjang. Tepat disebelah kekasihnya. Elus pelan surai hitam Changbin yang terasa halus sentuh kulitnya.

"Bangun," titah Felicia sembari mengguncang pelan bahu Changbin.

Yang dibangunkan segera mengerjapkan mata. Menyesuaikan cahaya matahari yang masuk dari sela-sela gorden yang tak tertutup sempurna.

"Kok kamu udah disini?" Changbin bertanya sembari mengucek mata setelah berhasil mengumpulkan nyawa untuk duduk.

Felicia berdiri dari tempat duduknya. Semalam dilayar ponselnya, Changbin memang sangat menggemaskan saat tengah terkantuk-kantuk tapi tetap berusaha menelfonnya. Dan sekarang, melihat hal menggemaskan itu ada didepan matanya sendiri, Felicia memilih menyingkir sebelum menerjang Changbin dan mencubiti seluruh badan laki-laki itu karena gemas.

"Kamu gak jemput-jemput, sih, yaudah aku kesini sendiri," omel Felicia.

Dia melemparkan handuk yang sempat diambilnya tadi tepat diwajah Changbin. "Mandi sana! Aku siapin sarapan."

"Iya, calon istriiii ..." canda Changbin.

Felicia melotot tajam. Sedangkan yang dipelototi memilih segera berlari masuk ke dalam kamar mandi sebelum mendapat amukan dari sang kekasih.

•••


"Masak apa calon istri?"

Felicia yang mendengar suara Changbin langsung refleks menoleh sembari menodongkan sotil ditangan kanannya.

"Manggil calon istri lagi aku pulang," ancamnya yang malah membuat Changbin tertawa.

"Iya-iya, galak."

Felicia tak membalas candaan Changbin. Melanjutkan pekerjaannya menata makanan yang sudah selesai dia masak di meja bar yang ada di dapur Changbin. Lalu beralih pada dua gelas kopi yang masih mengepulkan uap panas.

Selesai menata sarapan mereka pagi itu, Felicia bergegas lepaskan celemek yang melekat ditubuhnya, lantas duduk berhadap-hadapan dengan Changbin yang sejak datang ke dapur tak lepaskan matanya dari Felicia.

"Makan," titah Felicia sebelum menyeruput pelan kopinya sendiri.

Changbin tak mau menurut. Dia masih tetap menatap Felicia membuat gadis itu sedikit risih.

"Kenapa ngelihatin aku?"

"Kamu bawa baju lain, nggak?"

"Bawa. Kan aku niatnya emang mau nginep."

"Ganti sana, Fel."

Felicia bingung. Dia menunduk, teliti bajunya sendiri. Sebuah blouse polos yang panjangnya hingga pinggang, kerahnya bermodel cukup longgar perlihatkan tulang selangka dan kulitnya. Lengan baju itu dulunya panjang, tapi dua minggu lalu Felicia potong dan jahit ulang menjadikan baju itu tanpa lengan. Untuk bawahannya, dia memakai rok dengan panjang diatas lutut.

Apa sih yang salah dengan bajunya?

"Emang baju aku kenapa?"

Changbin menunduk. Fokus dengan piring dihadapannya tanpa menatap sosok didepannya.

"Ganti aja, dari pada aku kelepasan."

"Apa sih, nggak lucu." Felicia melirik Changbin waswas.

"Aku serius. Apalagi kita cuma berdua, kan?"

Felicia tak membantah lagi. Langsung lari menuju kamar tamu dimana barang-barangnya dia letakkan disana.

Lima menit kemudian Felicia kembali dengan kaos pendek bergambar dan celana sepanjang lutut membuat Changbin tersenyum lebar melihatnya.

"Nah, gini kan aman."

Felicia melirik sinis. "Aman-aman, itumah dasarnya kamu yang mikirnya kotor."

Changbin angkat bahu tak acuh. Menyahut santai sebelum menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya. "Mengantisipasi, Fel. Kamu nggak mau kan bulan depan kita dipaksa nikah gara-gara kamu dua garis?"

"Apasihhh ... Changbin ...." pipi Felicia bersemu merah karena laki-laki di depannya malah dengan mudah membahas hal yang tak mau dibahasnya.

Kekehan ringan keluar dari bibir Changbin. "Kamu cantik pake baju kayak tadi, Fel. Tapi lain kali kalo kita cuma berdua, mending jangan. Kecuali kamu emang pengen cepet-cepet ngasih orang tua kita cucu," godanya yang buat Felicia langsung angkat sendoknya dan pukulkan benda itu brutal pada tubuh Changbin.

"CHANGBIN DIEM!!"

"iya aduh, ampun, Felll...."

•••


ngga jelas pokoknya
btw ini alurnya aku lambatin sebelum masuk konflik selanjutnya.

btw lagi aku nulis yang bagian akhir itu sambil dengerin lagu 3racha IDa, pas banget pas nulis percakapan pas rappnya changbin, pas banget lagi ada suara

"Ssssshh ahhhhh"

Di lagunya astagfirullah.

destiny.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang