Kesibukan benar-benar berhasil hampir menyita seluruh waktu Changbin maupun Felicia. Sudah berbulan-bulan berpacaran, namun jumlah kencan mereka dapat dihitung dengan menggunakan jari tangan dan kaki.
Felicia disibukkan dengan deadline buku barunya, kafe, dan penggarapan salah satu film dari novel best-seller yang sangat menyita fokusnya.
Changbin sendiri sibuk dengan lagu-lagu baru yang sedang digarapnya bersama personil anggota 3racha yang lain sebelum mereka bertiga vakum sementara dalam waktu dekat karena beberapa alasan.
Tetapi, jarang bertemu bukan berarti mereka merenggang. Malah, hubungan keduanya benar-benar membuat khalayak umum iri hati.
Pertemuan singkat sebatas makan siang bersama seringkali jadi forum melepas rindu. Kadang, Changbin akan datang ke kafe Felicia. Atau mungkin, Felicia yang mampir di studio 3racha dan membawakan Changbin makanan.
Bahkan malam harinya, Changbin sering sempatkan untuk berkunjung sebentar ke rumah calon mertua. Membawa buah tangan. Mengobrol barang lima menit, sebelum kemudian pamit pulang karena dicari oleh sang Bunda.
Felicia tak pernah protes saat Changbin lupa mengabarinya. Pun Changbin juga tak pernah mengeluh walau Felicia terkadang lupa memperhatikannya dan lebih memilih sibuk demgan file di laptop dan tumpukan kertas.
Mereka sama-sama paham. Bahwa bagaimanapun juga, mereka harus bekerja untuk bertahan hidup. Lagipula hidup tak melulu soal cinta. Ada banyak yang harus diperjuangkan. Salah satunya mimpi mereka sendiri.
Karena perlu diingat. Mereka bukanlah remaja labil lagi. Banyak yang menjadi tanggungan mereka. Dan point pentingnya, mereka sama-sama tahu, mereka saling mencintai satu sama lain.
Tapi perihal takdir, siapa yang tahu, kan?
•••
Felicia menutup pintu mobilnya. Berjalan tergesa menuju lift lantas masuk begitu saja saat pintunya terbuka. Tangannya menekan tombol lantai dimana flat Changbin berada, begitu pintu lift tertutup.
Perasaannya tak tenang. Tadinya, dia baru akan berangkat ke kantor sang Papa. Sekertaris Papanya masuk rumah sakit, dan dia harus kembali menjadi pengganti sementara. Tetapi saat sedang sarapan, tiba-tiba Bunda menelepon. Katanya, Changbin tak bisa ditelepon sejak semalam. Sudah berkabar dengan Jisung dan Chan namun mereka juga tak tahu menahu dengan keberadaan laki-laki itu. Lantas, Bunda pinta Felicia mengecek ke apartement Changbin karena beliau sedang menemani Ayah diluar kota.
Felicia menyanggupi. Malah sangat ingin kesana begitu tahu kabar itu. Masalahnya, pesannya tadi malam juga belum dibaca oleh Changbin. Dan hal itu berhasil buat Felicia tambah khawatir.
Akhirnya, dengan setelan kerja yang masih melekat, Felicia tancap gas untuk menghampiri sang kekasih.
Sekarang, Felicia sudah berada di ruang tamu Changbin yang masih rapi seperti biasa. Tak ada yang aneh, tapi dia malah curiga.
"Changbin?" panggil Felicia namun berbalas dengan keheningan.
Langkahnya membawa mata memutari seisi ruangan. Dapur kosong. Wastafel kering. Meja makan rapi. Felicia tinggalkan dapur lantas berjalan menuju kamar. Buka pintunya dengan perlahan, kepala Felicia melongok ke dalam. Temukan orang yang dicarinya tengah meringkuk di balik selimut dengan sampah tissue bekas yang tersebar.
Felicia masuk. Berusaha menutup pintu tanpa menimbulkan suara kemudian menyeret tungkainya mendekati ranjang.
"Changbin?" panggilnya pelan. Kemudin menekuk kakinya di samping ranjang. Biarkan kedua lutut menempel lantai jadi tumpuan.
"Kamu sakit, ya?" tanyanya khawatir seraya tangannya terulur untuk mengecek dahi Changbin dengan punggung tangannya.
Felicia lepaskan tangannya saat merasa suhu tubuh Changbin sedikit lebih tinggi ketimbang biasanya. Sedang yang ditanya tak menjawab karena sibuk mengerjabkan mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.
"Fel?" panggil Changbin dengan suara serak.
"Iya, aku disini." tangan Felicia maju membelai rambut hitam Changbin. "Kamu demam, kan? Udah minum obat?"
Changbin menggeleng lemah. Memandang Felicia sayu. "Sakit..." rengeknya.
Felicia balas tatap tak tega. "Aku bikinin sarapan sama ambilin obat dulu, ya, sayang."
"Jangan pergi ...." Changbin tahan lengan Felicia yang berniat beranjak dari posisinya.
"Kamu mau sembuh, kan?"
Changbin mengangguk pasrah. "Iya." kemudian melepaskan genggamannya pada lengan gadis itu dan membiarkannya pergi meninggalkan Changbin di kamar sendirian.
•••
Changbin mengerang pelan saat pandangannya terasa sedikit berputar ketika dia baru saja membuka mata. Matanya dia biarkan kembali tertutup. Kemudian menunggu beberapa menit sampai pusingnya hilang lantas membuka kelopak mata untuk yang kedua kali.Otaknya memutar kejadian sebelum dirinya tertidur di ranjang empuknya. Kemarin dia terlalu semangat bekerja hingga lembur beberapa hari menyebabkan badannya drop.
Tubuhnya terlalu lemas untuk diajak berkompromisasi. Ponselnya habis daya, bahkan dia lupa dimana menaruhnya. Yang bisa dilakukannya hanya tidur dan berharap esok pagi, semuanya sudah membaik. Dan benar saja, paginya Felicia datang ke flatnya.
Kekasihnya itu siapkan makanan dan obat yang Changbin telan susah payah. Tenggorokannya sakit karena amandelnya membengkak. Setelah itu, Felicia bantu Changbin membasuh tubuhnya di kamar mandi. Fyi, hanya bagian tubuh atas saja dan kaki hingga paha, tak lebih. Jadi kalian jangan bayangkan hal tidak-tidak.
Felicia juga bantu Changbin berpakaian. Kemudian menemani Changbin tidur dengan menepuk punggungnya dan menyanyikan lagu pengantar tidur. Iya, dia tahu, jika sedang sakit, dia sangat merepotkan seperti bayi baru lahir.
Mengingat Felicia yang harusnya maaih tertidur di sebelahnya buat Changbin tolehkan kepala ke sisi lain ranjang. Senyumnya langsung mengembang begitu dapati sosok lain yang tertidur di sebelahnya dengan dengkuran halus dan mulut yang sedikit terbuka. Diam-diam didalam otak Changbin muncul sebuah pertanyaan lagi. Bagaimana Felicia bisa seindah ini walau dalam keadaan tertidur dengan wajah polosnya itu.
Tangan kanan Changbin yang bebas dia gunakan untuk merapikan rambut Felicia yang sedikit berantakan. Lalu, jarinya turun menelusuri dahi, hidung, mengelus pipi, dan terakhir pakai ibu jari untuk mengusap lembut belahan bibir sang kekasih.
Changbin tersenyum lagi. Atau lebih tepatnya, dia tidak bisa berhenti tersenyum melihat wajah menggemaskan Felicia saat ini. Guratan lelah yang biasanya hiasi wajah cantiknya hilang. Tak terdengar omelan dari Felicia untuk Changbin. Felicia yang biasa selalu terlihat tegas, galak, dan anggun disaat bersamaan, kini hanya terlihat seperti gadis manis dalam dekapan Changbin.
Namun tiba-tiba, wajah Changbin berubah sendu. Tatapannya siratkan kesedihan yang mendalam. Matanya kunci wajah Felicia. Simpan rapat-rapat refleksi itu dalam ingatannya.
"Aku bakal kangen kamu, Fel," lirihnya sebelum mengirim sebuah ciuman panjang pada dahi Felicia.
"Semoga kamu nggak marah sama aku soal apa yang terjadi nanti. Aku harap, kamu masih mau dampingi aku apapun yang terjadi."
Changbin eratkan rengkuhannya pada pinggang Felicia. Tenggelamkan gadis itu dalam dekapan hangatnya.
"Aku cinta kamu, selalu."
••••
hehe ... udah mau ke konflik utama sekaligus otewe ending. nggak sampe sepuluh chapter lagi kayaknya sih.
oiya kalo kalian lupa sama konflik cerita ini, cek ucapan bangchan dibagian bawah part quatorze.
KAMU SEDANG MEMBACA
destiny.✔
Фанфикft seo changbin felicia, changbin, dan takdir yang mengikat mereka. AU 2019, seobarbie.