"Jadi, kamu mau jelasin sesuatu ke aku soal semua ini?" tanya Felicia sembari menaruh kembali gelas kacanya di meja.
Changbin baru saja menaruh sendok dan garpu di atas piring. Mengambil gelasnya sendiri dan meneguk isinya hingga habis. Menyesap rasa hambar air putih yang tersisa di mulut sebelum menjawab,
"Apa salahnya kita dinner berdua kayak gini, Fel?"
"Ya emang kenapa kita harus dinner berdua kayak gini coba? Di rumah atau di resto biasa aja kan bisa. Nggak usah di tempat mahal gini." protes Felicia membuat Changbin tergelak pelan di kursinya.
"Nggak papa lah. Emang nggak suka aku romantisin?"
"Romantis dari mananya? Kita aja dari tadi cuma makan, kan?" tanya Felicia retoris.
Changbin bersungut. Menatap Felicia dengan mata menyipit, pura-pura kesal. "Kenapa jadi kamu yang galak, sih? Harusnya kan aku yang marah soalnya kamu nggak dateng ke konser terakhir 3racha, kemarin."
Sorot mata Felicia berubah menjadi penuh rasa bersalah. Tangannya refleks menggenggam tangan Changbin yang ada di atas meja.
"Maaf, ya ... Aku ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Maaf .... Banget ...."
Dua sudut bibir Changbin tertarik ke atas tak lupa tangannya membalik agar bisa membalas genggaman Felicia. "Nggak pa-pa. Aku ngerti, kok."
"Tapi kan itu momen spesial buat Bangchan. Dia 'kan bakal pergi jauh," katanya sedih.
"Spesial buat aku juga sebenernya--"
"Iya kamu pasti sedih ditinggalin Bangchan, aku harusnya ada di sana buat nguatin kamu ..."
"Aku nggak sedih ditinggal Bangchan. Malah, aku sama Bangchan yang sedih karena harus ninggalin Jisung sendirian di Indonesia."
Malam ini memang hujan tidak turun, namun Felicia bagai tersambar petir mendengar ucapan Changbin.
Otaknya terus mengulang kalimat laki-laki di depannya tanpa bosan. Memenggal kalimat panjang itu menjadi sebuah kesimpulan sederhana,
Changbin akan pergi meninggalkan Indonesia.
Dengan kata lain, Changbin akan meninggalkannya.
"Changbin?" Felicia panggil sang kekasih yang menundukkan kepala dalam-dalam di seberang meja.
Changbin tak beri tanggapan. Kalimat-kalimat yang sudah dia susun berhari-hari lamanya, hilang sudah. Keberanian yang dia kumpulkan habis sudah. Changbin kalah. Kalah pada kenyataan yang ditutupinya sendiri.
"Maaf." hanya seutas kalimat itu yang dapat keluar dari belah bibir Changbin.
Namun mampu membuat hati Felicia mencelos. Ada rasa perih teriris yang harusnya sanggup buat Felicia meringis namun sama sekali tak ditampakkannya. Gadis itu tidak membiarkan Changbin melihat jejak tetesan hatinya yang berdarah.
Walau salah satu tangannya yang tersembunyi di bawah meja sudah mencengkram erat kursi yang dia duduki, Felicia tetap setia sembunyikan pilunya dibalik senyum hangat yang susah payah dia datangkan dari kerelaan paling dalam setelah mencoba mengaisnya dari sisa-sisa kekuatan.
Genggaman Felicia pada tangan Changbin mengerat. Dia berusaha alirkan kekuatannya untuk Changbin.
"Jelasin semuanya sama aku, ya?" pinta Felicia. "Aku janji aku bakal dengerin semuanya."
••••
lagi sedih aja dipotong, emang dasar naya tuh ya
hehehe ...
KAMU SEDANG MEMBACA
destiny.✔
Fanfictionft seo changbin felicia, changbin, dan takdir yang mengikat mereka. AU 2019, seobarbie.