sixth note

82.2K 12.7K 10.9K
                                    

Adolescents are not monsters.

They are just people trying to learn

how to make it among the adults in the world,

who are probably not so sure of themselves.

—Virginia Satir—

*

Hari ini libur dan Nana tidak punya rencana untuk berpisah dengan kasurnya sampai setidaknya pukul sebelas siang ketika Nenek mengetuk pelan pintu kamarnya yang memang sengaja dibiarkan terbuka—Nana tidak bisa tidur dalam ruangan tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini libur dan Nana tidak punya rencana untuk berpisah dengan kasurnya sampai setidaknya pukul sebelas siang ketika Nenek mengetuk pelan pintu kamarnya yang memang sengaja dibiarkan terbuka—Nana tidak bisa tidur dalam ruangan tertutup. Itu membuatnya gelisah, entah kenapa.

"Jevais,"

"Masih dingin, Nek." Nana menyahut seraya mengeratkan pelukan pada guling dan menarik selimutnya lebih tinggi hingga hanya mata dan lekuk hidungnya yang tampak. "Aku bangun rada siangan."

"Ada teman kamu."

Nana masih terpejam saat dia membalas dengan suara parau khas orang mengantuk. "Kasa?"

"Bukan."

"Teman lo yang paling tampan sedunia!" Injun nyeletuk, membuat Nana mengembuskan napas lelah walau teknisnya dia masih setengah sadar. Cowok itu hanya menggeliat sedikit, lalu lanjut ngorok. Nenek melirik Injun yang malah mengacungkan jempolnya, sebelum dia berlari menyerbu ke arah kasur. "Jevais ganteng, waktunya baaaaaaanguuuuuuuuun!!!"

Refleks, Nana membuka mata hanya untuk mendapati Injun telah melompat untuk selanjutnya menjatuhkan dirinya. Cowok itu kontan beranjak dari posisi berbaringnya, bermaksud menyelamatkan diri sebelum jadi korban gencetan Injun—yang kecil-kecil begitu, tulangnya bisa seberat dosa umat manusia sebenua—tapi terlambat. Injun mendarat di perutnya, bikin Nana merasa paru-parunya hampir kempes seketika.

"Anj—"

"Dibilang bangun!"

Nana terbatuk, menatap protes pada Nenek yang malah terkekeh geli. "Nenek!"

"Nenek nggak bisa nahan teman kamu." Nenek beralasan.

"Turun lo dari perut gue, anj—Injun!" Nana batal memaki tatkala sadar Nenek masih berada di ambang pintu kamarnya. Dia terbatuk lagi. "Rasanya lambung gue gepeng."

"Nggak usah berlebihan gitu." Injun menukas diiringi senyum kalem yang bikin Nana mual. "Masih mending gue ngebangunin lo dengan bertatakrama dan penuh cinta. Lo mau dengar gimana cara Komandan Toil bangunin gue?"

"Hah, Komandan ke rumah lo?!"

"Dia ada di sini sekarang. Lagi belagak kalem sambil minum teh buatan Nenek lo. Masih di ruang tamu, kayaknya."

"Idih, terus ngapain lo bawa itu spesies ke sini?!"

"Soalnya, gue nggak mau menderita sendiri." Injun nyengir, lantas menepak punggung Nana keras-keras. "Buruan mandi! Kita masih harus ke rumahnya catman!"

Dream Launch ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang