eighteenth note

65.2K 11.5K 8.9K
                                    

Without darkness, nothing comes to birth.

As without light, nothing flowers.

—May Sarton—

*

Terry tiba di kafe itu lebih dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terry tiba di kafe itu lebih dulu. Dia sedang duduk sembari menatap pada piano di atas podium yang berada di tengah ruangan saat Ryona sampai. Mudah menemukannya, karena dia memilih tempat duduk di dekat jendela, juga ada sesuatu dalam dirinya yang mengingatkan Ryona pada Adjie. Mungkin karena mereka sama-sama punya pembawaan yang terkesan tenang.

Terry tidak bereaksi waktu Ryona berhenti di dekat kursi di depannya. Matanya hanya berpindah fokus. Tatapannya tanpa emosi, kelihatan begitu dingin.

"Boleh saya duduk?"

"Terakhir saya cek, saya ada di sini buat ketemu seseorang bernama Ryona. Itu nama kamu?"

Ryona mengangguk.

"Kalau begitu, kenapa merasa harus minta izin?"

Ucapannya menohok sampai ke tulang. Oke, Ryona menarik kata-katanya. Lelaki ini berbeda dari Adjie yang selalu ramah pada siapa saja.

"Saya melihat kamu di mal waktu itu."

"Saya rasa kamu sudah tahu saya siapa, dan kenapa saya bisa kenal tiga anak itu. Well, mungkin kamu hanya tertarik pada satu anak. Jevais, kan?"

"Tertius,"

"It's Terry." Terry mengoreksi.

"Oke, Terry. Saya nggak tahu kamu tahu sebanyak apa soal saya atau Jevais. Hanya saja, menurut saya kita mesti bicara soal itu."

"Kenapa kamu kembali?"

Ryona mengernyit, sempat merasa terpicu untuk balik berkata kalau itu bukan urusan Terry, tapi sesuatu dalam mata lelaki itu memberitahunya jika pertanyaan yang baru dia katakan bukan jenis pertanyaan yang bisa diabaikan.

"Terry—"

"Kamu punya kesempatan untuk muncul di hari ulang tahunnya yang pertama. Atau hari saat dia mulai masuk sekolah dasar. Atau waktu ayahnya meninggal. Kenapa baru kembali dan muncul sekarang saat dia nggak lagi butuh kamu?"

"Saya nggak tahu Adjie udah bilang apa ke kamu—"

"Om saya nggak pernah bilang apa-apa. Masih selalu memuji kamu, setelah semua yang sudah kamu lakukan. Sebodoh itu. Sebuta itu." Terry menukas pedas. "Saya mau kamu jawab dengan pasti, kenapa kamu baru muncul sekarang?"

"Kenapa itu penting buat kamu?" Emosi Ryona mulai terpancing.

"Biar saya tahu, saya bisa membiarkan kamu ada di dekat Jevais atau nggak."

"Kamu nggak punya hak. Kamu bukan—"

"Saya bukan ibunya, memang. Tapi seenggaknya, saya ada di sana, ngelihat dia waktu hari pertamanya masuk SD dan saat ayahnya meninggal."

Dream Launch ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang