Chapter 6

280 42 2
                                    

"Bersanding dengan mu adalah anugerah terindah yang pernah Allah berikan untuk ku,"

- Happy reading -

🌺🌺🌺

Mungkin aku salah? Atau mungkin aku benar? Batin Rayya kebingungan.

***

1 bulan kemudian..

"Bismillahirahmanirrahim, saya nikahkan dan kawinkan putri kandung saya Rayya Humaira Fera binti Hamzah Adijaya Karta Raharja, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Abi lantang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Rayya Humaira Fera binti Hamzah Adijaya Karta Raharja, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," balas Haidar tegas dengan satu tarikan napas.

"Para saksi sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah,"

Kedua tangan Haidar terangkat, mulutnya bergumam melafalkan doa - doa. Hari ini ia berhasil menikahi wanita yang ke depannya akan mengembalikan senyumnya, wanita yang akan membawa cahaya baru dalam bayang - bayang masa lalunya yang suram.

Rayya Wanita yang bercahaya, Batin Haidar.

Tangis Rayya pecah ketika nama lengkapnya terdengar jelas keluar dari pita suara Haidar, yang kini berstatus suaminya. Bayangannya melambung tinggi kembali pada saat dimana sebulan lalu Laki - laki itu mencoba meyakinkan hatinya perlahan.

Bayangan manis disetiap perbuatan dan perkataannya kini terbayar sudah, banyak - banyak Rayya berucap syukurnya pada Allah SWT. Karena ia telah dikirim oleh-Nya, sosok Laki - laki sempurna dambaan banyak wanita.

Kini saatnya Haidar bertemu dengan Rayya, Abi telah menggandeng Rayya untuk menemui Haidar.

Ya Allah, ku serahkan segalanya pada Mu. Jaga putri hamba ya Allah, Batin Abi memohon.

Perlahan Rayya mengangkat pandangannya, dan saat itulah manik matanya bertemu dan terkunci dengan manik mata hitam legam milik Haidar. Abi menyerahkan tangan Rayya untuk Haidar genggam. Dengan gemuruh hati yang dahsyat, Haidar menggenggam tangan istrinya.

"Nak, ku serahkan dan ku percayakan putri ku padamu, jaga ia jangan kau sakiti putri ku," pesan Abi.

"Baik bi, Insyaallah Haidar akan selalu menjaga Rayya doa kan Haidar bi," jawab Haidar manut.

Kini Haidar dan Rayya beridiri berhadapan dengan ikatan halal, Rayya tak mampu menahan tangisnya, entah tangisan apa tapi yang jelas Rayya merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan selama ini.

Tangan Haidar terangkat dan bertengger pada kepala Rayya, mulutnya bergumam melafalkan doa - doa untuk istrinya. Dan setelahnya, Rayya mencium punggung tangan Haidar dengan sangat tulus. Lalu Haidar membawa Rayya dalam gandengannya, dan berbisik.

"Bersanding dengan mu, adalah anugerah terindah yang pernah Allah berikan untuk ku," hati Rayya bergetar mendengar penuturan Haidar. Kemudian, mereka mulai berjalan untuk melakukan prosesi pedang porak, menuju pelaminan.

***

Rayya dan Haidar kini sudah ada di kamar hotel, tempatnya menggelar acara pernikahan. Rayya tengah terduduk di depan cermin menatap pantulan dirinya yang terbungkus dengan baju pengantin, sembari menunggu Haidar selesai memakai kamar mandi.

Hari ini kerjaan Rayya hanya menangis dan tersenyum terus saja seperti itu, rasanya campur aduk menjadi satu. Senyumnya masih terus terukir di bibirnya dari balik cadar putih yang belum terlepas.

Ceklek. Haidar keluar dari kamar mandi menggukan kaos oblong dan celana kain panjang. Ia menatap istrinya yang tengah terduduk di depan cermin, entah apa yang dilakukan Rayya. Haidar berjalan mendekati Rayya.

"Buka cadar dan kain yang selama ini menutup mahkota mu, maka pahala besar akan kau terima dari senyum yang terpancar dari suami mu," ucap Haidar membuat Rayya terkejut.

Melihat Rayya yang masih diam tak bergeming, Haidar berjalan mendekat dan mengambil tangan Rayya untuk menuntunnya berdiri. Kini Haidar telah berhadapan dengan Rayya, tangannya mengait pada pinggang Rayya. Manik mata mereka terkunci, Haidar terus menatap istrinya sampai tanpa Rayya sadari, tangan Haidar berhasil melepas cadarnya.

"Cantik," ucap Haidar membuat pipi Rayya bersemu.

Jantung Rayya berdegup kencang, rasanya banyak kupu - kupu beterbangan diperutnya akibat satu kata yang keluar dari mulut suaminya. Manik mata hitam legam itu, mungkin akan menjadi candu bagi Rayya.

"Mandi dulu gih," ucap Haidar lalu melepas tautannya pada pinggang Rayya.

Rayya langsung berlalu meninggalkan Haidar dan memasuki kamar mandi. Haidar hanya terkekeh kecil melihat tingkah istrinya, terlebih ketika pipi Rayya bersemu akibat ucapannya tadi. Sepertinya membuat Rayya salah tingkah seperti tadi akan jadi hobi Haidar mulai sekarang.

Terima kasih ya Allah, Batin Haidar.

🌺🌺🌺

Purwakarta, 28 Oktober 2020 - REVISI
[11.52 WIB]

Hello!!!

Jangan lupa tinggalkan jejak baca kalian ya! Supaya aku makin semangat Updatenya. Komen dan share juga ke teman - teman kalian!!

-Raa.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang